Latihan Berpikir

Oleh: Dra. Corrina Anggasurjana, MA, staf Research & Development SMA Athalia

https://flinkliv.com/pages/critical-thinking.html

Apakah contoh pembicaraan di atas sudah terjadi dalam komunikasi antara orang tua dan anak? Anak diajak berpikir sebelum mengambil keputusan, anak diperluas wawasan berpikirnya dan diajak melihat berbagai pertimbangan?
Diskusi yang didasarkan pemikiran yang kritis akan menghasilkan kesimpulan yang mantap karena melalui proses berpikir yang bertahap, berkembang, dan matang. Orang tua perlu melatih dan membiasakan anak untuk mengembangkan proses berpikir kritis yang benar. Hal itu pun sedang digiatkan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia sebagai salah satu ciri Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis. Apakah berpikir kritis itu? Kemampuan secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.
Berpikir kritis atau critical thinking merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis. Agar anak-anak mampu berpikir kritis, ia perlu:
memiliki rasa ingin tahu – beri rangsangan yang menggelitik rasa ingin tahu anak, misal tanyakan “Apakah ada cara pandang lain untuk menyikapi hal ini?” “Bila kamu yang jadi menteri keuangan, kira-kira solusi apa yang akan kamu ambil?”
memiliki kreativitas – kreativitas dapat dilatih, misalnya beri satu kata dan minta anak mengajukan tiga pertanyaan yang dimulai dengan kata “jika….”
ketekunan – terus melatih pikiran ketika menghadapi berbagai situasi, pikirkan hal-hal yang ada di sekitar situasi tersebut untuk memperluas pemahaman dan wawasan.
Pembiasaan untuk berpikir kritis membuat seorang anak ketika menghadapi satu persoalan akan berusaha mencari informasi yang relevan, menanyakan pertanyaan yang bermakna, mempertimbangkan berbagai alternatif sudut pandang, menggunakan logikanya, menghindari asumsi, dan mempertimbangkan berbagai peluang.
Orang tua harus mendorong anak-anak untuk mencari kebenaran dengan belajar bernalar dan berdebat secara sehat sehingga anak-anak tidak akan hanya menelan apa saja yang ditawarkan kepada mereka tanpa mempertimbangkannya. Anak-anak remaja yang terbiasa berdebat secara sehat dengan orang tuanya akan mengembangkan kemandirian dan keteguhan yang membuat mereka lebih tahan terhadap tekanan teman sebaya, termasuk yang berkaitan dengan narkoba, alkohol, atau pun isu-isu negatif yang mewarnai dunia para remaja. Pemikiran kritis yang baik juga akan menumbuhkan kepedulian yang produktif, bahkan mendorongnya untuk bertindak dan mencoba mengubahnya.

The simple believes everything, but the prudent gives thought to his steps. Proverbs 14:15 (ESV)

Hati Ayah bagi Keluarga

Oleh: Erika Kristianingrum, peserta Gathering Daddy n Me Day

Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuan sedangkan bagi anak laki-laki seorang ayah adalah teladan utamanya ketika menjadi seorang pria kelak. Namun terkadang banyak ayah yang tidak “berfungsi” di dalam keluarga karena tidak bisa menikmati perannya sebagai seorang ayah sehingga banyak anak-anak yang tumbuh tanpa “figur” ayah sekalipun ayah ada di rumah setiap harinya. Melihat fenomena ini maka kami berinisiatif untuk mengadakan acara gathering Daddy n Me Day agar relasi ayah dan anak yang renggang boleh diperbaiki.
Acara gathering Daddy n Me Day ini dibawakan oleh Bapak Rizal Badudu dan istrinya ibu Rina Badudu. Beliau adalah seorang pembicara sekaligus penulis buku Service Excellence dan Character Excellence. Melalui pengalaman mereka berdua saat mengasuh keempat buah hatinya yang kini sudah beranjak dewasa, mereka berdua berbagi tentang bagaimana seharusnya peran ayah dan bagaimana peran ibu sebagai penolong yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Acara ini dibawakan bukan dalam bentuk pengajaran atau seminar tapi lebih ke praktek-praktek sehingga lebih mengena dan mudah dipahami utk mengaplikasikannya di dalam keluarga. Ada 4 sesi dalam acara ini:

Sesi 1 Struktur Keluarga
Dalam sesi Struktur Keluarga ini Pak Rizal dan Ibu Rina mengajak keluarga untuk kembali kepada struktur keluarga yang benar yaitu Tuhan yang berada di atas keluarga lalu ayah sebagai pelindung dan penyedia kebutuhan keluarga, ibu sebagai pengelola di rumah dan anak-anak yang taat dan mengasihi orang tuanya. Di akhir sesi ini masing-masing anggota keluarga diminta untuk menuliskan hal-hal yang akan diperbaiki dan dilakukan.

Sesi 2 Identitas Keluarga
Dalam sesi ini tiap-tiap keluarga diminta untuk membuat poster yang menggambarkan identitas dari keluarga tersebut. Yang dinilai dalam pembuatan poster ini adalah kerjasama dari tiap-tiap anggota keluarga dalam proses pembuatan nya. Ada perdebatan, penyampaian pendapat, bekerja sama dan bahagia lagi untuk sebuah tujuan. Proses pembuatan poster ini menggambarkan keseharian masing-masing keluarga dalam menghadapi pergumulan.

Sesi 3 Bermain Bersama
Dalam sesi ini seluruh anggota keluarga diajak untuk bermain games. Ada 5 games yang dimainkan yaitu permainan know your daddy, where is it, merapat yuk, telepati, dan treasure hunt. Selain bekerja sama ada hal yang dipelajari dalam sesi ini yaitu bermain bersama, karena jarang sekali orang tua mau bermain bersama anaknya Dengan bermain bersama masing-masing anggota keluarga bisa saling mengenal satu dengan yang lain.

Sesi 4 Perekat keluarga
Di sesi ini masing-masing anggota keluarga diminta untuk menuliskan perasaan dan ucapan terima kasih kepada anggota keluarga yang lain dan membacakannya. Karena dalam beberapa keluarga masih sulit untuk mengungkapkan hal ini. Setelah membacakan kartu yang ditulis, diakhiri dengan ayah memimpin di dalam doa.

Kami bersyukur acara yang diikuti oleh 110 keluarga yang semuanya dari komunitas Athalia boleh menjadi berkat. Walaupun lelah karena acara berlangsung dari pagi hingga siang, namun acara ini cukup berkesan dengan terlihat dari peserta yang menyadari pentingnya untuk mengembalikan struktur yang benar di dalam keluarga sesuai dengan kehendak Tuhan, berkomitmen meluangkan waktu untuk ngobrol dan bermain bersama anak-anak dan terus saling mengenal dan menerima kelemahan masing-masing anggota keluarga.

“Others things may change us, but we start and end with the family”

Mengakhiri dengan Baik

Oleh: Ngatmiati – Staf kerohanian Sekolah Athalia

Sebuah peribahasa berbunyi, “hangat-hangat tahi ayam”. Peribahasa ini mengandung makna melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh hanya di awal. Pada awalnya giat atau semangat melakukannya, namun pada akhirnya mulai malas dan akhirnya mungkin saja pekerjaan yang dilakukan tidak terselesaikan. Hal yang penting bukan hanya kita memulai dengan baik, namun juga perlu menyelesaikannya dengan baik pula.
Hal ini mengingatkan kita pada frasa yang diucapkan oleh Rasul Paulus di dalam Kisah Para Rasul 20:24 dan 2 Timotius 4:7. Di kedua ayat tersebut, Paulus menyinggung tentang mencapai garis akhir. Paulus menggambarkan perjalanan hidupnya sebagai suatu pertandingan. Pertandingan di dalam bahasa aslinya mengandung makna perlombaan, perjuangan, dan pergumulan. Paulus telah memulai pertandingan dengan baik, ia pun rindu bisa mengakhirinya dengan baik pula. Secara khusus pertandingan yang dimaksudkan oleh Paulus adalah pertandingan iman dalam berjuang memberitakan atau menyaksikan Injil kasih karunia Allah. Dalam pertandingannya itu, Paulus mengalami banyak tantangan dan pergumulan (Kis. 20:19; 2 Kor. 11:23-28). Meski demikian, Paulus menolak untuk menyerah. Ia tetap memelihara imannya sampai akhir sambil terus bergantung pada kasih karunia Tuhan yang melimpah dalam hidupnya.
Sama halnya dengan Paulus, kita semua sedang menjalani pertandingan iman di dalam hidup kita dalam peran kita masing-masing di mana pun kita berada. Untuk dapat mencapai garis akhir dengan baik seringkali tidak mudah. Ada banyak tantangan yang kita hadapi yang menggoda kita untuk berhenti di tengah jalan ataupun menjalaninya dengan tidak benar. Hendaknya dalam menjalani setiap pertandingan yang kita ikuti kita senantiasa memelihara iman kita. Apapun kesulitan yang kita hadapi kita jalani dengan iman dan ketaatan kepada Tuhan. Terlebih lagi dalam setiap pertandingan kita, mari kita jadikan itu sebagai ajang untuk menyaksikan Injil kasih karunia Allah yang telah kita terima kepada orang-orang di sekitar kita. Baik itu anak didik kita, rekan kerja kita, anggota keluarga kita, maupun di lingkup yang lebih luas dalam pelayanan maupun bermasyarakat. Sebagaimana Paulus menantikan mahkota yang Tuhan sediakan baginya jika ia mencapai garis akhir dengan tetap memelihara imannya, mari jadikan itu sebagai penyemangat bagi kita.

Akhir yang Baik

Oleh: Sylvia Tiono Gunawan – Staf Kerohanian PK3

1 Korintus 9:24
Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

Dalam bagian firman Tuhan ini, Paulus menjelaskan bahwa ia adalah manusia bebas karena Kristus telah menyelamatkannya. Namun, ia tidak mau menggunakan kebebasannya untuk hidup sembarangan. Sebaliknya, ia berusaha menjaga kehidupannya sedemikian rupa supaya melalui hidupnya yang baru ia dapat bersaksi tentang Tuhan dan menjadi berkat untuk orang lain. Paulus bersikap demikian karena ia sadar bahwa keselamatan yang diperolehnya adalah anugerah yang dibayar mahal oleh Kristus. Mengikut Kristus tidak boleh setengah-setengah dan harus setia sampai akhir.
Kehidupan mengikut Kristus diumpamakan seperti sebuah pertandingan oleh Paulus. Dalam sebuah pertandingan, kita tidak boleh hanya bersemangat dan gigih di awal, namun harus menuntaskannya sampai akhir dengan sekuat tenaga untuk memperoleh mahkota. Demikian juga dalam mengikut Kristus. Ketika pertama mengenal Kristus, kita mungkin begitu bersemangat dan mau melakukan segala sesuatu untuk Tuhan. Namun dengan berjalannya waktu, tanpa sadar semangat dan kasih yang mula-mula mulai surut. Doa, ibadah, baca Alkitab dan hal-hal rohani lainnya bisa jadi terasa hambar, tidak lagi menggetarkan hati. Belum lagi ketika kesulitan yang tak kunjung usai membuat kita lelah untuk terus bertahan dalam iman hingga akhir. Atau, mungkin juga ketika segala sesuatu terlalu lancar, kita melihat berkat Tuhan sebagai hal yang biasa sehingga kita makin kehilangan arah dan jauh dari Tuhan.
Bagaimana dengan kita hari ini? Masihkah kita berjuang dengan gigih untuk terus dekat kepada Tuhan? Melalui firman Tuhan ini, kita diingatkan untuk tidak membiarkan hambatan apapun menghalangi kita dengan gigih mengikut Tuhan seumur hidup kita. Mari kita terus berjuang setia sampai akhir sehingga dalam pertandingan iman, kelak kita memperoleh mahkota surgawi.

My Life, God’s Investment ICON Camp 2023

Oleh: Bella Kumalasari – Staf Karakter Sekolah Athalia

Life is a choice” adalah slogan yang sering kita dengar. Namun, seorang dosen pernah mengatakan, “Life is not a choice, Life is grace, the way you live is a choice”. Memang kalimat “Life is a choice” sering kali diartikan bahwa hidup ini suka-sukanya kita, tergantung maunya kita. Padahal, sesungguhnya hidup ini adalah anugerah yang Tuhan berikan. Maka, sudah selayaknya menjadi perenungan setiap kita, terutama anak-anak Tuhan, bagaimana kita memaknai hidup ini? SMA Athalia mengajak siswa untuk merefleksikan anugerah yang sudah Tuhan percayakan kepada setiap mereka melalui kegiatan kamp karakter di kelas XI dengan nama Influencing & Contributing (ICON) Camp 2023.
ICON Camp diikuti oleh murid-murid kelas XI SMA Athalia. Sesuai dengan profil SMA Athalia yaitu Influencing & Contributing, siswa SMA diajak untuk menjadi pribadi yang berdampak dan berpengaruh bagi sekitarnya. Pada tahun ini, ICON Camp mengangkat tema “My Life, God’s Investment”. Sepanjang acara murid diajak untuk berperan sebagai manajer investasi yang bertanggung jawab untuk mengelola modal yang mereka miliki. Menariknya, modal ini diberikan oleh Allah sebagai investor dan dimaknai sebagai gambar dan rupa Allah yang tercermin melalui karakter.
Menyadari keadaan manusia yang sudah jatuh dalam dosa tetapi telah ditebus oleh karya Kristus di kayu salib mendorong kita untuk terus bertumbuh di dalam karakter yang makin serupa Kristus. Modal itu harus terus dikembangkan agar mendatangkan “cuan” untuk dikembalikan lagi kepada “Sang Pemilik” modal, yaitu ketika kita dapat makin berdampak dan berpengaruh terhadap sekitar kita dan nama Tuhan dimuliakan. Tentu banyak keterbatasan di dalam ilustrasi yang digunakan, tetapi panitia berharap murid-murid dapat menangkap makna yang ingin disampaikan.
Sepanjang dua hari satu malam murid-murid menginap di alam terbuka dengan tenda. Mereka belajar sambil langsung mempraktikkan karakter-karakter yang dipelajari di dalam permainan maupun aktivitas yang ada. Mereka juga diteguhkan melalui sesi-sesi baik secara bersama-sama maupun dalam kelompok kecil. Mereka juga saling bekerja sama dan melayani. Murid-murid juga didorong mengambil komitmen untuk mau lebih berdampak dan berkontribusi terhadap orang-orang di sekitar mereka, mulai dari teman-teman mereka sebagai Angkatan 12 SMA Athalia.
Kiranya ICON Camp kali ini tidak berlalu begitu saja, tetapi dapat memberi kesan dalam hati setiap murid sehingga mereka memiliki semangat untuk terus berdampak dan berkontribusi, baik saat mereka masih di tingkat SMA maupun nanti ketika mereka sudah memasuki dunia kampus yang lebih luas.