Memperingati International Day of Peace

Tanggal 21 September ditetapkan lembaga Perserikatan Bangsa-bangsa sebagai The International Day of Peace. Pertama kali dicanangkan pada tahun 1981 sebagai “a reminder of the human cost of war”. Seluruh dunia perlu diingatkan akan betapa besar harga yang harus dibayar umat manusia saat perang terjadi. Ada yang mengatakan, saat perang terjadi antara pihak-pihak yang bertikai, siapapun yang dinyatakan sebagai pemenang sebenarnya sedang kalah bersama-sama dengan pihak lain yang bertikai dengannya. Karena semua menanggung kerugian.

Konsep yang ditawarkan PBB tentang perdamaian adalah tidak adanya perang. Maka tiap tanggal 21 September, di zona perang khususnya, diadakan gencatan senjata. Banyak Negara, partai-partai politik, dan organisasi yang menghormati ketetapan PBB ini. Perdamaian dianggap sebagai sebuah situasi dimana tidak ada konflik, tidak ada penjajahan, tidak ada perang. Dengan kata lain, tidak ada hal-hal eksternal yang mempengaruhi sehingga umat manusia kehilangan rasa damai.

Sebagai komunitas yang belajar prinsip-prinsip iman Kristen, kita memahami rasa damai secara berbeda. Rasa damai seharusnya bukan hasil dari kondisi di sekitar kita. Ketika situasi sekitar baik, sesuai yang kita harapkan, maka kita merasa damai. Namun bila terjadi gejolak, konflik, hal di luar rencana, maka kita kehilangan rasa damai. Bukan begitu yang kita imani.

Yesus berkata, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu kuberikan kepadamu, dan apa yang kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Yohanes 14:27. Situasi saat itu sebenarnya jauh dari rasa damai bagi Yesus dan para murid. Tapi  dalam kondisi demikian sesungguhnya damai itu tetap diberikan bagi kita yang percaya.

Ketika malaikat Gabriel menyampaikan kabar pada Maria tentang kehamilannya, bayangkan betapa terguncang batin Maria. Dia belum menikah dan dinyatakan hamil! Di masa itu sungguh suatu aib sangat berat! Namun Maria dapat tetap  berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Rasa damai tidak bergantung pada keadaan sekitar kita. Bila pun perang berkecamuk di sekitar kita, bencana alam menimpa kita, sakit penyakit mengganggu, namun damai sejahtera telah Allah berikan pada murid-muridNya yang percaya padaNya.

Kita boleh ikut memperingati International World of Peace, namun tetap ingat bahwa damai kita berasal dari Allah, bukan dari lingkungan sekitar kita.