Umumnya saya menikmati perjalanan dari rumah ke Sekolah Athalia, yang biasa saya tempuh dalam 30-45 menit bila lalu lintas berjalan wajar. Mengendarai mobil melewati jalan-jalan “tikus” yang menghubungkan wilayah Bintaro dan Serpong itu memperkaya saya dalam banyak hal. Udara pagi yang segar memicu sel-sel otak saya untuk berpikir, dan melakukan apa yang disebut orang-orang pintar sebagai: “proses pemaknaan”. Menuliskan pembelajaran seperti ini membuat saya makin paham kehidupan. Mungkin juga bisa menjadi berkat buat yang membacanya.
Pelajaran saya seputaran beraneka ragam karakter yang muncul dalam interaksi berlalu lintas. Tapi biar itu untuk lain kali, karena hari ini udara sekitar saya sesak oleh tragedi yang saya baca sejak kemarin di media: Ade Sara Angelina Suroto. Sambil menyetir, sepanjang perjalanan otak dan hati saya muter bolak-balik tak habis pikir. Untunglah jalanan ini sudah saya lewati bertahun-tahun, jadi sambil merem juga kayaknya bisa J.
Ade dibunuh mantan pacarnya yang sebenarnya sudah punya pacar baru.Bahkan dia bersekongkol dengan pacar barunya untuk menghabisi nyawa Ade. Kenapa si mantan membunuh? Karena Ade tidak mau berhubungan lagi dengannya. Ga bisa move on gitu deh..Lalu kenapa pacar baru si mantan ikutan membunuh? Karena takut si pujaan hati kembali ke Ade Sara. Begitu yang saya baca di media.
Saya jadi mikir, saat usia 19 tahun dulu, adakah orang yang saya benci? Hmmm…yang saya tidak sukai mungkin ada. Tapi benci? Sedemikian bencinya sampai mengharapkan dia mati? Sedemikian bencinya sampai bisa merencanakan pembunuhan? Sedemikian bencinya sampai mampu menggerakan tangan saya untuk membunuh? Waaah…jauh banget rasanya. Saya tidak bisa membayangkan hati yang sampai membenci sedalam itu. Apa yang pernah dialami hati itu, sehingga bisa begitu dibutakan oleh kebencian? Bagaimana tersiksanya hidup seseorang ketika memiliki hati seperti itu?
Dan semua itu karena suatu hal yang katanya bernama cinta. Jadi ingat sepotong lagu yang entah saya dengar di mana: ‘cinta ini membunuhkuuu….’ Sebal betul saya mendengar lagu itu dulu. Tapi kini, dalam nuansa sarkasme, saya pikir masih mending gitu deh..seenggaknya yang dibunuh bukan orang lain.. X_X
Pikir-pikir, bila memang demikian, niscaya kita semua harus super duper muper cuper hati-hati lah terhadap yang namanya cinta. Mengerikan! Tapi tentang cinta, lainkali lah dibahas. Waktu saya sudah mau habis, Sekolah Athalia sudah di depan mata.
Tapi tiba-tiba terbuka pikiran saya atas suatu hal. Tragedi ini benarkah tentang Ade Sara Angelina Suroto? Tidakkah lebih tepat tragedi ini mengenai sepasang anak muda belia, ganteng dan cantik, berpendidikan, berkecukupan, namun sekarang berada dalam tahanan polisi dan mendapat label pembunuh sadis?
Hidup di dunia hanya sementara. Ade Sara telah selesai menjalaninya. Walau saya tak sanggup membayangkan penderitaan yang dia alami di akhir hidupnya, lebih ngeri lagi membayangkan apa yang akan dialami sepasang anak muda ini. Di usia yang baru segitu, trauma apa yang akan dialami nurani mereka? Hidup macam apa yang akan mereka hadapi bertahun-tahun ke depan? Kegundahan dan penyesalan seberat apa yang mereka tanggung saat ini? Bagaimana pedih yang menggayuti hari-hari orangtua yang membesarkan mereka?
Kiranya kita semua yang diberi kesempatan menjadi orangtua terus belajar bagaimana mendidik anak-anak dengan benar, sejak awal. Hidup yang hanya sekali ini bisa sangat berarti, bisa juga menjadi sangat sia-sia.
Tuhan pencipta alam semesta, betapa pun Engkau hancur hati melihat mahlukMu bisa rusak seperti ini, mohon anugerahkan hikmat bagi remaja-remaja Athalia, agar mereka beroleh pengertian yang benar tentang hidup. Berpikir dengan bijaksana, bergaul dengan bijaksana. Amin. (K&K).