Oleh : Lili Irene – Staf kerohanian PK3
Di antara kita mungkin pernah mengajukan pertanyaan ini, “Kenapa aku menderita? Kenapa aku yang harus mengalami masalah ini? Kenapa Tuhan meninggalkan aku? Kenapa aku harus menanggung ganjaran ini? dan pertanyaan kenapa lainnya yang kita tanyakan. Terkadang pertanyaan tersebut bisa saja jawabannya adalah karena kesalahan kita sendiri. Kita menderita akibat apa yang kita lakukan.
Rasul Paulus menuliskan kitab Ibrani khususnya pasal 12 ayatnya yang ke 1-11, ia menekankan pada nasihatnya perihal kesabaran dan ketekunan ketika kita harus menghadapi penderitaan sebagai orang percaya. Dikatakan pergumulan orang percaya ketika harus melawan dosa belum sampai mencucurkan darah. Maksudnya melawan dosa adalah berjuang demi suatu tujuan yang baik karena dosa adalah musuh kita. Kita terus-menerus berjuang untuk melawan keinginan daging kita. Melawan berbagai karakter yang tidak baik dalam dirinya, melawan bujukan iblis untuk tidak taat pada Tuhan dan sebagainya.
Ketika penderitaan datang mungkin saja diakibatkan karena kita sedang berjuang melawan dosa. Waktu kita gagal dalam melawan dosa, kita harus ingat kepada didikan, teguran, atau ganjaran dari Tuhan karena kita adalah anak-Nya. Ayat 7 dikatakan jika kamu harus menanggung ganjaran, Tuhan memperlakukan kita sebagai anak. Adakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Seorang ayah bisa saja memberikan ganjaran kepada anaknya untuk kebaikan anak tersebut. Memang dikatakan pada waktu ganjaran diberikan tentu saja tidak mendatangkan sukacita melainkan dukacita. Tapi ingatlah kemudian hasilnya adalah buah kebenaran dan damai sejahtera.
Matthew Hendry dalam tafsiran surat Ibrani mengatakan penderitaan yang ditanggung dengan sikap benar, meskipun hal itu merupakan buah rasa tidak senang Tuhan, tetap saja merupakan bukti kasih kebapaan-Nya terhadap umat-Nya dan kepedulian-Nya terhadap mereka (ay.6-7). Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya dan Ia menyesah orang yang diakuinya sebagai anak.
Anak-anak Allah yang terbaik membutuhkan ganjaran ketika mereka melakukan kesalahan yang perlu diperbaiki Allah akan menolong kita memperbaiki dosa yang kita lakukan sebagai anggota keluarga-Nya dan Ia akan menegur mereka ketika dibutuhkan Allah bertindak sebagai ayah dan memperlakukan mereka sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada ayah yang bijaksana yang menutup mata terhadap kesalahan anak-anaknya sendiri.
Teguran Tuhan sebagai Bapa tidak dimaksudkan untuk membuat kita sedih atau menderita. Teguran selalu untuk kebaikan kita dengan tujuan untuk memperbaiki dan membuat kita berperilaku menyerupai Dia. Pada akhirnya rasul Paulus menganjurkan agar kita rendah hati dan tunduk terhadap Bapa Surgawi kita pada waktu menerima teguran dari-Nya.
Dalam konteks hubungan relasi orang tua dan anak di dunia ini pun lebih kurang demikian. Orang tua tidak hanya mengasihi anak-anak mereka namun mereka juga mendidik dan menegur mereka jika mereka melakukan kesalahan. Dan mendampingi anak-anak agar mereka bisa menghadapi setiap konsekuensi akibat kesalahan yang mereka lakukan. Memberi anak-anak ganjaran yang sepadan namun tetap mendampingi dan memeluk mereka ketika mereka dalam proses untuk berubah.
Kiranya kita sebagai anak-anak Allah juga belajar terus tunduk ketika kita ditegur atau diganjar oleh-Nya. Dan dengan rendah hati kita menerima semua didikan Tuhan dalam bentuk apapun dan berproses terus menerus untuk berubah menjadi lebih baik dan menyerupai Allah. Ganjaran Tuhan selalu mendatangkan kebaikan. Tuhan menolong kita semua.