Delapan puluh tahun yang lalu, para pahlawan berjuang dengan semangat, doa, dan harapan akan masa depan Indonesia yang lebih baik. Mereka percaya, Indonesia harus merdeka — agar anak cucu bisa menikmati hidup yang damai, aman, dan sejahtera.
Hari ini, kemerdekaan itu sudah ada di tangan kita. Tapi perjuangan belum selesai. Sekarang giliran kita untuk menjaga dan meneruskannya.
Di Sekolah Athalia, sebuah sekolah Kristen di Serpong, kami turut ambil bagian dalam perjuangan ini — melalui pendidikan karakter yang ditanamkan sejak awal. Kami percaya, bangsa yang besar dimulai dari generasi muda yang punya hati benar, berintegritas, dan siap membawa Indonesia maju.
Mari terus jaga persatuan, teguhkan kedaulatan, wujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari Athalia, sekolah Kristen di Serpong, kami membawa semangat dan cinta untuk Indonesia Maju. Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia! Merdeka!
Pembinaan karyawan Sekolah Athalia (YPK Athalia Kilang) – sebuah sekolah di Serpong, tahun ini mengundang Ev. Hellen Pratama untuk menolong peserta kembali mengevaluasi kehidupan pribadi-Nya dengan Tuhan. Kolose 2:6-7 mengingatkan peserta bahwa perjalanan sebagai murid Kristus adalah sebuah perjalanan yang progresif dan harus didasari oleh pengenalan yang benar tentang Tuhan serta adanya relasi yang intim dengan Tuhan. Perjalanan spiritualitas atau pembentukan spiritualitas (spiritual formation) yang demikian, bukanlah hal yang bisa terjadi secara alami melainkan harus dilakukan secara sengaja dan dalam sebuah komunitas dengan pertolongan Roh Kudus, sehingga pada akhirnya orang percaya dapat menjadi makin serupa Kristus, memuliakan Tuhan dan menjadi berkat buat sesama.
Formasi spiritual terjadi dalam keseharian orang percaya. Setiap hari orang percaya diperhadapkan pada pilihan dan pilihan-pilihan yang dibuat menentukan apakah seseorang akan makin mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan. Hal yang ingin dicapai dalam formasi spiritualitas adalah seseorang yang mengasihi Tuhan, diri dan sesama dengan benar, bertumbuh menjadi seorang yang makin utuh dan kudus, hidup dengan jati diri yang sejati dalam Kristus (David Benner).
Berikut empat krisis dalam kerohanian:
Narsisisme (lebih mencintai diri sendiri daripada Tuhan),
Pragmatisme (mengutamakan hasil yang menguntungkan daripada apa yang benar di mata Tuhan),
Konsumerisme (mendorong kita untuk membeli apa yang tidak perlu dan menuntut situasi untuk selalu memuaskan diri)
Burn-out (kelelahan, terus melakukan aktivitas dan tidak beristirahat dengan benar).
Hal yang mendorong munculnya krisis kerohanian adalah hidup dalam manusia lama yang dibentuk oleh dunia ini. Dunia melihat manusia dari apa yang saya punya, apa yang saya lakukan dan apa kata orang sehingga manusia berusaha tampil seperti yang dunia inginkan.
Cara mengatasi krisis rohani adalah dengan sengaja menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:22,24). Untuk itu peserta perlu belajar lebih mengenal diri dan mengenal Tuhan sebab makin seseorang mengenal Tuhan, ia akan mampu makin mengenal diri, demikian sebaliknya. Peserta juga harus mendisiplin diri dan terus berlatih hidup sebagai manusia baru. Peserta perlu terus mengevaluasi diri, jujur di hadapan Tuhan dan izinkan Tuhan memproses kehidupannya.
Demikianlah pembinaan kali ini menolong setiap karyawan Athalia melihat relasinya dengan Tuhan lebih penting dari hanya sekadar menjadi pengikut saja. Relasi yang makin dekat dengan Tuhan menolong setiap karyawan untuk hidup terus diubahkan oleh Roh Kudus dan makin hari makin menjadi murid Kristus yang menyerupai Dia dalam setiap aspek kehidupan, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan setiap karyawan hidupnya bertumbuh dan menjadi berkat. Soli Deo Gloria. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.
Parents Meeting adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap awal tahun ajaran baru di Sekolah Athalia dan Sekolah PINUS, dua sekolah yang berlokasi di BSD, Serpong. Acara ini mencakup seluruh jenjang pendidikan, mulai dari KB-TK hingga SMA. Setiap level memiliki jadwal pelaksanaan berbeda, dan sekolah mengharapkan kehadiran orang tua sesuai dengan tingkat pendidikan anaknya.
Tujuan dan Isi Kegiatan Parents Meeting
Melalui kegiatan ini, sekolah menyampaikan berbagai informasi penting, di antaranya:
Pengenalan budaya Athalia.
Pelaksanaan Kurikulum Merdeka untuk level KB, TK, kelas 1, kelas 7, dan kelas 10.
Program pembelajaran karakter.
Program Athalia Parents Community (APC).
Program kelas parenting khusus bagi orang tua murid.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah perjumpaan antara pihak sekolah dan orang tua, agar kemitraan dalam pendampingan anak dapat berjalan sejalan dengan visi dan misi sekolah.
Prinsip 5 Beliefs: Nilai Dasar Komunitas Athalia
Ketua Yayasan Athalia Kilang, Ibu Charlotte Priatna, menyampaikan kembali prinsip 5 Beliefs yang dihidupi oleh komunitas Athalia, yaitu bahwa setiap anak:
Adalah titipan Tuhan,
Berharga,
Unik,
Cerdas, dan
Memiliki tujuan khusus.
Sebagai bentuk kemitraan antara orang tua dan sekolah, pengurus APC juga mengajak orang tua untuk berperan aktif dalam berbagai program yang diselenggarakan.
Pembinaan Karakter dan Program Akademik
Selanjutnya, Bapak Presno Saragih, Kepala Bidang Pendidikan, menjelaskan tentang program pembinaan karakter yang dilakukan secara berkesinambungan mulai dari jenjang KB-TK hingga SMA. Pada kesempatan yang sama, masing-masing kepala sekolah juga memaparkan program kurikulum akademik yang akan dijalankan selama tahun ajaran 2023/2024, serta memperkenalkan seluruh pengajar/pendidik dan staf pendidik yang akan mendampingi peserta didik.
Jadwal Pelaksanaan Parents Meeting 2023/2024
Beberapa unit yang telah menyelesaikan kegiatan Parents Meeting antara lain:
KB-TK
SD
PINUS
Kegiatan selanjutnya dijadwalkan sebagai berikut:
SMP: Sabtu, 5 Agustus
SMA: Sabtu, 12 Agustus
Harapan dari Kegiatan Parents Meeting
Sekolah berharap Parents Meeting tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi menjadi sarana untuk menyampaikan maksud Tuhan bagi orang tua, pendidik, dan peserta didik. Dengan demikian, seluruh proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Kristiani, dan nama Tuhan semakin dipermuliakan melalui kemitraan yang terbangun.
Oleh: Naomi Fransisca Halim – guru agama SMA Athalia
Pada tanggal 4 Januari 2023, Sekolah Athalia dan Pinus, dua buah sekolah yang berlokasi di Serpong, BSD ini, telah mengawali tahun dan semester baru dengan ibadah secara onsite di aula C. Dengan suasana ruangan yang dipenuhi dengan lilin menyala, kami diajak untuk merenungkan kembali perjalanan kehidupan di sepanjang tahun 2022 dan memantapkan hati untuk perjalanan di 2023. Ibadah kali ini, dipimpin oleh Bapak Ishak Sukamto dan didasari dari Kitab Kejadian 5:1-32.
Dalam pembacaan silsilah ini, Pak Ishak mengajak kami melihat bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa, maka pekerjaan manusia adalah hidup selama beberapa tahun, menikah, memperanakkan, mencapai usia sekian dan meninggal. Begitu seterusnya siklus ini terus berlangsung bahkan sampai zaman sekarang.
Menariknya, dalam perikop yang dibaca, Henokh, salah satu tokoh dalam cerita tersebut, merupakan tokoh yang memiliki umur yang terbilang lebih singkat dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain dalam kisah tersebut. Namun pertanyaan pentingnya bukan seberapa lama seseorang hidup tetapi seberapa berkualitas hidup itu atau bagaimana seseorang mengisi kebermaknaan eksistensi dirinya?
Dalam perenungan ini, Pak Ishak memberikan satu frasa yang menarik, yaitu “No More.” Istilah ini merujuk kepada salah satu tokoh, Henokh yang pada akhir hidupnya tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. Di tengah “singkat” hidupnya, Henokh menikmatinya dengan hidup bergaul dengan Allah atau dalam beberapa terjemahan lain Henokh berjalan bersama dengan Allah dan setelah itu, Henokh no more.
Pada bagian ini, saya menyadari bahwa kematian merupakan sebuah keniscayaan. Walaupun Henokh dikisahkan tidak meninggal namun ia sudah tiada dan dalam ibadah ini ketiadaan ini disimbolkan dengan para guru dan staf merobek kain hitam yang sudah disediakan. Juga sebagai simbol komitmen kita mau hidup seperti Henokh yang bergaul dengan Allah. Supaya bisa demikian maka kita harus meninggalkan kehidupan lama kita disimbolkan dengan kain hitam yang disobek. Dalam perenungan saya, ketika merobek kain hitam tersebut dengan kuat, saya menyadari bahwa tangan saya terbuka dan pada saat itu cuplikan lirik lagu yang dinyanyikan seakan menjadi doa saya. Ketika menyadari bahwa siklus kehidupan manusia sangat singkat, lagu tersebut mengingatkan agar saya selalu “bersujud di hadapan-Nya dan meminta Tuhan untuk memenuhkan bejana diri saya dengan air sungai-Nya.”
Di tengah penyanderaan rutinitas kehidupan manusia, maukah kita mendisrupsi hidup kita dengan menjawab undangan Tuhan untuk datang, hidup bergaul dan berjalan bersama-Nya supaya tidak hanya kuantitas umur kita saja yang bertambah tetapi juga kualitas hidup kita. Biarlah pesan singkat ini menjadi rhema dalam kehidupan kita memasuki tahun yang baru ini sampai kita bertemu dengan Tuhan dan menikmati persekutuan sesungguhnya dengan Sang Pencipta Agung itu. Amin.
Puji Tuhan Sekolah Athalia – sebuah sekolah di Serpong, terus membuka kesempatan untuk setiap anak-anak yang bertalenta dan mau belajar memuji Tuhan melalui paduan suara. Di masa pandemi ini kami mencoba untuk tetap membentuk paduan suara anak khususnya paduan suara Anak SD Athalia. Hal ini tentunya tidaklah mudah dan terdapat banyak sekali tantangan. Tetap semangat melayani Tuhan! Inilah yang menjadi dorongan bagi kami dan anak-anak untuk belajar di dalam Paduan Suara.
Di tahun ini kami kembali mendapat kesempatan untuk mengikuti International Choire Festival 2022. Kami segera melakukan proses pembentukan Paduan Suara, dimulai dari memilih anak yang nantinya akan menjadi perwakilan paduan suara dari SD Athalia. Dalam pemilihan bukan hanya suara yang baik dan indah, namun anak-anak juga harus memiliki kesukaan bernyanyi, berani tampil, mau belajar banyak hal ketika berpaduan suara, serta disiplin yang tinggi. Hal ini tercapai tentunya dengan persetujuan dan dukungan dari orang tua.
Ketika jadwal latihan sudah terbentuk dan dimulai secara on-line sebenarnya tidaklah mudah. Kesulitan yang terjadi adalah anak-anak kurang dapat memahami teknik bernyanyi dengan baik yang disampaikan oleh pembina secara menyeluruh. Komunikasi yang sering terganggu karena kondisi jaringan internet yang kurang baik, menjadikan perintah atau arahan tidak dapat dipahami dengan jelas oleh anak-anak. Namun, kendala yang terjadi dapat tertutupi dengan adanya semangat yang tinggi dari anak-anak. Di pertengahan jadwal latihan kami mendapatkan kesempatan untuk latihan secara on-site di aula A. Waah.. Ini menjadi dorongan atau semangat baru bagi anak-anak dan pembina padus. Anak-anak lebih dapat mengekspresikan suara dan gerakan-gerakan yang diajarkan. Pembina pun dapat mendengar secara langsung perpaduan suara anak-anak. Tentunya kami tetap memperhatikan protokol kesehatan saat pelaksanaan latihan secara on-site. Anak-anak dapat dengan baik menjaga dan mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan.
Lagu-lagu yang diberikan untuk dinyanyikan oleh anak-anak adalah lagu-lagu yang mendidik dan terutama memuji nama Tuhan Yesus. Anak-anak melakukan dan bernyanyi dengan sukacita serta menjiwai isi lagu-lagunya.
Paduan Suara SD Athalia, mengikuti festival ini bukan untuk mencari atau mendapatkan juara, namun semua ini agar anak-anak mempunyai pengalaman yang baik serta bersama-sama mempersembahkan pujian indah bagi Tuhan. Anak-anak berusaha melakukan semuanya dengan sukacita, rendah hati, serta yang terutama adalah menyiapkan dan memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Pada akhirnya kami semua yang tergabung dalam Paduan Suara SD Athalia dapat belajar melayani Tuhan melalui talenta yang Tuhan percayakan dan nama Allah ditinggikan.
Puji Tuhan! Dengan rasa syukur dan rendah hati, Paduan Suara Anak SD Athalia menerima penilaian Juri Internasional sebagai Terbaik I (Gold I) untuk Category Primary School Choir dengan score 83.20.
Terima kasih Sekolah Athalia, para guru dan seluruh orang tua. Tuhan Yesus memberkati karya dan pelayanan kita semua.
Oleh: Hana Kristina Purba, M.A, Koordinator Perpustakaan Sekolah Athalia.
Tahukah kamu?
Tanggal 14 September diperingati sebagai Hari Kunjung Perpustakaan dan hari gemar membaca. Jadi Bulan September menjadi bulan yang istimewa untuk perpustakaan.
Kegiatan ini adalah sebagai wujud komitmen pemerintah beserta masyarakat Indonesia untuk menggerakkan produktivitas masyarakat, mengembangkan kemampuannya, serta salah satu upaya dalam merealisasikan cita-cita bangsa. Oleh karena itu, perpustakaan Sekolah Athalia juga mendukung komitmen tersebut dengan mengadakan berbagai kegiatan positif untuk meningkatkan kecintaan kepada perpustakaan terlebih lagi untuk meningkatkan minat baca anggota perpustakaan. Kegiatan ini menjadi momentum yang sangat penting untuk terus dilaksanakan setiap tahunnya.
Fakta menarik seputar perpustakaan Sekolah Athalia, di BSD, Serpong:
• Sekolah Athalia mempunyai dua jenis perpustakaan: • perpustakaan anak (bagi siswa TK dan SD) dengan jumlah koleksi sebanyak 11.272 • perpustakaan SMP dan SMA dengan jumlah koleksi sebanyak 17.438. • Ada jadwal kunjungan rutin setiap harinya secara bergiliran mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI di perpustakaan anak. • Pada perpustakaan SMP dan SMA sudah dilengkapi dengan aplikasi pencarian buku secara on-line bernama OPAC sehingga pengunjung lebih mudah menemukan pilihan bukunya. • Nama Pustakawan: – Ibu Diana (perpustakaan anak) – Ibu Mega ( perpustakaan SMP) – Ibu Gusti.(perpustakaan SMA) Prestasi: akreditasi A untuk perpustakaan SMA pada
Kegiatan seru apa yang bisa dilakukan saat hari kunjung perpustakaan:
Menuliskan kesan dan harapan untuk perpustakaan Sekolah Athalia pada sebuah kertas, lalu kertas tersebut ditempelkan pada samping rak-rak buku.
Mengikuti kuis berhadiah tentang serba-serbi perpustakaan
Kegiatan “membaca bersuara” (read aloud) di perpustakaan anak.
Apresiasi bagi pengunjung teraktif dalam berkunjung dan meminjam buku.
Disediakan makanan ringan bagi semua pengunjung.
SELAMAT HARI KUNJUNG PERPUSTAKAAN! MARI GEMAR MEMBACA….
Pada tanggal 28 Maret 2022 menjadi hari yang paling berkesan bagi Jason Sander karena pertama kalinya dia berhasil mendapatkan juara 1 Atletik lompat jauh putra tingkat SMA yang diadakan oleh pemerintah kota Tangerang Selatan. KOSN singkatan dari Kompetisi Olahraga Siswa Nasional, yang setiap tahunnya menggelar kompetisi olahraga mulai dari level SD, SMP, dan SMA. KOSN tahun ini diadakan di SMAN 2 kota Tangerang Selatan.
Semua ini berawal saat Jason mendapatkan informasi dari temannya bahwa ada komunitas olahraga atletik yaitu, lari, lempar dan lompat. Namun sejak setahun yang lalu Jason lebih tertarik pada lompat jauh. Keberhasilan ini tidak mudah untuk diraih begitu saja, Jason harus mengikuti proses latihan kekuatan fisik yang teratur dan terjadwal hampir setiap hari dalam seminggu. Orang tua, teman, pelatih komunitas atletik, dan guru olahraga di SMA Athalia, sebuah sekolah di BSD, Serpong, mendukung Jason untuk terus berlatih meningkatkan performa lompat jauh.
Saat di sekolah penampilan siswa kelas XI MIPA 1 yang
juga hobi bermain basket ini begitu sederhana dan rendah hati, tapi saat berada
di lapangan Jason begitu gesit dan lincah. Jason juga mengagumi sosok atlet
profesional yaitu, Mike Powell, seorang atlet pemegang rekor dunia untuk lompat
jauh.
Kedepannya Jason berharap dia dapat terus menekuni cabang olahraga atletik lompat jauh ini. Mari kita dukung dalam doa sehingga anugerah Tuhan terus tercurah bagi Jason Sander. Leap higher for the glory of God, Jason!
Syukur kepada Tuhan atas penyertaan dan pertolongan-Nya bagi komunitas Athalia. Anugerah demi anugerah semata yang kita rasakan, sehingga kita mampu bertahan sampai saat ini.
Selama dua tahun masa pandemi yang berdampak besar di semua bidang kehidupan, baik itu ekonomi maupun pendidikan. Baik siswa maupun orang tua mengalami pergumulan yang tidak mudah.
Memasuki tahun
ketiga pandemi Covid-19 ekonomi mulai bangkit dan dunia pendidikan pun memulai
pembelajaran tatap muka 100%. Ada banyak penyesuaian yang perlu dilakukan untuk
menuju pemulihan.
Saat ini kita menghadapi situasi dunia yang terus berubah dengan cepat dan tidak menentu. Selain itu juga makin marak paham-paham dunia yang tidak sejalan dengan wawasan dunia Kristen yang mengancam putra-putri kita. Sekolah Athalia – sebuah sekolah yang berlokasi di Serping ini menyadari betapa pentingnya membentengi putra-putri kita, supaya visi dan misi Athalia bisa tercapai. Visi Athalia yaitu “Menjadikan Siswa Murid Tuhan” dan misi Athalia “Mendidik siswa menghidupi rencana Tuhan bagi-Nya”.
Sekolah dan orang tua perlu bersinergi membentengi mereka demi tercapainya visi dan misi Athalia. Bersyukur kita memiliki Allah yang tidak terbatas yang mampu menjaga putra-putri kita dan komunitas Athalia. Kita perlu bergantung penuh kepada Allah yang tidak terbatas itu di dalam doa, karena kita penuh keterbatasan. Oleh karena itu, sekolah Athalia memiliki wadah untuk pihak sekolah dan orang tua bisa saling bersinergi, yaitu Parents in Touch (PIT).
Melalui PIT sekolah dan orang tua bersatu hati berdoa bagi para siswa dan komunitas Athalia. Di dalam PIT doa-doa dinaikkan berdasarkan pada atribut-atribut Allah, sehingga kita memiliki dasar yang kuat di dalam berdoa. Diharapkan pula para siswa mengenal dan memiliki karakter Allah. PIT juga merupakan salah satu support system di mana orang tua dapat saling berbagi dan mendoakan, sehingga mereka tidak bergumul sendirian.
PIT di tapel
2022/2023 akan dilakukan 100% tatap muka di aula E setiap Rabu pukul 07:30 WIB.
Kami mengajak para orangtua untuk bergabung di dalam PIT sebagai bentuk
kebergantungan kita kepada Tuhan yang Mahakuasa untuk membentengi putra-putri
kita. Kita pun bisa menjadi saksi-saksi Tuhan bagaimana Tuhan berkarya melalui
hidup kita di komunitas Athalia, sehingga sesuai dengan arti nama Athalia yaitu
Allah ditinggikan.
Melalui PIT,
komunitas Athalia juga bisa belajar saling melayani dan berbagi sebagaimana
mestinya anggota tubuh Kristus untuk saling membangun dan menopang satu dengan
yang lain. Jangan lewatkan PIT ini dan biarlah melalui PIT kita menjadi alat
kemuliaan bagi Tuhan di komunitas Athalia.
Board of Directors (BoD) menetapkan tema besar tahun pelajaran 2022/2023 adalah Back to School: The Year of Recovery. Selama pandemi COVID-19, pembelajaran berubah dari luring menjadi daring. Memasuki tahun ketiga pandemi, seiring menurunnya kasus COVID-19, maka pemerintah membuat kebijakan supaya pembelajaran kembali dilakukan secara luring. Tentunya akan ada banyak hal lagi penyesuaian atau perubahan-perubahan yang perlu dilakukan, supaya pemulihan bisa terjadi.
Terlebih memasuki tapel
2022/2023 ada beberapa perubahan, yaitu: (1) persiapan menyambut kurikulum baru
yaitu kurikulum Merdeka, (2) perubahan kurikulum karakter untuk lebih
sistematis, dan (3) perubahan pembelajaran dari daring ke luring. Setiap
perubahan perlu dikelola dengan baik, sehingga menghasilkan pertumbuhan iman di
setiap individu dan organisasi. Oleh karena itu, pada kesempatan pembukaan
tapel 2022/2023 Senin, 4 Juli 2022 sie kerohanian mengadakan pembinaan bertema
“Perubahan & Pertumbuhan” yang dibawakan oleh Ev. Fini Chen dari SLH-SDH.
Ev. Fini Chen mengawali
pemaparan materinya dengan memperkenalkan sebuah buku berjudul “Thank You for
Being Late” yang ditulis oleh Thomas L. Friedman. Buku ini ditulis dengan
harapan menjadi panduan untuk bertahan di tengah dunia yang semakin cepat
berakselerasi. Ada banyak perubahan di bidang teknologi yang semakin cepat yang
berdampak pula terhadap globalisasi dan iklim. Perubahan-perubahan itu
menimbulkan rasa sukacita menyambut sesuatu yang baru, tetapi juga membawa
kepusingan tersendiri mempelajari hal-hal baru tersebut. Buku ini ingin
menjawab pertanyaan, bagaimana hidup di masa akselerasi? Bagaimana menjaga agar
langkah tetap selaras dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat dan
memusingkan?
Dalam pembinaan ini bertujuan
untuk menjawab pertanyaan: bagaimana hidup dan melayani secara ilahi di masa
akselerasi? Ada dua prinsip yang perlu dilakukan, adalah:
Pancang
Galatia 4:19, “Hai anak-anakku, karena kamu aku
menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa
Kristus menjadi nyata di dalam kamu.”
Dulu yang menjadi agen budaya yaitu keluarga,
sekolah, agama, media, kepemimpinan, dan hukum. Namun kini terjadi perubahan.
Yang menjadi agen budaya yaitu media digital. Media digital menjadi penentu
rasa, nilai, dan pemikiran (Vanhoozer, 2017).
Di tengah segala perubahan yang terjadi perlu diajukan pertanyaan yang tepat. Di dunia Pendidikan, pertanyaan tersebut harusnya terkait dengan humanitas, karena yang dididik adalah manusia. Mereka perlu dididik untuk mengenal Pencipta/Penebus dan hidup seturut gambar Pencipta-Nya sebagai manusia Allah. Pertanyaan-pertanyaan itu, adalah:
Manusia
seperti apa saya-kamu-kita sebenarnya dan seharusnya?
Sudah
berapa tepatkah saya-kamu-kita berubah?
Sudah
berapa tepatkah saya-kamu-kita bertumbuh?
Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda. Namun, sebagai
komunitas, saya-kamu-kita perlu memiliki
satu titik fokus perhatian yang sama yaitu visi dan misi lembaga/sekolah. Visi
sekolah Athalia yaitu “Siswa yang Menjadi Murid Tuhan” sedangkan misinya yaitu
“Mendidik siswa menghidupi rencana Tuhan baginya”. Setiap pribadi, saya-kamu-kita perlu melihat perspektif
orang lain dan mengacu pada visi dan misi. Dengan demikian setiap pribadi
berproses, sehingga bertumbuh menjadi semakin serupa Kristus.
Pegang
Galatia 4:19, “Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai
rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu.”
Setelah komunitas memiliki fokus yang sama,
yaitu visi dan misi, maka perlu saling berpegangan tangan untuk meraih tujuan,
karena perubahan-perubahan bisa membuat gamang yang menimbulkan rasa seperti
sakit bersalin, namun pada akhirnya akan melahirkan pertumbuhan.
Kurva perubahan Kubler-Ross menunjukkan bahwa,
perubahan berpotensi adanya pengalaman baru, keputusan-keputusan baru, dan
pembaharuan tiap individu karena adanya integrasi.
Namun, jika saya-kamu-kita tidak saling memahami perspektif masing-masing orang, maka hanya akan bertahan di fase depresi dan tidak menghasilkan pertumbuhan karena menghasilkan tingkah laku organisasi yang tidak sehat. Setiap pribadi perlu memahami posisi orang lain di kurva perubahan dan berhati-hati supaya setiap perkataan maupun tindakan tidak membuat orang lain stuck.
Untuk menuju permulaan yang baru ada hal-hal yang perlu diubah atau dihilangkan, apa yang perlu dipertahankan. Selain itu hal yang perlu dilakukan lainnya yaitu membangun jembatan dengan melakukan diskusi dan argumentasi yang bernalar. Saya-kamu-kita perlu berpegangan tangan untuk bersama-sama bertumbuh dengan mengakhiri hal-hal yang tidak baik dan menuju memulai yang baik.
Acara pembinaan diakhiri dengan kegiatan refleksi pribadi kemudian saling berbagi di dalam kelompok devosi. Peserta mengendapkan dan merenungkan materi yang disampaikan lalu mengambil langkah nyata untuk siap menghadapi perubahan dan bertumbuh dengan mengandalkan kekuatan Tuhan.
Setelah
mengikuti pembinaan ini, diharapkan komunitas Athalia semakin siap menghadapi
berbagai perubahan yang menanti di tapel 2022-2023 dengan terus belajar
memahami perspektif yang berbeda-beda. Namun tetap fokus pada visi dan misi
sekolah dan berpegangan tangan sebagai sebuah komunitas, bersedia menanggung benefit & risk dari setiap
perubahan, dan bertumbuh bersama-sama menuju awal yang baru. Dengan tekun
menanggung rasa sakit bersalin, maka rupa Kristus menjadi nyata di setiap
pribadi dan komunitas.
Pada Jumat, 10 Juni 2022 merupakan hari bersejarah bagi seluruh siswa Kelas VI SD PINUS, sebuah sekolah di Serpong yang berdekatan dengan Sekolah Athalia. Di mana pada hari tersebut mereka secara resmi dinyatakan lulus jenjang pendidikan SD. Sehari setelah acara tersebut, PAUD PINUS pun mengadakan acara wisuda pada hari Sabtu, 11 Juni 2022. Yuk, kita simak hal yang berkesan pada acara wisuda PAUD dan SD PINUS tahun ini.
Kehadiran PINUS di tengah-tengah komunitas Sekolah Athalia sungguh menjadi oase bagi masyarakat sekitar, hal ini terbukti dengan dukungan mereka pada sekolah PINUS dengan tetap melanjutkan pendidikan untuk jenjang selanjutnya tetap di sekolah PINUS. Pada tahun pelajaran 2021-2022 SD PINUS berhasil meluluskan 16 siswa, sedangkan PAUD PINUS meluluskan 19 siswa. Sekitar 84% lulusan PAUD PINUS melanjutkan ke SD PINUS dan sekitar 75% lulusan SD PINUS melanjutkan ke PKBM PINUS.
Alasan kenapa acara
wisuda PAUD dan SD PINUS tahun ini sangat mengesankan? Tahun ini acara wisuda
diadakan secara on site, setelah dua
tahun acara kelulusan ini dilakukan dengan hanya menatap layar laptop atau
gawai saja. Siswa juga bersemangat saat menghadiri acara ini. Persiapan yang
dilakukan oleh siswa begitu maksimal. Dengan antusias mereka berlatih prosesi
wisuda dalam waktu singkat meskipun dengan keterbatasan mobilitas karena masih
dalam masa pandemi.
Selain sukacita ada
juga haru yang terasa pada acara wisuda tahun ini, yaitu ada siswa yang tidak
didampingi oleh sosok seorang ayah yang sudah meninggal dunia. Momen
mengharukan juga terjadi saat siswa mengungkapkan rasa kasih terhadap orang tua
mereka yang telah mendampingi mereka selama ini. Tangis bahagia menyeruak di
antara siswa, orang tua, bahkan juga beberapa guru. Begitu juga saat orang tua
mempersembahkan lagu untuk anak-anak mereka sebagai tanda kasih mereka terhadap
putra-putrinya, air mata kembali terlihat membasahi mata mereka.
Sebagai kepala
sekolah, saya melihat acara wisuda bukan sekedar sukacita dan kegembiraan
karena para siswa sudah berhasil melewati jenjang pendidikan di level
masing-masing, tetapi lebih kepada ucapan syukur atas keberhasilan yang telah
mereka raih dengan pertolongan Tuhan.
Harapan saya semoga
pandemi segera berakhir, sehingga di tahun-tahun mendatang acara wisuda dapat
dilakukan terus secara on site. Para
siswa dan orang tua dapat mengekspresikan rasa syukur mereka dengan leluasa dan
tidak hanya sebatas layar laptop.