Partnership Programme SMP Athalia 2023

Oleh: Beryl Sadewa – Wakasek Kesiswaan SMP Athalia

Belum lama ini, SMP Athalia menyelenggarakan kegiatan Partnership Programme yang berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang pertama 29 Agustus 2023 dan gelombang kedua pada 12 September 2023. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan murid-nurid  kelas VI SD Athalia kepada kegiatan belajar mengajar di SMP pada umumnya dan SMP Athalia pada khususnya. Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mereka memiliki sedikit gambaran mengenai proses belajar mengajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMP.
 
Dalam kegiatan Partnership Programme ini, peserta diperkenalkan kepada SMP Athalia, khususnya  melalui perpustakaan dan kegiatan pembelajaran. Di perpustakaan, mereka dijelaskan prosedur  peminjaman buku maupun pemakaian fasilitas lain yang ada di perpustakaan. Mereka juga berkesempatan mengikuti kegiatan pembelajaran bersama guru-guru SMP Athalia, seperti mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, Seni Tari, Seni Lukis, dan Olahraga. 
 
Selain kegiatan pembelajaran, hal yang cukup berbeda di SMP adalah belajar berorganisasi. SMP Athalia memiliki dua wadah untuk memfasilitasi murid-murid untuk berorganisasi, yaitu OSIS dan Boys’ Brigade (BB). Sepintas, peserta mendapat informasi berkaitan dengan kegiatan-kegiatan OSIS dan BB yang dapat mereka ikuti nantinya. Mereka juga dapat berinteraksi langsung dengan pengurus OSIS dan NCO*) dalam kelompok kecil.
 
Kegiatan  ini dikemas sedemikian rupa menyerupai konsep Amazing Race. Hal ini dilakukan untuk menambah minat dan semangat peserta. Misalnya, peserta diharapkan mampu bekerja sama untuk menemukan petunjuk-petunjuk tersembunyi yang dipersiapkan sebelumnya agar mereka dapat masuk ke aktivitas berikutnya. 
 
Jumlah murid yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 110 murid yang didampingi oleh guru-guru SD. Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan guru-guru SMP yang kreatif, 12 orang pengurus OSIS, dan 8 orang NCO.
 
 
 

*) NCO (Non Commisioned Officer) adalah anggota BB yang telah mengikuti latihan kepemimpinan dan diangkat menjadi pemimpin bagi anggota-anggota BB lainnya. Pada dasarnya mereka adalah kepanjangan tangan para officer (Pembina BB) dalam menjalankan kegiatan BB di cabangnya.

Mundur Selangkah untuk Maju Lima Langkah

Oleh: Join Silaban – Guru Bahasa Indonesia SMA

Setiap orang pasti tidak siap mengalami kemunduran. Apa yang direncanakan hendaknya berjalan sesuai realita. Kalau realita tidak sesuai dengan ekspektasi, kekecewaan kerap menghampiri bahkan menguasai emosi kita. Akhirnya, situasi yang tidak sesuai ekspektasi itu mungkin akan mencuri damai sejahtera kita dan bisa berakibat fatal hingga depresi. Namun, kali ini saya harus belajar menerima situasi yang tidak seperti saya rencanakan, mencoba untuk mundur selangkah mengevaluasi hal-hal yang perlu diperbaiki, memberanikan diri untuk berinovasi meski serta-merta ada risiko yang ditanggung, dengan tujuan untuk bisa maju lima atau sepuluh langkah ke depan. Hal ini saya alami ketika berhadapan dengan situasi pandemi dan harus beradaptasi dengan sistem belajar online di kelas 10 IPA dan IPS TA 2021/2022.
Kala itu tepat hari Rabu, saya akan mengajar di kelas 10 IPS 1. Rata-rata semua guru mengeluh menghadapi anak-anak yang sulit untuk ON Camera juga merespons saat pembelajaran berlangsung, tak terkecuali dengan saya. Hal ini menjadi pembicaraan yang hangat setiap harinya di ruang guru.
“Selamat pagi, Nak! Silakan ON Camera!” Saya menyapa kelas dengan penuh semangat. Namun, semangat saya berbanding terbalik dengan suasana kelas online saat itu. Saya seperti berada di kuburan. Dari 24 siswa yang terdaftar di kolom partisipan, hanya ada lima orang yang mengaktifkan kamera, itu pun harus menunggu sekitar lima menit. Lalu satu-satu menyusul sampai akhirnya ada delapan orang.
Sekali lagi, saya sapa mereka. Sahutan “Selamat pagi, Bu!” sayup-sayup terdengar dari salah seorang yang mengaktifkan kamera. Namanya Lola. Lola ini saya percayakan sebagai PIC atau penanggung jawab mata pelajaran di kelas tersebut. Sejenak timbul di pikiran, “Apa mungkin Lola enggan tidak menjawab sapaan saya karena Lola adalah PIC saya?” Sepertinya saya mati gaya.
Sepertinya, saya tidak siap melanjutkan pembelajaran. Ada prinsip bagi saya, “lebih baik mundur satu langkah untuk mencapai lima langkah ke depan”. Saya memilih berdiam satu menit untuk memikirkan ide bagaimana supaya kelas antusias dan merasa merdeka dalam belajar. Sejenak, saya merasa empati melihat wajah-wajah mereka di layar laptop yang hanya berada di ruangan berukuran kurang lebih 3×4 m2 tersebut hampir setiap hari dan tidak bisa keluar rumah. Soalnya, PPKM darurat level 4 masih berlaku. Mungkinkah mereka sedang jenuh? Lelah? Atau ada beban keluarga?
Dengan begitu, saya mengubah strategi. Saya mencoba mengerem instruksi untuk bisa ON CAM. Kali ini, saya meminta mereka untuk mengambil barang yang paling mereka sukai di ruangan itu serta mengambil benda berbentuk segitiga dan lingkaran dari luar ruangan lalu menunjukkannya di layar kamera. Saya beri mereka waktu lima menit. Ini bermaksud supaya mereka sedikit bergerak dari tempat duduk ataupun ruangan mereka. Setidaknya menepis sedikit gelar untuk anak-anak zaman pandemi, “Para kaum rebahan”. Alhasil, mereka refleks mengaktifkan kameranya dan beradu untuk memencet tombol reaksi “raise hand” di fitur google meet yang sedang kami gunakan. Semuanya mengaktifkan kamera.
“Ini, Bu. Saya suka bantal, saya suka HP, saya suka biola, saya suka gitar.” Antusiasme mereka dalam merespons seketika memecahkan keheningan yang ada. Mereka beradu-adu sambil memandangi apa yang dipegang teman-temannya. Hmmm, ternyata seni memberi instruksi juga sangat diperlukan.
Setelah saya menyaksikan api semangat itu ada di wajah mereka, saya berani menyampaikan kegiatan pembelajaran. Mereka akan melaporkan secara live informasi selama PPKM darurat yang telah berlangsung sejak 3 Juli kemarin sampai sekarang. Pertemuan kali ini saya rencanakan untuk mengambil penilaian. Namun, setelah melihat suasana kelas, saya tiba-tiba ada ide untuk mengubah strategi tersebut. Saya sampaikan ke mereka perubahan rencana itu. Awalnya laporan hasil observasi ditampilkan dengan satu tipe, kini bervariatif, berdiferensiasi. Ada yang menampilkan dalam bentuk pantun, talk show, lagu, presenter, infografis, bermain peran, pun musikalisasi puisi.
Alhasil, performa mereka di luar ekspektasi saya. Sebelum waktu yang ditentukan, raise hand bertubi-tubi dan teman-teman sekelas menyaksikan penampilan mereka dengan haru dan penuh apresiasi. Emotikon tepuk tangan di layar menandakan mereka sangat menikmati penampilan temannya. Kami sama-sama bahagia. Inikah yang dinamakan merdeka belajar?
Dari mereka saya belajar untuk lebih fleksibel, perlu memperkaya seni berbicara, berani keluar dari zona nyaman, terlebih belajar tunduk untuk pengendalian Tuhan bahwa semuanya tidak harus berjalan sesuai rencana kita.

Catatan: Tulisan ini sudah dimuat dalam buku yang berjudul “Mundur Selangkah Maju Lima Langkah, Sebuah Seni Mengubah Mindset Pecundang Menjadi Pemenang”. Penyunting, J. Sumardianta. Maret 2023. Hal. 96.

Kemerdekaan Sejati

Oleh: Elisa Christanto, Orang tua siswa SMA Kelas XII dan SD Kelas II

Merdeka! Ketika membaca atau mendengar kata ini, yang terpikirkan adalah pekik kemenangan rakyat Indonesia ketika melawan penjajahan. Namun, untuk saya pribadi, “merdeka” memiliki arti yang mendalam. Merdeka adalah momentum ketika saya memutuskan cinta dengan kesenangan duniawi dan kembali merajut kasih mesra dengan Tuhan. Di bawah adalah sepenggal cerita perjalanan hidup saya yang menggambarkan bahwa kemerdekaan sejati akan kita dapatkan saat kita berpihak kepada Tuhan Yesus dan bukan yang lain.
Saya baru menyadari bahwa keluarga saya adalah keluarga sederhana saat akhir masa SMA, ketika suatu masa gelombang kehidupan terjadi, berupa tersendatnya urusan biaya kuliah. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, selama empat semester di awal sebagai seorang mahasiswa, dengan berat hati saya melewatkan banyak mata kuliah. Hanya kebingungan yang saya rasakan. Di masa itulah, penjajahan iblis atas hidup saya dimulai, ketika saya melihat seorang teman nampak santai menikmati waktu sendiri sambil merokok.
“Kok kayaknya asik, ya?” Akhirnya saya mencoba satu batang dan tersedak-sedak. Tetapi, lusa bertemu lagi dengan seorang teman yang merokok, saya putuskan untuk mencoba satu batang lagi. Sampai pada akhirnya secara diam-diam membeli sendiri.
Selama satu bulan terjadilah peperangan dahsyat di dalam hati dan pikiran saya. Itu nggak baik! Tidak boleh! Di sisi lain mengatakan, “Ah sudahlah! Toh, mau jadi anak baik pun hidup tetap sulit.” Pada akhirnya, saat malam hari mata enggan terpejam, saya berbicara kepada Tuhan dalam doa. Esok paginya, muncul tekad untuk menjauhkan diri dari rokok. Sejak hari itu, setiap pulang kuliah saya pergi ke gereja untuk berbicara dan menikmati relasi yang intim dengan Tuhan dalam doa. Sepekan kemudian Tuhan menjawab doa saya.
Dalam satu masa, ketika hendak pulang kuliah, staf akademik kampus memanggil dan menawarkan tugas sebagai volunteer penerimaan mahasiswa baru. Tak perlu berpikir panjang, saya menjawab, “Ya. Saya bersedia.” Esoknya, saya mulai bertugas sebagai volunteer penerimaan mahasiswa baru selama empat bulan. Merdeka! Saya lepas dari penjajahan rokok. Bonusnya, Tuhan berikan jatah makan siang dan uang saku untuk tambahan bayar kuliah.
Tak berhenti di sana, selepas menjadi volunteer, saya dipanggil bekerja part time di kampus selama setahun. Selesai masa bekerja di kampus, Tuhan terus berkarya – dengan memberikan pekerjaan baru sebagai operator warnet (tempat yang menyewakan jasa peminjaman komputer dan jaringan internet). Akhirnya pendapatan setiap bulannya pun berhasil membiayai kuliah saya dan adik hingga lulus. Merdeka!
Satu firman Tuhan yang meneguhkan hati saya waktu itu adalah “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Lukas 16:10).
Sungguh pengampunan-Nya nyata. Setitik harapan tidak ada yang luput dari pandangan mata-Nya.

Merdeka dari Dosa VS Merdeka Berbuat Dosa

Oleh: Sylvia Tiono Gunawan – Staf Kerohanian (PK3)

Galatia 5:13
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.

Ajaran Yudaisme yang berkembang di Galatia mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan, seseorang harus menaati hukum Taurat. Hal ini jelas bertentangan dengan apa yang Yesus ajarkan. Oleh sebab itu, Rasul Paulus menegaskan bahwa keselamatan itu adalah anugerah Allah, bukan usaha atau perbuatan baik manusia. Orang percaya telah dibebaskan dari kutuk dosa dan menerima hidup yang kekal karena anugerah Allah. Orang percaya adalah orang-orang yang merdeka dari dosa dan tidak berada di bawah hukum Taurat melainkan di dalam kasih karunia Allah.
Jika kita tidak memerlukan perbuatan baik untuk mendapat keselamatan, apakah itu berarti kita boleh hidup semau kita termasuk berbuat dosa? Tentu tidak. Paulus menuliskan bahwa memang orang percaya telah dimerdekakan dari dosa tetapi jangan menggunakan kemerdekaan itu untuk hidup dalam dosa. Kita sudah dibebaskan dari kutuk dosa dan diselamatkan dengan darah Kristus, mengapa kita mau kembali hidup di dalam dosa lagi? Merdeka dari dosa bukan berarti merdeka berbuat dosa. Sebaliknya, hal ini berarti tidak lagi berbuat dosa sebagai wujud syukur serta kasih kita kepada Allah dan agar nama-Nya dimuliakan melalui kesaksian hidup kita.
Mari kita menyaksikan Tuhan melalui kehidupan yang merdeka dari dosa, hidup yang menjadi terang dan garam di mana pun kita berada. Salah satunya adalah dengan menjadi terang di tengah bangsa Indonesia, di mana kita tinggal. Dalam rangka memperingati kemerdekaan RI yang ke-78, mari kita nyatakan kasih kita kepada Tuhan dengan mengasihi bangsa ini, terus membawa bangsa ini dalam doa kita, menjadi saksi Tuhan di tengah bangsa ini dengan menjalani hidup yang merdeka dari dosa. Kiranya Tuhan menolong setiap kita dan memberkati bangsa Indonesia.

Di balik Kemeriahan Lomba 17 Agustus 2023 di Unit TK

Oleh: Lita Desiana, guru TK B1

Kali ini redaksi mewawancarai salah satu guru TK terkait kemeriahan perayaan HUT ke-78 RI di KB-TK Athalia. Manfaat apa saja yang akan didapat oleh setiap murid saat mereka ikut serta pada kegiatan tersebut. Mari kita simak penjelasan dari Ibu Lita.

Redaksi: Pembelajaran apa yang didapat saat bermain dan ikut lomba perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia?

Bu Lita: Pembelajaran yang didapat oleh para murid saat bermain dan mengikuti lomba perayaan HUT ke-78 RI yang setiap tahun dirayakan, adalah

  • Menumbuhkan semangat juang dan pantang menyerah, karena untuk meraih sebuah kemenangan, murid harus mau berusaha dan bekerja keras. Hal ini terlihat ketika para murid memiliki semangat dalam memberikan usaha terbaiknya dengan segenap kemampuan dalam setiap lomba, misalnya: saat murid mengikuti lomba memasukkan ring (simpai kecil) ke cone dengan menggunakan kaki, pasti perlu semangat untuk berusaha dan tekun melakukannya sampai semua ring (simpai kecil) masuk ke cone dengan cepat.
  • Murid dapat menerima kekalahan dengan lapang dada saat mengikuti lomba dan tidak membenci yang menang. Walaupun mereka mungkin merasa sedih karena kalah, mereka diajak untuk tidak marah-marah. Murid belajar untuk tetap memiliki karakter sukacita, yaitu bersikap benar termasuk di situasi yang tidak nyaman. Saat murid menang, mereka juga belajar untuk tidak sombong tetapi tetap memberikan semangat buat teman yang kalah.
  • Melatih para murid untuk belajar mengambil keputusan ketika ingin memenangkan lomba, dengan memiliki sikap yang fokus dalam perlombaan dan menjunjung tinggi sportivitas.
  • Membantu merangsang kecerdasan dan tumbuh kembang kemampuan motorik murid, misalnya: dalam lomba makan kerupuk, memindahkan bendera, balap karung, dan lain-lain. Lomba-lomba ini memerlukan koordinasi mata, kaki, dan tangan, sehingga pada saat yang sama menstimulasi kemampuan motoriknya.
  • Murid belajar untuk mampu menerima tantangan yang ada, misalnya: lomba memindahkan belut dari satu ember ke ember yang lain, pasti memerlukan keberanian untuk melakukannya.
  • Belajar bekerja sama untuk memupuk persahabatan dan kekompakan di antara rekan-rekan satu tim, misalnya: tarik tambang dan lari estafet memerlukan kerja sama dan komunikasi dalam tim untuk mendengarkan pendapat dari orang lain ataupun menerima instruksi supaya dapat melakukannya dengan tepat dan bisa memperoleh kemenangan.
  • Murid belajar mendengarkan dengan penuh perhatian aturan dan instruksi dalam perlombaan.
  • Meningkatkan rasa percaya diri sehingga murid menjadi berani ketika harus tampil di depan umum.
  • Yang terpenting adalah menumbuhkan semangat cinta tanah air Indonesia. Guru bisa menceritakan makna di balik lomba-lomba, misalnya: lomba makan kerupuk, yang mewakili susahnya makan dalam masa penjajahan, semangat gotong-royong dan persatuan saat lomba tarik tambang.

Redaksi: Bagaimana cara menentukan lomba yang tepat untuk unit KB (Batita dan Pra-TK) dan TK (TK A dan TK B)?
Bu Lita:

  • Memilih lomba sesuai dengan usia dan tingkat pencapaian murid, misalnya: lomba memasukkan bola sesuai dengan pola, untuk KB hanya pola AB-AB, sedangkan untuk TK pola AB-AB,ABC-ABC, atau ABCD-ABCD. Contoh lainnya, pada lomba memindahkan bendera untuk usia KB (2 atau 3 bendera) dan TK (4 bendera) dalam jarak yang lebih pendek untuk usia Batita, dan TK dalam jarak yang lebih jauh.
  • Memperhatikan durasi lomba dan disesuaikan dengan usia murid karena kemampuan murid KB-TK dalam menyelesaikan lomba berbeda-beda, misalnya usia KB memerlukan waktu yang sedikit lebih lama dibanding usia TK.
  • Menumbuhkan dan menstimulasi kematangan emosi, keterampilan sosial, kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat bermain dan belajar, dan mengembangkan keterampilan motorik.

Redaksi: Apa saja lomba yang diadakan dari KB (Batita-Pra TK) dan TK (TK A dan TK B)?
Bu Lita: Lomba yang diadakan untuk KB dan TK adalah

Batita
Lomba memindahkan bendera, mengelompokkan benda sesuai warna, menyusun balok.
Tujuannya: Untuk melatih koordinasi mata, tangan, dan melatih fokus, menumbuhkan keberanian murid, interaksi dengan teman, dan merangsang kemampuan motorik kasar murid.

Pra-TK
Lomba meronce dan memindahkan bendera.
Tujuannya: Untuk melatih rasa percaya diri anak, menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui perayaan dan perlombaan, menumbuhkan sikap penuh semangat, sportif saat berkompetisi mengikuti lomba bersama teman sebaya serta melatih kemampuan kognitif, fokus, dan meningkatkan kemampuan motorik kasar murid.

TK A
Lomba menyusun gelas warna putih dan bentuk geometri warna merah dengan pola AB-AB, dan lomba menyusun bola sesuai warna (merah, kuning, biru, hijau).
Tujuannya: Murid dapat bersyukur dan bangga menjadi anak Indonesia lewat lomba perayaan hari Kemerdekaan Indonesia, bersikap sportif dalam permainan kompetitif, percaya diri, mengenal warna bendera merah-putih dan warna-warna dasar, seperti merah, hijau, biru, dan kuning, dan mengembangkan motorik kasar dan halus murid.

TK B
Lomba membalikkan gelas dan mengisi bola sesuai pola ABC-ABC dan memasukkan ring (simpai kecil) ke dalam cone menggunakan kaki.
Tujuannya: Untuk menumbuhkan sikap percaya diri, menstimulasi kemampuan motorik murid, melatih kecerdasan kognitif, dan menumbuhkan daya juang. Saat murid mengikuti aturan lomba, mereka akan berlatih memecahkan masalah sederhana berdasarkan prioritas atau urutan.

Ternyata melalui wawancara ini kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang manfaat yang didapat oleh para murid saat mengikuti perlombaan dari segi sosial emosional, sensorik motorik, dan juga melatih perkembangan kognitif murid. Jadi mereka tak sekadar bermain tetapi juga sambil belajar dengan penuh sukacita. Terlebih KB-TK Athalia tidak asal pilih kegiatan lomba tetapi benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan tahapan tumbuh kembang murid.

Kurikulum Merdeka

Oleh: Presno Saragih, Kepala Bidang Pendidikan Sekolah Athalia

Kurikulum nasional tiap periode tertentu diubah oleh para pembuat kebijakan. Ada yang perubahannya signifikan, ada yang tidak. Sejauh ini, kurikulum nasional kita bersifat sangat mengikat dan menjadi acuan minimal bagi sekolah/satuan penyelenggara pendidikan. Namun, jika ada penambahan/improvisasi yang akan dilakukan oleh satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan sekolah itu sendiri pun tidak bisa serta-merta diterapkan. Pengawas sekolah belum tentu menyetujui penambahan/improvisasi yang dirancang oleh sekolah.
Kurikulum Merdeka adalah kabar gembira bagi satuan pendidikan dari TK sampai SMA. Kehadiran kurikulum ini diharap dapat memberi keleluasaan kepada tiap sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan) untuk dapat menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar siswanya. Pendidikan di dalam Kurikulum Merdeka berorientasi kepada kebutuhan para siswa (student-centered). Berbagai upaya akan dilakukan oleh pemangku kepentingan dalam sistem pendidikan untuk menjadikan siswa sebagai pelajar yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya dan berkarakter baik demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
Dalam Kurikulum Merdeka, ada yang menarik untuk kita perhatikan bersama, yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau bisa disebut dengan P5. Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila memiliki porsi yang cukup besar dalam proses pembelajaran selama 1 tahun ajaran yaitu 20-25%. Melalui proyek ini, para siswa akan dibentuk menjadi pelajar yang bukan saja memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang ke-Pancasila-an tetapi juga belajar menghidupi nilai-nilai Pancasila di tengah kehidupan masyarakat yang beraneka ragam dimanapun mereka berada. Di perguruan tinggi “upaya sengaja” yang sama juga akan diterapkan. Maka diharapkan lahirlah manusia Indonesia yang Pancasilais dalam arti sesungguhnya yang akan membangun bangsa ini.
Merdeka? Apakah artinya Kurikulum Merdeka lebih mudah disusun dan diterapkan? Jawabannya justru jauh lebih sulit karena sekolah/satuan pendidikan tidak terbiasa merancang kurikulumnya sendiri. Semua sekolah (termasuk Sekolah Athalia) harus berjuang keras dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka ini. Dibutuhkan bantuan dan doa dari para orang tua/wali siswa untuk mendukung penerapan kurikulum ini. Ada sejumlah perbedaan yang akan diterapkan dalam Kurikulum ini. Contoh: tidak ada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan tidak ada penjurusan/peminatan, ada penerapan pembelajaran diferensiasi, rapor yang berbeda, dan masih banyak yang lain.
Sekolah Athalia akan menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2023/2024 dimulai dengan kelas KB-TK, SD kelas 1, 7, dan kelas 10. Sebagai praktisi pendidikan yang sudah bergelut di dunia pendidikan selama 37 tahun, saya optimis bahwa Kurikulum Merdeka akan berdampak optimal bagi siswa Athalia (secara khusus dan secara holistik baik dalam bidang intelektual, spiritual, dan karakter) ketika sekolah dan orang tua siswa saling mendukung.
Coram Deo (hidup dalam hadirat Tuhan). Tuhan Yesus memberkati.

Pembinaan Karyawan YPK Athalia Kilang Being Firmly Rooted, Being Build Up In Christ

Oleh: Sie Kerohanian (PK3)

Pembinaan karyawan YPK Athalia Kilang tahun ini mengundang Ev. Hellen Pratama untuk menolong peserta kembali mengevaluasi kehidupan pribadi-Nya dengan Tuhan. Kolose 2:6-7 mengingatkan peserta bahwa perjalanan sebagai murid Kristus adalah sebuah perjalanan yang progresif dan harus didasari oleh pengenalan yang benar tentang Tuhan serta adanya relasi yang intim dengan Tuhan. Perjalanan spiritualitas atau pembentukan spiritualitas (spiritual formation) yang demikian, bukanlah hal yang bisa terjadi secara alami melainkan harus dilakukan secara sengaja dan dalam sebuah komunitas dengan pertolongan Roh Kudus, sehingga pada akhirnya orang percaya dapat menjadi makin serupa Kristus, memuliakan Tuhan dan menjadi berkat buat sesama.


Formasi spiritual terjadi dalam keseharian orang percaya. Setiap hari orang percaya diperhadapkan pada pilihan dan pilihan-pilihan yang dibuat menentukan apakah seseorang akan makin mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan. Hal yang ingin dicapai dalam formasi spiritualitas adalah seseorang yang mengasihi Tuhan, diri dan sesama dengan benar, bertumbuh menjadi seorang yang makin utuh dan kudus, hidup dengan jati diri yang sejati dalam Kristus (David Benner).


Berikut empat krisis dalam kerohanian:

  • Narsisisme (lebih mencintai diri sendiri daripada Tuhan),
  • Pragmatisme (mengutamakan hasil yang menguntungkan daripada apa yang benar di mata Tuhan),
  • Konsumerisme (mendorong kita untuk membeli apa yang tidak perlu dan menuntut situasi untuk selalu memuaskan diri)
  • Burn-out (kelelahan, terus melakukan aktivitas dan tidak beristirahat dengan benar).


Hal yang mendorong munculnya krisis kerohanian adalah hidup dalam manusia lama yang dibentuk oleh dunia ini. Dunia melihat manusia dari apa yang saya punya, apa yang saya lakukan dan apa kata orang sehingga manusia berusaha tampil seperti yang dunia inginkan.


Cara mengatasi krisis rohani adalah dengan sengaja menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:22,24). Untuk itu peserta perlu belajar lebih mengenal diri dan mengenal Tuhan sebab makin seseorang mengenal Tuhan, ia akan mampu makin mengenal diri, demikian sebaliknya. Peserta juga harus mendisiplin diri dan terus berlatih hidup sebagai manusia baru. Peserta perlu terus mengevaluasi diri, jujur di hadapan Tuhan dan izinkan Tuhan memproses kehidupannya.


Demikianlah pembinaan kali ini menolong setiap karyawan Athalia melihat relasinya dengan Tuhan lebih penting dari hanya sekadar menjadi pengikut saja. Relasi yang makin dekat dengan Tuhan menolong setiap karyawan untuk hidup terus diubahkan oleh Roh Kudus dan makin hari makin menjadi murid Kristus yang menyerupai Dia dalam setiap aspek kehidupan, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan setiap karyawan hidupnya bertumbuh dan menjadi berkat. Soli Deo Gloria. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.

Tetap Melangkah Bersama Tuhan

Oleh: Sylvia Tiono Gunawan – Staf Kerohanian (PK3)

Yosua 1:9
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.

Frasa kuatkan dan teguhkanlah hatimu serta janji penyertaan Tuhan tertulis beberapa kali dalam bagian ini. Mengapa? Mungkin karena kegentaran yang dirasakan Yosua sangatlah besar.
Sebagai orang yang ditunjuk untuk menggantikan Musa, ia harus memimpin bangsa yang besar dan keras kepala. Di zaman Musa saja, ada begitu banyak pemberontakan sehingga Musa yang terkenal lembut hatinya bisa sangat marah menghadapi Israel. Di saat yang sama, ia juga harus memimpin peperangan melawan bangsa asing untuk menduduki tanah perjanjian. Orang Israel tidak ahli berperang karena mereka dulunya adalah budak di Mesir dan peralatan perang mereka pun sederhana sedangkan musuh yang dihadapi sangat kuat.
Melalui firman-Nya, Tuhan berulang kali meneguhkan Yosua bahwa dia tidak sendiri. Tuhan mau Yosua ingat bahwa Ia hadir dan menyertai Yosua dan bangsa Israel. Jika Tuhan yang ada di pihak mereka, tidak akan ada yang dapat mengalahkan mereka. Asal mereka tetap melakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan setia, Tuhan berjanji tidak akan meninggalkan mereka. Dan janji penyertaan Tuhan ini juga berlaku bagi setiap anak-anak Tuhan hari ini.
Memasuki tahun ajaran yang baru memang dapat membangkitkan antusias yang baru tapi juga dapat memunculkan kegentaran yang baru. Apakah tahun ajaran ini dapat berjalan dengan baik? Apakah anak-anak mampu melewatinya dengan baik? Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak takut menghadapi apa pun yang akan terjadi di depan sebab Ia berjanji akan menyertai kita. Adapun yang Ia minta dari kita adalah tetap hidup dalam firman-Nya dan mengandalkan Dia. Karena itu tetaplah melangkah bersama dengan Tuhan dan jangan bersandar pada hikmat dan kekuatan kita sendiri. Ia, Allah yang setia akan terus menopang kita melewati satu tahun ajaran yang baru ini.

Parents Meeting Tahun Ajaran 2023/2024

Oleh: Chandria Wening Krisnanda, Staf Parenting (PK3)

Parents meeting adalah kegiatan yang diadakan setiap awal tahun ajaran baru di Sekolah Athalia dan Sekolah PINUS mulai dari level KB, TK sampai level SMA.
Acara ini dilaksanakan dalam waktu yang berbeda-beda di setiap levelnya, dan sekolah mengharapkan orang tua untuk hadir sesuai dengan level anak mereka. Pada kesempatan ini sekolah menyampaikan beberapa hal terkait budaya Athalia, pelaksanaan kurikulum merdeka khusus untuk level kelas KB, TK, Kelas 1, kelas 7, dan kelas 10, program pembelajaran karakter, program Athalia Parents Community (APC), dan program kelas parenting yang khusus diadakan bagi orang tua murid.
Parents meeting ini juga sebagai ruang perjumpaan pihak sekolah dengan orang tua sehingga kemitraan dalam hal pendampingan anak dapat berjalan sesuai dengan visi misi sekolah. Ketua Yayasan Athalia Kilang, Ibu Charlotte Priatna menyampaikan prinsip 5 beliefs yang selama ini dihidupi di komunitas ini yaitu bahwa setiap anak adalah titipan Tuhan, berharga, unik, cerdas, dan punya tujuan khusus. Sebagai bentuk perwujudan kemitraan antara orang tua dan sekolah, pengurus APC juga mengajak orang tua untuk ambil bagian dan berperan aktif pada setiap program APC yang ada. Selanjutnya Bapak Presno Saragih selaku kepala bidang pendidikan menyampaikan program pembinaan karakter yang berkesinambungan mulai dari jenjang KB-TK, sampai SMA. Pada acara ini kepala sekolah di setiap unit menyampaikan program kurikulum akademik yang akan dijalankan pada tahun ajaran 2023/2024. Berikutnya orang tua juga diperkenalkan dengan setiap guru dan staf yang akan mendampingi para murid di sekolah.
Saat ini unit yang sudah selesai melaksanakan Parents Meeting adalah unit KB-TK, SD, dan PINUS. Selanjutnya besok Sabtu, 5 Agustus akan dilaksanakan Parents Meeting untuk SMP dan Sabtu, 12 Agustus Parents Meeting untuk SMA. Harapannya Parents Meeting ini bukan hanya kegiatan rutin yang bersifat seremonial saja tetapi dapat menjadi sarana untuk menyampaikan maksud Tuhan bagi orang tua, pendidik, dan peserta didik sehingga nama Tuhan makin dipermuliakan.

Latihan Berpikir

Oleh: Dra. Corrina Anggasurjana, MA, staf Research & Development SMA Athalia

https://flinkliv.com/pages/critical-thinking.html

Apakah contoh pembicaraan di atas sudah terjadi dalam komunikasi antara orang tua dan anak? Anak diajak berpikir sebelum mengambil keputusan, anak diperluas wawasan berpikirnya dan diajak melihat berbagai pertimbangan?
Diskusi yang didasarkan pemikiran yang kritis akan menghasilkan kesimpulan yang mantap karena melalui proses berpikir yang bertahap, berkembang, dan matang. Orang tua perlu melatih dan membiasakan anak untuk mengembangkan proses berpikir kritis yang benar. Hal itu pun sedang digiatkan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia sebagai salah satu ciri Pelajar Pancasila, yaitu bernalar kritis. Apakah berpikir kritis itu? Kemampuan secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri.
Berpikir kritis atau critical thinking merupakan keterampilan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan yang logis. Agar anak-anak mampu berpikir kritis, ia perlu:
memiliki rasa ingin tahu – beri rangsangan yang menggelitik rasa ingin tahu anak, misal tanyakan “Apakah ada cara pandang lain untuk menyikapi hal ini?” “Bila kamu yang jadi menteri keuangan, kira-kira solusi apa yang akan kamu ambil?”
memiliki kreativitas – kreativitas dapat dilatih, misalnya beri satu kata dan minta anak mengajukan tiga pertanyaan yang dimulai dengan kata “jika….”
ketekunan – terus melatih pikiran ketika menghadapi berbagai situasi, pikirkan hal-hal yang ada di sekitar situasi tersebut untuk memperluas pemahaman dan wawasan.
Pembiasaan untuk berpikir kritis membuat seorang anak ketika menghadapi satu persoalan akan berusaha mencari informasi yang relevan, menanyakan pertanyaan yang bermakna, mempertimbangkan berbagai alternatif sudut pandang, menggunakan logikanya, menghindari asumsi, dan mempertimbangkan berbagai peluang.
Orang tua harus mendorong anak-anak untuk mencari kebenaran dengan belajar bernalar dan berdebat secara sehat sehingga anak-anak tidak akan hanya menelan apa saja yang ditawarkan kepada mereka tanpa mempertimbangkannya. Anak-anak remaja yang terbiasa berdebat secara sehat dengan orang tuanya akan mengembangkan kemandirian dan keteguhan yang membuat mereka lebih tahan terhadap tekanan teman sebaya, termasuk yang berkaitan dengan narkoba, alkohol, atau pun isu-isu negatif yang mewarnai dunia para remaja. Pemikiran kritis yang baik juga akan menumbuhkan kepedulian yang produktif, bahkan mendorongnya untuk bertindak dan mencoba mengubahnya.

The simple believes everything, but the prudent gives thought to his steps. Proverbs 14:15 (ESV)