Courageous -Honor Begins at Home-

Courageous adalah film keempat yang diproduksi oleh Sherwood Pictures setelah Flywheel, Facing the Giant dan Fireproof. Film ini adalah hasil karya Kendrick bersaudara, Alex dan Stephen.

Stephen yang menjadi penulis naskah dan produser yang juga sudah menyutradari beberapa film menyaksikan banyak berkat yang mereka lihat pada film sebelumnya yaitu Fireproof. Dia menceritakan kisah seorang wanita yang sudah meninggalkan pernikahannya selama 27 tahun dan akhirnya setelah menonton film Fireproof ia berusaha mencari jejak suaminya dan akhirnya bisa bersatu kembali dengan keluarganya.

Stephen mengatakan, gerejanya berdoa untuk film berikutnya setelah Fireproof. Kendrick bersaudara berdoa meminta Tuhan menyatakan cerita untuk mereka. Pada saat itulah Tuhan terus mengingatkan mereka tentang runtuhnya keayahan. Ketidakhadiran para ayah dalam keluarga di Amerika persentasenya cukup besar. Dalam keluarga Afrika Amerika, hampir tiga-perempat dari para ayah hilang. Ketika Tuhan menunjukkan pada mereka, mereka menuliskannya dalam catatan dan berdoa agar bisa menyusunnya dengan benar. Mereka terus berdoa agar mereka bisa membuat film ini dengan baik.

Kalau film Fireproof bertemakan pernikahan, Courageous bertemakan keayahan. Film ini melibatkan banyak sukarelawan dari Gereja Sherwood tempat Kendrick bersaudara melayani. Film ini lahir dari pergumulan doa mereka.

Sumber: http://visi-bookstore.com

Penasaran dengan ceritanya? Mari kita baca ringkasan film dibawah ini.

“Kajian dilakukan pada peningkatan aktivitas kekerasan geng, dalam hampir semua kasus. Semua anggota geng; pelarian, anak yang OD, pemakai obat-obatan, dan remaja di penjara memiliki persamaan ciri. Ciri itu adalah, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga tanpa ayah. Dengan kata lain, jika tidak ada ayah kemungkinannya 5 kali lebih besar anak-anak akan bunuh diri atau memakai obat-obatan dan kemungkinan untuk berakhir di penjara 20 kali lebih besar. Aku tahu kelompok kalian telah bekerja keras dan aku tahu kalian melihat sisi terburuk orang-orang. Tapi pada saat waktu kerja selesai, pulanglah dan sayangilah keluarga kalian.” Kalimat ini adalah pengarahan yang diberikan oleh seorang Sherif kepada sekelompok anggota kepolisian Albaniy Georgia yang sarat dengan dunia kekerasan.

Adam, Nathan, Shane dan David adalah empat orang polisi yang bertugas di kepolisian Albaniy Georgia. Mereka yang tidak memiliki kegiatan apa-apa pada akhir pekan, berencana untuk bertemu dan memanggang bistik bersama. Pertemuan akhir pekan yang awalnya bertujuan untuk mengisi akhir pekan dengan bersenang-senang dan memanggang bistik akhirnya berubah menjadi diskusi mengenai isu yang dsampaikan oleh Sherif di dalam pengarahannya. Diskusi akhirnya berlanjut dengan sharing mengenai ayah-ayah mereka. Bagaimana mereka menjalani hidup tanpa ayah atau dengan ayah yang tidak bertanggung jawab.

Sebuah pertemuan yang aneh telah membawa seorang pria yang bukan seorang polisi bergabung dengan mereka. Kelompok akhir pekan itu kini beranggotakan lima orang. Masing-masing dari mereka adalah seorang ayah dan memiliki permasalahan keluarga yang berbeda-beda.

Adam adalah seorang ayah memiliki dua orang anak (putra dan putri) yang tanpa sadar telah memberikan perhatian yang berbeda kepada anaknya sehingga menimbulkan sakit hati pada putranya.

Nathan memiliki seorang anak remaja yang suka memberontak, karena merasa selalu dikekang oleh ayahnya khususnya dalam hal berpacaran.

Shane telah bercerai dengan istrinya dan memiliki seorang putra. Pengadilan memutuskan hak asuh anak jatuh kepada istrinya. Secara berkala ia selalu bertemu dengan anaknya dan menghabiskan waktu bersamanya. Ia sangat ingin menjadi seorang ayah yang dikagumi oleh anaknya. Ia juga seorang yang memiliki ambisi pada uang dan dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

David adalah yang termuda di antara mereka. Ia adalah seorang yang tidak percaya pada hal-hal religius. Ia belum menikah, namun telah berhubungan dengan seorang gadis yang menyebabkan gadis tersebut hamil. Namun pada saat ia mengetahuinya ia lari dari tanggung jawabnya dan meninggalkan gadis tersebut beserta anaknya dengan alasan bahwa ia merasa tidak mencintai gadis tersebut.

Javier adalah seorang pekerja harian yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. Keluarganya hidup dengan penuh kekurangan, namun imannya kepada Tuhan memberinya kekuatan untuk berjuang menjadi seorang suami dan ayah yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Suatu hari putri Adam meninggal dunia, kesedihan mendalam meliputi dirinya. Dia diperhadapkan pada dua pilihan; marah kepada Tuhan karena waktu-waktu yang tidak ia miliki dengan putrinya atau bersyukur kepada Tuhan karena waktu-waktu yang sudah ia lewati dengan putrinya. Adam memutuskan untuk bersyukur dan percaya pada Tuhan. Keputusan itu membawanya semakin dekat dengan Tuhan dan membawanya kedalam perenungan tentang apa yang Tuhan harapkan darinya sebagai seorang ayah. Hal ini ternyata membawa pemulihan di dalam keluarganya, khususnya pada hubungannya dengan putranya.

Peristiwa ini akhirnya membuat Adam berinisitif untuk membuat resolusi bagi dirinya. Ia berjanji akan menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab. Adam pun mengumpulkan teman-temannya dan menceritakan kepada mereka mengenai resolusi yang akan diambilnya. Ia berkata, “Aku tak mau menjadi ayah yang cukup baik. Kita punya waktu yang pendek untuk memberi pengaruh pada anak-anak kita. Pola apapun yang kita tentukan untuk mereka akan digunakan untuk anak-anak mereka dan generasi setelahnya. Kita punya tanggung jawab untuk membentuk kehidupan. Kurasa itu tidak boleh dianggap remeh. Setengah dari semua ayah di negara ini gagal melakukan itu. Aku tak mau jadi salah satu dari antara mereka. Ini bukan hanya soal menghabiskan waktu dengan anak-anak kalian. Itu hal yang sudah pasti. Aku bicara soal menetapkan standar yang mereka harus bidik dalam kehidupan. Aku belajar bahwa Tuhan ingin agar aku membuat putraku jadi pria sejati. Aku tidak bisa melakukannya dengan santai. Aku tak boleh pasif.”

Mendengar perkataan Adam, keempat temannya akhirnya mengambil keputusan untuk berkomitmen menjadi pria dan ayah yang bertanggung jawab. Mereka berlima akhirnya menyelenggarakan upacara penandatanganan resolusi dan mengucapkan janji mereka di hadapan Tuhan dan keluarga. Pada saat upacara, Pendeta mengingatkan mereka bahwa tantangan, kontroversi dan konflik akan datang dan menguji komitmen mereka, untuk itu mereka harus memiliki keteguhan hati.

Hari terus berlalu, satu demi satu tantangan, kontroversi dan konflik datang menghampiri mereka. Masing-masing dari mereka berjuang untuk menghadapnya, berjuang untuk menjadi ayah yang bertanggung jawab, berjuang untuk mengampuni, berjuang untuk menyangkal diri dan berjuang untuk taat. Hari demi hari mereka menyaksikan bagaimana Tuhan menyertai dan bekerja di dalam hidup mereka, memberi mereka kekuatan untuk berjuang. Dalam perjuangan itu, ada yang menang namun ada pula yang jatuh dan terus berjuang untuk menang.

Sebuah film yang sangat memberkati. Film yang wajib ditonton oleh para ayah yang memiliki keinginan untuk menjadi ayah yang bertanggung jawab dan oleh para ibu yang ingin mendukung seorang ayah menjadi ayah yang bertanggung jawab. Film ini juga sangat baik ditonton oleh setiap orang yang belum menikah karena begitu banyak pelajaran dan nilai-nilai yang dapat dipetik dari setiap pergumulan, keputusan, dan peristiwa yang dialami oleh para tokoh.

Bagaimana, ada yang tertarik untuk menonton film ini? Film ini dapat dibeli di toko-toko buku Kristen atau di toko-toko yang menjual CD/DVD. Teman-teman juga dapat meminjam film ini di perpustakaan SMP sekolah Athalia.

IB/Tim Karakter

 

Peringkat Mutu Pendidikan Indonesia di Dunia

The Learning Curve Pearson 2014 , sebuah laporan yang dikeluarkan oleh firma pendidikan Pearson, yaitu sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia, menunjukkan bahwa:

  • Indonesia adalah negara dengan mutu pendidikan yang terendah. Dengan kata lain Indonesia menempati urutan terakhir diantara negara-negara di dunia.
  • Korea selatan adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Adapun urutan ranking lengkap adalah sebagai berikut:

Ranking

Negara

Ranking

Negara

Ranking

Negara

Ranking

Negara

1

SOUTH KOREA

11

DENMARK

21

NORWAY

31

ROMANIA

2

JAPAN

12

GERMANY

22

HUNGARY

32

CHILE

3

SINGAPORE

13

RUSSIA

23

FRANCE

33

GREECE

4

HONG KONG-CHINA

14

UNITES STATES

24

SWEDEN

34

TURKEY

5

FINLAND

15

AUSTRALIA

25

ITALY

35

THAILAND

6

UNITED KINGDOM

16

NEW ZEALAND

26

AUSTRIA

36

COLOMBIA

7

CANADA

17

ISRAEL

27

SLOVAKIA

37

ARGENTINA

8

NETHERLANDS

18

BELGIUM

28

PORTUGAL

38

BRAZIL

9

IRELAND

19

CZECH REPUBLIC

29

SPAIN

39

MEXICO

10

POLAND

20

SWITZERLAND

30

BULGARIA

40

INDONESIA

 

Berikut perbandingan keadaan antara Indonesia dan Korea Selatan:

Aspek yang diukur Indonesia Korea Selatan
Harapan masa studi 12,72 Tahun Pemerintah memasang target siswa Indonesia harus lulus pendidikan minimal setingkat SMA, hal ini sesuai dengan program belajar 12 tahun. 16,97 Tahun Pemerintah memasang target anak-anak usia sekolah di negaranya menempuh studi hingga perguruan tinggi.
Rasio guru dan murid 1:15,94 pada jenjang pendidikan dasar 1:19,05 pada jenjang pendidikan dasar
Alokasi dana pendidikan dari total APBN 20% 15.77%
Alokasi dana pendidikan dari PBD (Produk Domestik Bruto) 11,08 % dari PBD untuk membiayai pendidikan para siswa23,82 % per PDB di level pendidikan tinggi 22,12 persen dari PDB untuk membiayai pendidikan para siswa 13,16 persen per PDB di level pendidikan tinggi
Gaji guru 0,79 % lebih rendah (di bawah) rata-rata gaji nasional (Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah) 1,93% lebih tinggi (di atas) rata-rata gaji nasional (Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah)
Indikator keluaran pendidikan
  • Pemeringkatan PISA: Skor 384,38

(Tingkat literasi membaca, matematika dan sains pelajar dunia)

  • Pemeringkatan TIMS : Skor 461,31

(Kemampuan matematika dan sains)

  • Pemeringkatan PISA: Skor 542,45

(Tingkat literasi membaca, matematika dan sains pelajar dunia)

  • Pemeringkatan TIMS : Skor 595,80

(Kemampuan matematika dan sains)

Produktivitas Pendapatan: USD9,52 juta Pengangguran: 1,43 % lulusan perguruan tinggi menganggur Pendapatan: USD56,72 juta Pengangguran: 0,55 % lulusan perguruan tinggi menganggur
Indikator sosioekonomi Indeks Pembangunan Manusia (IPM): 0.63 Tingkat kejahatan: 0,61 kasus pembunuhan per 100 ribu orang Indeks Pembangunan Manusia (IPM): 0,91 Tingkat kejahatan: 2,69 kasus pembunuhan per 100 ribu orang
Aspek ekonomi PDB per kapita: USD4,86 juta PDB per kapita: USD30,81 juta
Angkatan kerja Angkatan kerja: hanya 7.10% angkatan kerja lulusan perguruan tinggi Pengangguran: 6.14% Angkatan kerja: 35% dari populasi Pengangguran: 3.23%

 

Beberapa skill baru yang dicari dunia adalah:

  1. Leadership
  2. Digital literacy
  3. Communication
  4. Emotional intelligence
  5. Entrepreneurship
  6. Global citizenship
  7. Problem solving
  8. Team-working

Sumber: http://kampus.okezone.com

http://thelearningcurve.pearson.com

Freedom Writers

Film ini diangkat dari kisah nyata, dari sebuah buku yang berjudul Freedom Writers Diary. Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang guru bernama Erin Gruwel dan murid-muridnya di kelas 203 sekitar tahun 1990an. Pada masa itu, terjadi kerusuhan dan konflik antar ras. Kerusuhan dan konflik ini telah merenggut banyak jiwa dan menebarkan kebencian dan dendam pada hampir seluruh masyarakat Long Beach.

Erin Gruwel baru saja akan mengawali karirnya sebagai guru Bahasa Inggris. Ia ditugaskan untuk menangani sebuah kelas di ruang 203, dimana murid-muridnya berasal dari berbagai ras yang berbeda. Hampir seluruh muridnya rasis dan saling membenci satu sama lain. Hari pertama mengajar bukanlah awal yang menyenangkan bagi Erin, keadaannya sebagai seorang kulit putih membuat murid-muridnya sulit untuk menerima dan bahkan justru menaruh kecurigaan dan rasa benci padanya. Hal ini memengaruhi bagaimana murid bersikap dan bertingkah laku di kelas. Tak ada rasa hormat yang ditunjukkan murid kepada Erin, bahkan sering kali murid-muridnya berkelahi di tengah-tengah pelajaran sehingga Erin harus memanggil petugas untuk melerai mereka. Tekanan dan tantangan untuk mengajar tidak hanya diperoleh Erin dari murid-murid di kelasnya, tetapi juga dari suami dan ayahnya.

Pada awal mengajar, Erin hanya berusaha menyampaikan materi dan membuat murid-muridnya mengerti mengenai materi yang ia sampaikan. Ia tidak menyadari keadaan yang sedang dialami dan dihadapi oleh murid-muridnya yang menjadi tembok penghalang mereka untuk dapat menjadi seorang murid yang baik. Pada suatu hari, Erin menemukan sebuah gambar salah seorang muridnya. Gambar itu adalah gambar seorang kulit hitam dengan bibir yang sangat tebal. Disinilah akhirnya Erin melihat betapa seriusnya isu rasis yang ada di kelasnya. Erin akhirnya memutuskan untuk menjadikan isu rasis menjadi media pengajaran Bahasa Inggrisnya. Erin berharap ini tidak hanya akan meningkatkan nilai akademis mereka, namun juga dapat menolong mereka terbebas dari belenggu benci dan dendam akibat rasisme.

Berbagai macam cara dilakukan Erin untuk menjangkau murid-muridnya. Seringkali cara yang ia lakukan sangat berbeda dari yang dilakukan oleh rekan sekerjanya yang lain. Namun cara-cara itu ditambah dengan ketulusan dan kasih sayang dari Erin berhasil menyentuh hati murid-muridnya. Hubungan antara Erin dan murid-muridnya juga menjadi semakin dalam pada saat Erin meminta mereka untuk menulis jurnal. Erin meminta murid-muridnya untuk menceritakan apapun tentang diri mereka di jurnal; masa lalu, saat sekarang, masa depan, hal-hal baik, hal-hal buruk, puisi, lagu, dll. Erin mengatakan bahwa ia tidak akan menilai tugas tersebut, sehingga siswa tidak perlu khawatir akan isi tulisannya, namun jika mereka ingin agar Erin membaca tulisan mereka, maka mereka dapat meletakkannya di dalam lemari terkunci yang telah disediakan Erin sebelumnya. Tanpa disangka ternyata hampir seluruh murid meletakkan jurnal mereka di lemari tersebut dan ingin agar Erin membacanya. Lewat jurnal inilah Erin mulai mengenal murid-muridnya lebih dalam secara pribadi. Lewat tulisan mereka, Erin akhirnya mengerti apa yang mereka alami, rasakan, dan penyebab kebencian serta dendam yang ada di dalam diri mereka. Hal ini sangat menolong Erin untuk memahami keadaan murid-muridnya sehinggga ia dapat menerapkan metode mengajar yang lebih tepat.

Usaha Erin untuk mengajar dan menolong murid-muridnya ternyata tidak mendapat dukungan dari pihak sekolah. Pihak sekolah sudah terlanjur memiliki cap tertentu pada murid-murid Erin. Pihak sekolah menilai murid-murid Erin tidak memiliki harapan dan masa depan. Hal ini menyebabkan sangat sulit bagi Erin untuk memperoleh bahan ajar yang ia perlukan. Bahkan ijin untuk meminjam buku di perpustakaan sekolah pun tidak Erin dapatkan. Pihak sekolah merasa bahwa murid-murid Erin tidak dapat membaca dan hanya akan menghilangkan, mencoret atau merusak buku tersebut.

Tantangan dan hambatan yang dialami Erin tidak membuatnya menyerah. Erin sudah bertekad untuk melakukan yang terbaik bagi murid-muridnya. Oleh karena itu Erin memutuskan untuk bekerja di dua tempat lainnya (menjadi pramuniaga di sebuah toko Bra dan menjadi penjaga pintu Hotel) agar ia dapat memiliki uang yang cukup untuk membelikan buku-buku yang dibutuhkan murid-muridnya, membiayai perjalanan tour mereka, dan hal-hal lainnya.

Pada suatu kesempatan, Erin mengadakan sebuah perjamuan untuk para murid yang ia sebut sebagai “Toast for Change”. Pada perjamuan ini, setiap siswa diminta untuk merayakan kebebasan mereka dan mengambil sebuah arah baru di dalam hidup mereka. Satu per satu murid-murid Erin maju ke depan untuk membagikan pandangan, harapan, dan komitmen mereka. Perlahan tapi pasti, kini murid-murid Erin mulai terbebas dari rasisme serta kebencian dan dendam yang ditimbulkannya. Kini mereka memiliki pengharapan dan tujuan yang baru di dalam hidup mereka.

Di akhir film dijelaskan bahwa murid-murid Erin akhirnya dapat lulus dari SMU dan menjadi orang pertama di keluarga mereka yang lulus SMU dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Jurnal yang pernah ditulis oleh murid-murid Erin akhirnya dibuat menjadi sebuah buku dan dipublikasikan pada tahun 1999. Buku ini diberi nama “The Freedom Writers Diary”. Beberapa tahun kemudian Erin dan murid-muridnya mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama “Yayasan Freedom Writers”. Yayasan ini mereka dedikasikan untuk mengulang kesuksesan ruang kelas 203 di ruang kelas di seantero negeri.

Film ini sangat baik untuk kita tonton khususnya ketika kita bekerja dalam dunia pendidikan. Lewat film ini kita dapat belajar bagaimana perhatian dan kasih sayang dari seorang guru dapat mengubah hidup banyak murid, dan bagaimana perubahan dari setiap murid ini membawa perubahan-perubahan bagi lebih banyak orang. Kita juga akan mendapatkan banyak sekali inspirasi mengenai metode-metode mengajar yang efektif, belajar mengenai hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar-mengajar, dan bagaimana kekuatan sebuah kepedulian dapat merobohkan tembok-tembok pemisah dan memberi harapan baru dalam hidup seorang murid.

Selamat menonton…!

IB/ Tim Karakter

 

Tips Komunikasi Efektif dengan Anak

Kita sebagai orang tua ingin agar anak kita dapat membicarakan segala hal dengan kita-baik ataupun buruk. Hal ini membutuhkan banyak kesabaran dan kerja keras. Bagaimanapun, keterbukaan, kejujuran dan komunikasi yang efektif dapat menyatukan keluarga dan menciptakan situasi yang baik untuk membangun komunikasi dan relasi yang positif dengan anak-anak kita.

Berikut ini beberapa tips dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak:

  1. Secara terbuka tunjukkan cinta, perasaan dan penerimaan. Anak yang merasa aman dan terlindungi lebih terbuka untuk membagikan pikiran dan perasaan mereka.
  2. Investasikan waktu untuk berhubungan dengan anak. Buatlah diri kita tersedia (available) untuk mengajar anak dan membuat mereka tahu bahwa waktu untuk dapat bersama-sama mereka itu penting dan berharga bagi kita.
  3. Luangkan waktu tiap harinya untuk mengobrol. Hal ini dapat dilakukan secara informal, contohnya saat mengendarai mobil, makan malam, sebelum tidur, atau pada pertemuan keluarga yang lebih formal. Pastikan juga untuk memeriksa kelanjutan dari setiap diskusi.
  4. Mulailah pembicaraan. Bicarakan dengan anak mengenai hal-hal dimana mereka terlibat atau hal-hal yang menarik perhatian mereka. Untuk menghindari respon singkat, tanyakan pertanyaan terbuka dan minta mereka menjelaskan lebih lanjut jawaban mereka.
  5. Untuk anak yang lebih muda, berkomunikasilah sesuai dengan level mereka. Secara fisik, rendahkan tubuh (jongkok, duduk, berlutut, dll) dan gunakan kata-kata yang lebih mudah dan sederhana.
  6. Dengarkan baik-baik. Hilangkan segala gangguan dan berikan anak kita atensi atau perhatian yang penuh- tidak terbagi-bagi. Buatlah kontak mata dan biarkan mereka tahu bahwa mereka didengar. Ijinkan mereka untuk mengekspresikan perasaan dan tidak memotong perkataan mereka.
  7. Jangan merasa gagal/ tak bisa, khususnya saat berhubungan dengan anak remaja. Meskipun anak remaja menunjukkan perilaku seperti tak peduli dan tak mau bicara, mereka tetap butuh untuk berbicara dengan kita. Cari tahu situasi dimana anak merasa nyaman dan bersedia untuk mengatakan perasaan dan pikiran mereka, contohnya dengan duduk bersampingan saat berkendara, saat membuat makan malam atau ketika melakukan tugas-tugas rumah bersama. Dengarkan dengan sabar dan siap ketika mereka juga telah siap untuk berbicara.
  8. Perhatikan dengan seksama, tidak hanya kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi juga bahasa tubuh, perilaku, emosi, dan intensitas. Hal-hal ini akan membantu kita untuk dapat memahami anak dengan lebih baik dan menolong kita untuk mengawasi perilaku mereka.
  9. Akui dan terimalah apa yang anak bagikan pada kita. Simpati, empati, dukungan dan pengertian. Jangan menyalahkan atau mengkritik mereka dengan berlebihan. Tunjukkan penerimaan untuk setiap anak.
  10. Ekspresikan perasaan dan nilai-nilai yang kita miliki dengan cara yang tidak menghakimi.
  11. Hindari komunikasi negatif. Contohnya, menguliahi, mengomel, mengancam, atau berkata-kata kasar, berbohong, dan memberi tahu anak apa yang harus dilakukan tanpa memikirkan perasaan mereka.
  12. Pujilah anak atas usaha mereka untuk berkomunikasi. Buat mereka tahu bahwa kita menghargai apa yang mereka katakan dan keterbukaan mereka pada kita.

Konsistensi dan komunikasi yang efektif dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan anak kita. Penghargaan dan kepercayaan yang terbangun dapat memudahkan mereka untuk membagikan lebih banyak informasi dengan kita saat mereka bertumbuh. Selain itu, kemampuan yang dipelajari melalui komunikasi sehari-hari (berbicara dan mendengarkan) dapat menolong untuk membangun harga diri, kepercayaan diri serta memampukan mereka untuk lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Diterjemahkan dari: www.barringtonyouthandfamilyservices.org/uploads/LDS/karakter

PENUH PERHATIAN

Penuh perhatian dalam bahasa latinnya disebutkan sebagai attente, yang atinya listen carefully. Penuh perhatian adalah sebuah sikap yang serius, memusatkan perhatian, fokus untuk menyimak suatu hal yang penting. Dalam Lukas 8:18, melalui perumpamaan tentang pelita, Yesus menyampaikan bahwa betapa pentingnya kehidupan kita sebagai terang. Makna penting ini harus diperhatikan dengan penuh perhatian. Dikatakan oleh Yesus bahwa konsep penuh perhatian harus diwujudkan dari konsep mendengar yang attentive.

Yesaya 54:3 menyatakan bahwa sikap penuh perhatian adalah sikap yang selalu diminta oleh Allah. Allah meminta agar kita memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk mendengar suaraNya. Ketika kita mendengarNya dengan penuh perhatian, maka kita akan hidup.

Paulus menegaskan di dalam 1Timotius 4:15, bahwa Timotius harus memusatkan perhatiannya kepada ajaran Kitab Suci dan hidup di dalamnya agar ada kemajuan yang nyata.

Dengan demikian sikap yang penuh perhatian bila dilakukan akan memberikan kehidupan, dan kehidupan itu bukan hidup yang biasa-biasa saja melainkan kehidupan yang penuh dengan kemajuan.

 Definisi

Penuh perhatian adalah sikap yang sungguh-sungguh mau mengerti, dengan cara  memusatkan perhatian dan mendengar hal-hal yang baik dan benar.

“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

Lukas 8:18

Apakah Fokus Utama Hidup Anda?

Bacaan: 1 Kor 9: 24-27

Oleh: Prasasti Perangin-angin, M.Div

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah pembinaan di sebuah kampus di Central Park Jakarta Barat. Inti dari pembinaan tersebut adalah bagaimana kita mampu membangun relasi keintiman dengan Allah. Namun yang menarik dari sesi pembinaan empat hari tersebut adalah satu sesi dimana peserta dilatih untuk mampu mengalami keintiman dengan Allah tidak saja di tempat pembinaan namun di dalam realitas hidup yang akan dijalani setiap hari. Karena itu, panitia merancang satu sesi, di mana setiap peserta diberikan kesempatan untuk berjalan melalui hiruk pikuk Mall Central Park yang kebetulan satu lokasi dengan tempat pembinaan. Tugas yang diberikan adalah menuliskan bagaimana relasi atau perhatian peserta selama di mall tersebut. Pesan pokok yang ingin diperoleh dari sesi tersebut, yakni sejauh mana keintiman dengan Allah tetap bertahan di tengah kebisingan dunia. Karena itulah realitas yang sesungguhnya dimana fokus dan perhatian hidup akan terus ditantang. Tetap kepada Tuhan atau terhanyut oleh dunia ini.

…saya menyadari bahwa kebisingan dunia setiap saat dapat saja menarik kita pada hilangnya fokus utama di dalam kehidupan ini.

Melalui pengalaman itu, saya menyadari bahwa kebisingan dunia setiap saat dapat saja menarik kita pada hilangnya fokus utama di dalam kehidupan ini. Persekutuan yang intim dengan Tuhan dapat saja tergantikan dengan fokus kita kepada media sosial yang tidak pernah ada habisnya. Kerinduan kita kepada kebutuhan hidup yang semakin menggunung dapat menggantikan perhatian kita kepada kerinduan akan kehadiran Allah. Teknologi yang serba lengkap dapat membuat kepenuhan hidup rasa-rasanya adalah jawaban akan kehampaan kehidupan. Karena itu tidak heran seorang siswa di Taiwan mendeklariskan pernikahannya dengan sebuah benda mati bernama laptop. Ternyata di dalam sebuah laptop seorang manusia dapat memenuhi semua keinginan dan kebutuhan hidup yang dicarinya.

Di dalam konteks jemaat Korintus, Paulus sangat menyadari di dalam pemberitaan injil yang sedang dilakukannya, setiap saat fokus dan perhatiannya dapat direnggut oleh berbagai bentuk kehampaan. Begitu juga dengan jemaat Korintus di tengah modernisasi kota Korintus dan liturgika ibadah jemaat yang semakin ‘maju’ telah membuat jemaat kehilangan fokus dan perhatian utama. Sehingga bila itu terjadi akan terjadi penolakan terhadap Injil. Atau dengan kata lain, kesaksian hidup jemaat akan menjadi kesaksian yang palsu.

Penolakan terhadap Injil sama saja dengan penolakan terhadap keberadaan Kristus sebagai Tuhan satu-satunya yang patut disembah…

Penolakan terhadap Injil sama saja dengan penolakan terhadap keberadaan Kristus sebagai Tuhan satu-satunya yang patut disembah oleh setiap umat manusia. Karena itulah Paulus mendorong jemaat Korintus untuk menjadi seperti seorang pelari yang terus terfokus kepada tujuan yang sedang dituju. Atau seperti seorang petinju yang tidak sembarang saja memukul. Butuh perhatian khusus. Fokus yang tidak tergoyahkan.

Metafora petinju dan pelari menggambarkan bahwa ada dua hal yang harusnya dimiliki oleh setiap kita untuk dapat menjadi saksi Kristus yang hidup. Pertama, terus terfokus kepada tujuan. Tujuan akan mendasari pertanyaan, kenapa dan untuk apakah kehidupan kita jalani (1 Korintus 9:26). Tujuan harus menjadi pemimpin dan pendorong satu-satunya kita hidup. Dengan istilah lain, tujuan ini dapat juga digambarkan sebagai sebuah panggilan hidup yang memimpin langkah dan tindakan hidup kita.

Panggilan hidup adalah alasan. Termasuk pekerjaan. Sebagai guru atau karyawan di dunia pendidikan (Athalia), landasan utama yang menjadi alasan kita untuk memutuskan memilih pekerjaan ini harusnya adalah panggilan untuk mendidik anak bangsa menjadi seorang murid Kristus. Ketika panggilan yang mendasari, maka pekerjaan ini dapat dinikmati. Fokus yang utama akhirnya apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki. Namun sebaliknya, ketika pekerjaan hanyalah sebagai tempat bagi kita untuk mencari nafkah maka pekerjaan itu dapat menjadi konsentrasi kesekian bagi kita. Atau hanyalah berjalan begitu saja, tanpa ada spirit yang menggerakkan.

Fokus yang utama akhirnya apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki.

Begitu juga gaya hidup yang kita pilih. Kenapa saya katakan, kita pilih, karena bagi saya gaya hidup adalah pilihan. Apakah perhatian utama dari gaya hidup kita? Konsumtif dan hedonis? Tren dan kesenangan hidup menjadi tujuan? Atau sebaliknya, nilai-nilai kesederhanaan. Membeli sesuatu berdasarkan fungsi. Pendekatan kebutuhan bukan keinginan.

Fokus kita adalah kemuliaan Allah. 1 Kor 10 :31 mengatakan Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.’ Perjalanan hidup akhirnya diterjemahkan hidup untuk kemuliaan Allah. Apapun itu, tanyakan apakah menjadi kemuliaan bagi Allah atau tidak? Dengan demikian perhatian kita akan kita tujukan kepada perkara surgawi.

Kedua, menguasai diri (1 Korintus 9:25). Penguasaan diri menjadi kunci utama bagaimana kita mampu terus memusatkan perhatian kepada tujuan. Penguasaan diri seperti penangkal segala bentuk godaan. Seperti seorang atlet harus mampu untuk menguasai diri untuk terus berlatih untuk menggapai hasil yang terbaik. Penguasaan diri berarti mampu menolak keinginan diri. Menyangkal diri.

… dunia ini semakin hari akan terus berusaha menarik kita kepada jalan yang dunia kehendaki.

Bila kita perhatikan, dunia ini semakin hari akan terus berusaha menarik kita kepada jalan yang dunia kehendaki. Nilai-nilai yang ditawarkan iklan televisi, media sosial, atau tulisan diskon di tempat perbelanjaan adalah bentuk usaha dunia menarik kita semakin jauh dari dari nilai-nilai kebenaran yang Allah rindukan dari kita. Bila kita lengah, maka kita akan larut di dalamnya.

Lihatlah, sungguh disayangkan, nilai-nilai tersebut akhir-akhir ini telah merasuki gereja Tuhan di berbagai tempat. Gereja-gereja seakan mulai berlomba menawarkan hiburan untuk menarik semakin banyak para pengikut datang ke gereja, dan menghalalkan cara-cara manipulatif yang dunia pakai. Semoga saja ini bukan merupakan gejala yang telah lama diingatkan oleh Paulus kepada Timotius; karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya ( 2 Tim 4:3). Ketika hal ini yang terjadi maka perhatian gereja yang harusnya terpusat kepada kebenaran Alkitab atau identitas sejati di dalam salib berubah menjadi filosofi dunia dan identitas kemakmuran yang umumnya menjadi perhatian manusia yang telah dipenuhi oleh dosa.

Kunci dari penguasaan diri adalah terus berfokus kepada kebenaran Allah.

Kunci dari penguasaan diri adalah ketika kita terus berfokus kepada kebenaran Allah. Ketika waktu dan energi kita investasikan kepada hal-hal yang bernilai kekal. Ketika itulah suara Tuhan akan semakin jernih di dalam pendengaran kita. Bersamaan dengan itu, bisik rayu dunia ini tidak membuat fokus kita berubah daripada-Nya.