Oleh: Wahyu Setianingrum, guru Agama SMP
Efesus 2:1-10
Pada saat menciptakan manusia, Allah menjadikan manusia segambar dan serupa dengan-Nya sebagai makhluk yang paling istimewa dibandingkan ciptaan lainnya. Tetapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Alkitab menggambarkan manusia sebagai orang yang mati secara rohani. Ciri-ciri orang yang mati secara rohani:
Tidak menghargai hal-hal yang rohani (1Kor. 2:14).
Tidak kenal Allah dan hidup jauh dari persekutuan dengan Allah (Ef. 4:17-18).
Aktif berbuat dosa, karena mereka tidak peduli kepada Firman Tuhan yang adalah hal rohani.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia sangat terbiasa berbuat dosa. Dengan kata lain, manusia telah diperbudak oleh dosa, menjadi hamba dosa dan tidak bisa berbuat baik (Yoh. 8:34, Rom. 8:7-8). Lukas 6:33, menggambarkan seolah-olah Tuhan Yesus mengajar bahwa manusia bisa berbuat baik, tetapi yang dimaksudkan adalah perbuatan baik secara lahiriah. Dalam ayat 1-3, Paulus mengajak orang-orang Efesus untuk mengingat keadaan mereka dahulu. Kita harus melupakan masa lalu ketika hal itu menghambat kemajuan iman kita. Namun ketika kita mengingat keadaan kita dahulu sebagai orang berdosa, hal itu justru seharusnya mendorong kita untuk lebih maju. Pada saat yang sama kita semakin merasakan kasih Allah, sekaligus “memaksa” kita dapat mengampuni orang lain. Ayat 4 menunjuk pada tindakan Allah yaitu bahwa Allahlah yang mengambil inisiatif pada waktu Ia melihat manusia secara alamiah itu (Kej 3:8-9).
Apa yang Allah lakukan?
a) Menghidupkan (ayat 5), membangkitkan (ayat 6), memberi tempat di surga (ayat 6).
Semua orang percaya akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Kristus (kebangkitan, kenaikan ke surga, duduk di sebelah kanan Allah). Hal ini menunjukkan adanya misteri antara Kristus dengan orang-orang pilihan.
b) Ia menyelamatkan (ayat 5, 8).
Keselamatan yang Allah berikan adalah lebih dari sekedar pengampunan. Keselamatan adalah anugerah/pemberian Allah sebagaimana yang dinyatakan oleh ayat 8, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”. Dengan kata lain, keselamatan karena kasih karunia oleh iman adalah pemberian/anugerah Allah.
Mengapa Allah melakukan hal itu?
a) Karena ‘rahmat’ (ayat 4), ‘kasih’ (ayat 4), ‘kasih karunia’ (ayat 5,8) dan ‘kebaikan-Nya’ (ayat 7). Jadi, Allah menyelamatkan bukan karena apa yang ada pada kita/kebaikan kita.
b) Untuk menunjukkan kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah (ay 7). “Pada masa yang akan datang” (ay 7) bukan berarti nanti di surga, tetapi juga sekarang waktu kita masih hidup.
c) Supaya kita berbuat baik (ay 10). Pekerjaan baik itu sudah dipersiapkan Allah sebelumnya dan Ia ingin supaya kita “hidup” di dalamnya. Semua itu terjadi karena KASIH KARUNIA ALLAH.
Kesimpulan:
Kita tidak diselamatkan oleh pekerjaan/perbuatan baik manusia, tetapi diciptakan dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan/perbuatan baik. Keselamatan itu bukan pekerjaan/perbuatan manusia, tetapi pekerjaan/perbuatan Allah. Segala sesuatu yang kita butuhkan untuk keselamatan kita telah Ia berikan. Malahan keselamatan kita sendiri adalah pemberian-Nya. Tugas kita ialah menerima pemberian itu dan sebagai tanda pengucapan syukur kita meneruskannya kepada orang lain. Untuk itu Ia telah mempersiapkan pekerjaan/perbuatan baik bagi kita, supaya kita boleh hidup di dalamnya.
Yang Paulus maksudkan di sini dengan “hidup di dalam pekerjaan baik” ialah terus-menerus melakukan pekerjaan baik. Suatu hidup, yang sesudah diselamatkan oleh Kristus dan dipersatukan dengan Dia, bukan hanya mungkin, tetapi menjadi keharusan.
AMIN