Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan (Amsal 11:24)
Laut Mati itu mati karena “kekikirannya”. Tahun berganti tahun, laut itu senantiasa menerima aliran air dari Sungai Yordan dan beberapa pegunungan di sekitarnya tetapi tak pernah mengalirkan air keluar. Volume air di laut Mati berkurang karena proses penguapan bukan dengan mengalirkannya ke luar-ke sungai-sungai atau laut lainnya. Akibatnya, laut Mati menjadi sangat asin karena air yang mengalami proses penguapan meninggalkan zat-zat mineralnya. Laut Mati memiliki kandungan 33,7% garam (8,6 kali lebih banyak dari kandungan garam di laut biasa). Derajat keasinan yang sangat tinggi ini menyebabkan laut Mati tidak dapat berfungsi sebagai laut yang merupakan tempat hidup ikan-ikan dan hewan laut lainnya. Ikan-ikan dan hewan laut lainnya tidak dapat hidup di dalam laut Mati karena terlalu asin.
Ada yang masuk, tetapi tidak pernah dialirkan keluar. Ini sama dengan orang yang selalu menerima makanan rohani dan berkat dari Tuhan tetapi tak pernah mau membagikannya kepada orang lain. Pada akhirnya, kehidupan rohaninya akan mati.
Seorang siswa menemui seorang dosennya dan mengeluh bahwa ia tidak mencapai kemajuan dalam pelajarannya. Lalu, ia bertanya apakah ia memang memerlukan seorang guru privat.
“Seorang guru privat?” kata profesor yang bijak itu. “Yang kamu butuhkan adalah seorang murid!”
Seorang pria berkata kepada saya, “Saya tidak belajar banyak dari Alkitab sampai saya mulai mengajar Sekolah Minggu. Sejak itu saya mulai membagikan Firman, dan bukan hanya menerima.” Cara yang paling baik untuk belajar adalah dengan mengajar orang lain. Berapa banyak yang Anda berikan setelah Anda menerima?
Murah Hati
Konsep murah hati bukan berbicara soal kebaikan memberi pada saat kelimpahan. Konsep murah hati di Perjanjian Lama mengajarkan bahwa murah hati berarti tidak menggenggam kuat-kuat harta kita. Kita harus terbuka pada orang yang membutuhkan, bahkan memberikan bantuan sesuai dengan yang diperlukan (Ulangan 15:8). Kitab Ulangan 15 juga mengingatkan bahwa ketika memberi hati kita tidak boleh berdukacita (Ulangan 15:10). Murah hati berarti memberi dengan hati yang tulus. Pada akhirnya di Ulangan 15 mengingatkan bahwa ketika kita sudah mampu memberi, itu berati kita harus mengingat bahwa dahulu kita juga bagian dari kaum yang pernah diberi / ditolong (Ulangan 15:15).
Alkitab juga mengajarkan bahwa konsep memberi jangan dibatasi oleh waktu (occasional). Amsal 21:26 memberitahu bahwa: kalau saja nafsu selalu mengikat manusia sepanjang waktu, dengan demikian hakekatnya keinginan untuk memberi tidak boleh terbatas oleh waktu.
Murah hati adalah adalah ekspresi kasih untuk memberi, yang dilakukan dengan sikap sukacita dan dengan kerelaan (2Korintus 9:7, 11). Memberi dengan sikap murah hati akan memberikan kepuasan yang sesungguhnya karena itulah yang diminta oleh Tuhan.
Sumber: http://alkitab.sabda.org, http://www.asal-usul.com
-BD/Tim Karakter-