Peran Ayah Dalam Keluarga

(Mazmur 128)

 

Dalam zaman modern saat ini, banyak keluarga Kristen yang kehilangan fungsi dan perannya. Berbagai kesibukan kerja dan aktifitas yang padat membuat banyak keluarga tidak bisa menikmati kebersamaan satu dengan yang lain. Rumah cuma tempat istirahat setelah melakukan aktifitas dan pekerjaan. Tidak ada altar keluarga, tidak ada acara kumpul bersama untuk saling bicara, makan bersama, nonton bersama, saling sharing. Semuanya sibuk, sibuk dan sibuk. Tetapi itulah realita hidup yang harus kita lihat dan mungkin kita ada di dalam situasi yang seperti itu.

Seorang ayah yang seharusnya menjadi imam, kepala keluarga, suami dan ayah bagi anak-anaknya ternyata tidak punya waktu untuk keluarganya. Seorang ayah karena kesibukannnya, tidak hadir dan berperan dalam mendidik, mengajar, membangun dan mengasihi di dalam keluarganya. Sehingga apa yang terjadi? Banyak anak yang kehilangan figur seorang ayah yang mempengaruhi mereka dalam membangun self image (gambar diri) serta menentukan bagaimana mereka berelasi dengan pria lain. Pada saat mereka tidak menemukan perhatian dan kasih sayang dari ayah mereka, mereka akan mencarinya di luar dan di sana dengan begitu mudah pula mereka akan jatuh dalam pergaulan bebas.

Dalam situasi seperti ini, kita harus kembali kepada Alkitab. Dalam Mazmur 128, kita belajar beberapa hal bagaimana seorang ayah menjalankan perannya dalam keluarga.

 

1. Seorang ayah harus punya hati yang takut akan Tuhan

Mazmur 128:1 menyatakan bahwa berbahagialah orang yang takut akan Tuhan. Dalam ayat 4, kembali dinyatakan bahwa Tuhan memberkati seorang laki-laki yang takut akan Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang ayah haruslah jadi ayah yang takut akan Tuhan. Ayah yang menjalankan fungsi dan perannya sebagai seorang imam dalam keluarga. Ayah yang mengajarkan anak-anaknya di dalam pengenalan akan Tuhan. Mengajak keluarganya untuk beribadah melalui altar keluarga, membaca alkitab, berdoa bersama. Sehingga anak-anak akan melihat langsung figur seorang ayah yang memberikan teladan iman kepada mereka.

Mengapa banyak orang merokok? Karena ayah mereka juga perokok. Mengapa ada orang peminum? Karena ayah mereka juga seorang peminum. Jadi kita bisa melihat bahwa seorang ayah yang baik adalah ayah yang mendidik hidup anak-anaknya seturut dengan firman Tuhan. Ayah yang dalam seluruh hidupnya, pekerjaannya, aktifitasnya, kasihnya, pengajarannya membawa seluruh keluarganya takut akan Tuhan.

 

2. Seorang ayah harus menjadi suami yang mengasihi isterinya (Mazmur 128:3a)

Seorang pria harus menjadi seorang suami sekaligus ayah yang bijaksana dalam keluarganya. Efesus 5 : 25 menuliskan “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaatNya dan telah menyerahkan diri-Nya baginya”. Sebuah kata bijak mengatakan: “Salah satu hadiah terindah yang dapat diberikan seorang ayah kepada anak-anaknya adalah dengan mengasihi ibunya”. Saat seorang ayah mengasihi isterinya maka ia sudah memberikan teladan kasih kepada anak-anaknya bagaimana mereka bersikap hormat kepada ibu mereka, teman lawan jenis mereka dan pasangan hidup mereka kelak.

 

3. Seorang ayah harus menjadi ayah yang bijaksana bagi anak-anaknya.


Ayah yang bijaksana terlibat dalam kehidupan anak-anaknya
Seorang ayah berjanji pada anaknya untuk berjalan-jalan dan pergi makan bersama pada hari ulang tahunnya yang ke-11. Anaknya begitu gembira dan mulai menghitung hari, namun menjelang hari ulang tahunnya, sang ayah menerima undangan untuk menghadiri sebuah seminar penting di luar kota tepat pada hari ulang tahun anaknya. Ia akan menerima $1,000 untuk menjadi pembicara selama 1 jam. Seminar ini begitu penting bagi karirnya dan akan dihadiri oleh orang-orang penting juga. Ia mencoba berbicara dan bernegosiasi dengan anaknya untuk membatalkan rencana jalan-jalan bersama dan menawarkan $1,000 kepada anaknya. Apa jawab sang anak? Setelah berpikir sejenak, sang anak menjawab, ”No, that’s Ok Dad, I’d rather spend time with you”. Anak tersebut menolak uang $1,000 dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama-sama dengan ayahnya. Inilah contoh cerita betapa pentingnya waktu dan kehadiran seorang ayah dalam hidup anak-anaknya.

 

Ayah yang bijaksana adalah ayah yang selalu konsisten

Seorang ayah berjanji akan makan siang bersama dengan anaknya dan kemudian akan main basket bersama. Sang anak menunggu dengan antusias. Beberapa jam sebelum makan siang, ia sudah siap dengan bola basketnya berikut baju basketnya dan menunggu sang ayah tiba di rumah siang itu. Tunggu punya tunggu ayahnya belum datang juga. Jam 1 siang ayahnya menelepon dan mengatakan bahwa ia sangat sibuk karena banyak pekerjaan, ia mengatakan bahwa ia belum lupa janjinya dan akan pulang sekitar jam 3 siang sehingga masih ada waktu untuk main basket bersama. Tunggu lagi hingga jam 4 sore, ayahnya kembali menelepon bahwa ia tidak bisa pulang, akhirnya ayahnya pulang sekitar jam 10-an malam dan menemukan anaknya sudah tertidur dengan baju basketnya. Dia mengendong anaknya ke tempat tidur dengan berbisik, ”I’m sorry my son.” Sang anak dengan setengah terbangun menjawab, ”It’s Ok Dad, I had fun thinking about it.”
Seorang ayah harus konsisten dalam segala hal terutama di dalam menjaga nilai-nilai yang kita pegang khususnya dalam hal iman.

 

Ayah yang bijaksana akan mengenal secara mendalam karakter anak-anaknya

Setiap anak mempunyai karakter yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Untuk itu seorang ayah harus mengenal anaknya, masuk ke dalam jiwa mereka. Mengenal setiap kebutuhan mereka, kekuatiran mereka, apa yang sedang dialami, perasaan mereka dan cara berpikir mereka. Hal itu akan membangun hubungan ayah dengan anaknya secara lebih mendalam.

 

Kiranya Tuhan menolong setiap para ayah untuk menjalankan perannya sebagai ayah yang takut akan Tuhan, mengasihi istrinya dan ayah yang bijaksana bagi anak-anaknya. God bless us.
(by: DRZ)

Mengasihi Anak-anak dengan Mengenali Bahasa Kasih Mereka

Menjadi orang tua adalah sebuah tugas mulia yang telah dipercayakan oleh Tuhan untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anak-anak yang dititipkan oleh-Nya. Terkadang karena sibuknya pekerjaan membuat para orang tua tidak sempat memperhatikan anak-anaknya bertumbuh. Orang tua seringkali jadi kurang mengenali anak-anak mereka sendiri dan tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mencintai mereka. Jika caranya kurang tepat, dapat saja anak-anak merasa tidak dikasihi padahal sebagai orang tua tentu saja sangat menyayangi mereka. Untuk itu, sangat perlu untuk memahami bahasa kasih dari anak-anak tersebut. Menurut buku berjudul “Lima Bahasa Kasih” tulisan Gary Chapman, ada lima bahasa kasih yang digunakan oleh manusia untuk mengekspresikan kasih sayang atau untuk merasa dicintai, lima bahasa kasih itu adalah:

1. Quality Time (Waktu yang Berkualitas)

2. Physical Touch (Sentuhan Fisik)

3. Receiving Gift (Hadiah)

4. Words of Affirmation (Kata-kata Pendukung/Penguatan)

5. Act of Service (Pelayanan)

 

1. Quality Time (Waktu yang Berkualitas)

Ciri-ciri seorang anak dengan bahasa kasih ini:

  • sangat suka ditemani dan suka menemani
  • suka berlibur dengan keluarga (senang berkumpul atau meluangkan waktu bersama-sama dengan orang-orang yang mereka sayangi atau yang menyayangi mereka)
  • tidak suka jika orang tuanya terlalu sibuk dan jarang di rumah, atau tidak punya waktu untuk mereka, karena baginya, kehadiran Anda adalah kebahagiaannya.

Anak-anak dengan bahasa kasih ini akan merasa sangat terluka jika Anda tidak datang untuk mengambil raport, atau tidak menghadiri pentas drama yang anak Anda mainkan di sekolah padahal sebagai orang tua Anda menerima undangan pada acara tersebut, melewatkan janji main bola, atau melupakan rencana nonton film bersama. Mereka juga merasa diabaikan saat sedang liburan keluarga tapi Anda sibuk sendiri dengan laptop dan pekerjaan Anda atau Anda sibuk sendiri dengan ponsel atau gadget Anda. Sebaliknya, mereka akan merasa sangat dicintai jika Anda bersedia menemani mereka belajar, penuh perhatian saat mereka sedang bercerita tanpa apapun memecah fokus Anda padanya, mau meluangkan waktu sekedar untuk ngobrol atau main catur bersama. Mereka juga akan merasa sangat disayangi ketika Anda sedang tugas di luar negeri atau di luar kota untuk beberapa minggu tapi khusus di hari ulang tahunnya Anda mau menyempatkan pulang sebentar hanya untuk merayakan hari spesial itu sekalipun mungkin Anda lupa membeli kado. Baginya, kehadiran atau keberadaan Anda di sisinya jauh lebih penting baginya.

 

2. Physical Touch (Sentuhan Fisik)

Ciri-ciri seorang anak dengan bahasa kasih ini:

  • sangat suka dipeluk atau diusap, juga suka memeluk atau mengusap
  • suka menyentuh kalau berbicara
  • kemarahannya akan segera lenyap ketika diberi pelukan

Anak-anak dengan bahasa kasih ini akan sangat hancur hatinya ketika Anda menamparnya, memukul, atau menjambak rambutnya. Sebaliknya, mereka akan merasa sangat dikasihi ketika Anda menggandeng tangannya, menepuk punggungnya, mencium keningnya ketika mereka akan berangkat sekolah atau ketika mereka akan tidur, mengusap tangannya ketika mereka sedih, mengelus kepala mereka, menggendong, atau memeluk mereka.

 

3. Receiving Gift (Hadiah)

Ciri-ciri seorang anak dengan bahasa kasih ini:

  • sangat senang menerima hadiah dan suka memberi hadiah pada orang tuanya
  • senang diberi oleh-oleh ketika orang tuanya pulang dari bepergian atau senang memberikan oleh-oleh untuk teman-temannya ketika dia baru pulang berlibur.
  • mengharapkan kado di hari ulang tahunnya

Menurut anak-anak dengan bahasa kasih ini membahagiakan orang lain adalah dengan memberikan hadiah, begitu juga sebaliknya bagi diri mereka sendiri, mereka akan merasa bahagia jika diberi sesuatu. Tidak harus sesuatu yang wah, mahal, atau spektakuler, kadang bagi anak-anak dengan bahasa kasih ini, diberi sebutir permen pun sudah cukup membuat hatinya luluh saat mereka sedang merajuk atau ngambek. Anak-anak ini mungkin akan mulai berpikir Anda tidak menyayanginya lagi ketika Anda lupa memberinya kado Natal.

 

4. Words of Affirmation (Kata-kata Pendukung/Penguatan)

Ciri-ciri seorang anak dengan bahasa kasih ini:

  • senang dipuji
  • senang memuji dan mengucapkan kata-kata manis
  • sangat suka diberi kata-kata dukungan
  • tidak suka dikritik

Anak-anak dengan bahasa kasih ini mudah remuk oleh kata-kata celaan, makian, dan hinaan. Sebaliknya, mereka akan merasa sangat dicintai ketika Anda memuji prestasinya di sekolah, memberikan kata dukungan semangat saat mereka mulai malas belajar, menyapa dengan manis saat mereka baru bangun tidur, atau mengucapkan selamat tidur saat mereka mulai memejamkan mata. Memanggil mereka dengan sebutan “sayang”, “jagoan Papa”, “anak Papa yang baik”, atau “anakku yang manis”, akan membuat mereka sangat yakin bahwa Anda benar-benar menyayanginya. Jika mereka melakukan kesalahan, sebuah kata-kata kritikan bukanlah cara yang tepat untuk mereka, tapi sebuah saran atau solusi dan kata-kata dukungan semangat untuk memperbaikinya  justru akan lebih mengena.

 

5. Act of Service (Pelayanan)

Ciri-ciri seorang anak dengan bahasa kasih ini:

  • suka dilayani dan suka melayani
  • senang dibantu
  • penolong, peka terhadap kebutuhan orang lain
  • senang membantu orang tuanya bekerja di rumah

Anak perempuan Anda membuatkan Anda secangkir kopi, atau anak laki-laki Anda membantu Anda mencuci mobil, adalah wujud rasa sayang yang sedang ditunjukkan oleh anak-anak dengan bahasa kasih ini. Bagi anak-anak ini sebuah tindakan nyata lebih berarti bagi mereka daripada hanya sekedar kata-kata belaka. Anak-anak ini akan merasa disayangi ketika Anda mau mengantarnya sekolah atau menjemputnya saat pulang les. Membantu mereka menyelesaikan masalah, membantu mereka mengerjakan PR, membantu mereka mempersiapkan peralatan sekolah, membuatkan mereka sarapan, membantu mereka menyiapkan bekal, menyuapi mereka saat mereka sakit, atau membuatkan mereka secangkir susu saat akan pergi tidur akan membuat mereka merasa sangat bahagia. Mereka akan merasa sangat sedih, merasa ditelantarkan, dan berkecil hati saat Anda membiarkan mereka menyelesaikan masalah-masalah mereka sendiri ketika mereka butuh bantuan atau melakukan segala sesuatunya sendiri saat mereka butuh pertolongan.

 

Pada dasarnya setiap anak atau orang menggunakan kelima bahasa kasih ini, hanya saja mana yang lebih dominan dan intens membuat seorang anak paling merasa terluka atau hal mana yang paling membuatnya merasa sangat bahagia dan paling merasa dikasihi jika diperlakukan seperti yang diharapkannya, berarti itulah bahasa kasihnya.

 

Nah, para orang tua, kasihi putra-putri Anda dengan cara mereka, sesuai dengan bahasa kasih mereka, karena wujud kasih sayang yang Anda tunjukkan itu akan terus terkenang di hati mereka hingga kelak mereka dewasa.

 

(*Ind).

Courageous -Honor Begins at Home-

Courageous adalah film keempat yang diproduksi oleh Sherwood Pictures setelah Flywheel, Facing the Giant dan Fireproof. Film ini adalah hasil karya Kendrick bersaudara, Alex dan Stephen.

Stephen yang menjadi penulis naskah dan produser yang juga sudah menyutradari beberapa film menyaksikan banyak berkat yang mereka lihat pada film sebelumnya yaitu Fireproof. Dia menceritakan kisah seorang wanita yang sudah meninggalkan pernikahannya selama 27 tahun dan akhirnya setelah menonton film Fireproof ia berusaha mencari jejak suaminya dan akhirnya bisa bersatu kembali dengan keluarganya.

Stephen mengatakan, gerejanya berdoa untuk film berikutnya setelah Fireproof. Kendrick bersaudara berdoa meminta Tuhan menyatakan cerita untuk mereka. Pada saat itulah Tuhan terus mengingatkan mereka tentang runtuhnya keayahan. Ketidakhadiran para ayah dalam keluarga di Amerika persentasenya cukup besar. Dalam keluarga Afrika Amerika, hampir tiga-perempat dari para ayah hilang. Ketika Tuhan menunjukkan pada mereka, mereka menuliskannya dalam catatan dan berdoa agar bisa menyusunnya dengan benar. Mereka terus berdoa agar mereka bisa membuat film ini dengan baik.

Kalau film Fireproof bertemakan pernikahan, Courageous bertemakan keayahan. Film ini melibatkan banyak sukarelawan dari Gereja Sherwood tempat Kendrick bersaudara melayani. Film ini lahir dari pergumulan doa mereka.

Sumber: http://visi-bookstore.com

Penasaran dengan ceritanya? Mari kita baca ringkasan film dibawah ini.

“Kajian dilakukan pada peningkatan aktivitas kekerasan geng, dalam hampir semua kasus. Semua anggota geng; pelarian, anak yang OD, pemakai obat-obatan, dan remaja di penjara memiliki persamaan ciri. Ciri itu adalah, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga tanpa ayah. Dengan kata lain, jika tidak ada ayah kemungkinannya 5 kali lebih besar anak-anak akan bunuh diri atau memakai obat-obatan dan kemungkinan untuk berakhir di penjara 20 kali lebih besar. Aku tahu kelompok kalian telah bekerja keras dan aku tahu kalian melihat sisi terburuk orang-orang. Tapi pada saat waktu kerja selesai, pulanglah dan sayangilah keluarga kalian.” Kalimat ini adalah pengarahan yang diberikan oleh seorang Sherif kepada sekelompok anggota kepolisian Albaniy Georgia yang sarat dengan dunia kekerasan.

Adam, Nathan, Shane dan David adalah empat orang polisi yang bertugas di kepolisian Albaniy Georgia. Mereka yang tidak memiliki kegiatan apa-apa pada akhir pekan, berencana untuk bertemu dan memanggang bistik bersama. Pertemuan akhir pekan yang awalnya bertujuan untuk mengisi akhir pekan dengan bersenang-senang dan memanggang bistik akhirnya berubah menjadi diskusi mengenai isu yang dsampaikan oleh Sherif di dalam pengarahannya. Diskusi akhirnya berlanjut dengan sharing mengenai ayah-ayah mereka. Bagaimana mereka menjalani hidup tanpa ayah atau dengan ayah yang tidak bertanggung jawab.

Sebuah pertemuan yang aneh telah membawa seorang pria yang bukan seorang polisi bergabung dengan mereka. Kelompok akhir pekan itu kini beranggotakan lima orang. Masing-masing dari mereka adalah seorang ayah dan memiliki permasalahan keluarga yang berbeda-beda.

Adam adalah seorang ayah memiliki dua orang anak (putra dan putri) yang tanpa sadar telah memberikan perhatian yang berbeda kepada anaknya sehingga menimbulkan sakit hati pada putranya.

Nathan memiliki seorang anak remaja yang suka memberontak, karena merasa selalu dikekang oleh ayahnya khususnya dalam hal berpacaran.

Shane telah bercerai dengan istrinya dan memiliki seorang putra. Pengadilan memutuskan hak asuh anak jatuh kepada istrinya. Secara berkala ia selalu bertemu dengan anaknya dan menghabiskan waktu bersamanya. Ia sangat ingin menjadi seorang ayah yang dikagumi oleh anaknya. Ia juga seorang yang memiliki ambisi pada uang dan dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

David adalah yang termuda di antara mereka. Ia adalah seorang yang tidak percaya pada hal-hal religius. Ia belum menikah, namun telah berhubungan dengan seorang gadis yang menyebabkan gadis tersebut hamil. Namun pada saat ia mengetahuinya ia lari dari tanggung jawabnya dan meninggalkan gadis tersebut beserta anaknya dengan alasan bahwa ia merasa tidak mencintai gadis tersebut.

Javier adalah seorang pekerja harian yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. Keluarganya hidup dengan penuh kekurangan, namun imannya kepada Tuhan memberinya kekuatan untuk berjuang menjadi seorang suami dan ayah yang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Suatu hari putri Adam meninggal dunia, kesedihan mendalam meliputi dirinya. Dia diperhadapkan pada dua pilihan; marah kepada Tuhan karena waktu-waktu yang tidak ia miliki dengan putrinya atau bersyukur kepada Tuhan karena waktu-waktu yang sudah ia lewati dengan putrinya. Adam memutuskan untuk bersyukur dan percaya pada Tuhan. Keputusan itu membawanya semakin dekat dengan Tuhan dan membawanya kedalam perenungan tentang apa yang Tuhan harapkan darinya sebagai seorang ayah. Hal ini ternyata membawa pemulihan di dalam keluarganya, khususnya pada hubungannya dengan putranya.

Peristiwa ini akhirnya membuat Adam berinisitif untuk membuat resolusi bagi dirinya. Ia berjanji akan menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab. Adam pun mengumpulkan teman-temannya dan menceritakan kepada mereka mengenai resolusi yang akan diambilnya. Ia berkata, “Aku tak mau menjadi ayah yang cukup baik. Kita punya waktu yang pendek untuk memberi pengaruh pada anak-anak kita. Pola apapun yang kita tentukan untuk mereka akan digunakan untuk anak-anak mereka dan generasi setelahnya. Kita punya tanggung jawab untuk membentuk kehidupan. Kurasa itu tidak boleh dianggap remeh. Setengah dari semua ayah di negara ini gagal melakukan itu. Aku tak mau jadi salah satu dari antara mereka. Ini bukan hanya soal menghabiskan waktu dengan anak-anak kalian. Itu hal yang sudah pasti. Aku bicara soal menetapkan standar yang mereka harus bidik dalam kehidupan. Aku belajar bahwa Tuhan ingin agar aku membuat putraku jadi pria sejati. Aku tidak bisa melakukannya dengan santai. Aku tak boleh pasif.”

Mendengar perkataan Adam, keempat temannya akhirnya mengambil keputusan untuk berkomitmen menjadi pria dan ayah yang bertanggung jawab. Mereka berlima akhirnya menyelenggarakan upacara penandatanganan resolusi dan mengucapkan janji mereka di hadapan Tuhan dan keluarga. Pada saat upacara, Pendeta mengingatkan mereka bahwa tantangan, kontroversi dan konflik akan datang dan menguji komitmen mereka, untuk itu mereka harus memiliki keteguhan hati.

Hari terus berlalu, satu demi satu tantangan, kontroversi dan konflik datang menghampiri mereka. Masing-masing dari mereka berjuang untuk menghadapnya, berjuang untuk menjadi ayah yang bertanggung jawab, berjuang untuk mengampuni, berjuang untuk menyangkal diri dan berjuang untuk taat. Hari demi hari mereka menyaksikan bagaimana Tuhan menyertai dan bekerja di dalam hidup mereka, memberi mereka kekuatan untuk berjuang. Dalam perjuangan itu, ada yang menang namun ada pula yang jatuh dan terus berjuang untuk menang.

Sebuah film yang sangat memberkati. Film yang wajib ditonton oleh para ayah yang memiliki keinginan untuk menjadi ayah yang bertanggung jawab dan oleh para ibu yang ingin mendukung seorang ayah menjadi ayah yang bertanggung jawab. Film ini juga sangat baik ditonton oleh setiap orang yang belum menikah karena begitu banyak pelajaran dan nilai-nilai yang dapat dipetik dari setiap pergumulan, keputusan, dan peristiwa yang dialami oleh para tokoh.

Bagaimana, ada yang tertarik untuk menonton film ini? Film ini dapat dibeli di toko-toko buku Kristen atau di toko-toko yang menjual CD/DVD. Teman-teman juga dapat meminjam film ini di perpustakaan SMP sekolah Athalia.

IB/Tim Karakter