Telp. +62-021-5383866, +62-021-5377891 Email: admin@sekolahathalia.sch.id

Oleh: Dra. Corrina Anggasurjana, MA, staf Research & Development SMA Athalia

https://flinkliv.com/pages/critical-thinking.html

Apakah contoh pembicaraan di atas sudah terjadi dalam komunikasi antara orang tua dan anak? Anak diajak berpikir sebelum mengambil keputusan, anak diperluas wawasan berpikirnya dan diajak melihat berbagai pertimbangan?
Diskusi yang didasarkan pemikiran yang kritis akan menghasilkan kesimpulan yang mantap karena melalui proses berpikir yang bertahap, berkembang, dan matang. Orang tua perlu melatih dan membiasakan anak untuk mengembangkan proses berpikir kritis yang benar. Hal itu pun sedang digiatkan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia sebagai salah satu ciri Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis. Apakah berpikir kritis itu? Kemampuan secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.
Berpikir kritis atau critical thinking merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis. Agar anak-anak mampu berpikir kritis, ia perlu:
memiliki rasa ingin tahu – beri rangsangan yang menggelitik rasa ingin tahu anak, misal tanyakan “Apakah ada cara pandang lain untuk menyikapi hal ini?” “Bila kamu yang jadi menteri keuangan, kira-kira solusi apa yang akan kamu ambil?”
memiliki kreativitas – kreativitas dapat dilatih, misalnya beri satu kata dan minta anak mengajukan tiga pertanyaan yang dimulai dengan kata “jika….”
ketekunan – terus melatih pikiran ketika menghadapi berbagai situasi, pikirkan hal-hal yang ada di sekitar situasi tersebut untuk memperluas pemahaman dan wawasan.
Pembiasaan untuk berpikir kritis membuat seorang anak ketika menghadapi satu persoalan akan berusaha mencari informasi yang relevan, menanyakan pertanyaan yang bermakna, mempertimbangkan berbagai alternatif sudut pandang, menggunakan logikanya, menghindari asumsi, dan mempertimbangkan berbagai peluang.
Orang tua harus mendorong anak-anak untuk mencari kebenaran dengan belajar bernalar dan berdebat secara sehat sehingga anak-anak tidak akan hanya menelan apa saja yang ditawarkan kepada mereka tanpa mempertimbangkannya. Anak-anak remaja yang terbiasa berdebat secara sehat dengan orang tuanya akan mengembangkan kemandirian dan keteguhan yang membuat mereka lebih tahan terhadap tekanan teman sebaya, termasuk yang berkaitan dengan narkoba, alkohol, atau pun isu-isu negatif yang mewarnai dunia para remaja. Pemikiran kritis yang baik juga akan menumbuhkan kepedulian yang produktif, bahkan mendorongnya untuk bertindak dan mencoba mengubahnya.

The simple believes everything, but the prudent gives thought to his steps. Proverbs 14:15 (ESV)

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

*

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
WhatsApp chat