Markus 4:1
Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
Pada suatu saat, Yesus hendak mengajar kembali di Danau Galilea. Banyak orang berkerumun untuk mendengar pengajaran Yesus. Saat itu Yesus memandang penting, bahwa setiap orang harus bisa melihat diriNya dengan jelas, agar apa yang diajarkanNya dapat didengar dan diperhatikan oleh orang-orang tersebut. Yesus ingin memastikan bahwa kesempatan untuk mendengar kebenaran pada saat itu, haruslah menjadi kesempatan yang menjawab. Artinya, ketika kebenaran disampaikan, maka setiap orang yang mendengarnya akan mendapatkan jawaban atas setiap pergumulannya masing-masing. Yesus mengerti benar, bahwa kebenaranNya adalah jawaban yang paling tepat bagi setiap manusia.
Oleh karena itu, Yesus memutuskan untuk berkhotbah menyampaikan pengajaranNya dengan cara berdiri di atas perahu, yang dengan sengaja ditempatkan agak jauh dari tepi danau, sehingga semua orang mendapatkan arah pandang yang sama untuk melihat dan sekaligus mendengar Yesus mengajar. Mungkin saja dengan arah angin laut (angin berhembus dari laut (danau) menuju daratan), maka suara Yesus akan menjadi terdengar lebih jelas oleh orang banyak yang berada di darat. Sehingga, dapat dipastikan bahwa Yesus telah memikirkan tehnik penyampaian yang tepat.
Kerumunan orang yang begitu banyak, tidak menjadi hambatan bagi Yesus untuk tetap menyampaikan isi hati Bapa. KehendakNya untuk memberikan kebutuhan rohani bagi setiap orang yang membutuhkannya, entah orang tersebut menyadari atau tidak menyadari bahwa dirinya membutuhkan kebenaran Allah, adalah kehendak yang tetap. Kehendak yang tetap adalah kehendak yang tidak dipengaruhi oleh situasi atau kondisi. Kehendak yang tetap adalah kehendak yang didorong oleh kasih yang membuatNya tidak lagi fokus pada kenyamanan diri. KenyamananNya adalah ketika dipastikan setiap orang dapat mendengar isi hati Bapa, dan hidup di dalamnya.
Dikatakan bahwa: “datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia,” hal ini mau memberikan kenyataan bahwa ada kebutuhan yang sangat besar mengenai kebenaran. Tidak ditulis bahwa orang banyak itu mendapat undangan atau tidak untuk datang di Danau Galilea untuk mendengar khotbah Yesus. Diperkirakan bahwa orang banyak tersebut memang mengikuti Yesus, dan jumlahnya semakin banyak oleh karena orang-orang di sekitarnya menjadi penasaran untuk mengetahui seperti apakah pengajaran Yesus itu. Sementara, orang-orang lain yang sudah pernah mendengar pengajaran Yesus, dan tetap terus setia mengikuti Yesus berkeliling, dapat dipastikan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah mendapatkan kepuasan hidup atas kebenaran yang didengarnya dari Yesus. Kepuasan tersebut pada akhirnya bisa menjadi materi promosi yang ampuh mengenai indahnya kebenaran hati Bapa. Orang-orang yang telah dipuaskan oleh kebenaran pengajaran Yesus, menjadi kesaksian hidup yang tak henti-hentinya mengajak orang lain untuk ikut serta hidup sebagai pendengar dan pelaku Firman Tuhan.
Markus 4:33-34
33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, 34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Yesus tidak menyia-nyiakan kesempatan pada saat itu. Dia sungguh mengenal profile jemaat yang berkumpul pada saat itu. Orang-orang Galilea yang dikenal sebagai penduduk yang sederhana membutuhkan penuturan yang pas sesuai dengan kemampuan edukasinya. Setidaknya, pendekatan yang dipakai Yesus untuk menyampaikan ajaranNya adalah melalui konteks kehidupan sehari-hari penduduk di sana. Penyampaian ilustrasi tentang dunia perkebunan, bercocok tanam, menjadi jembatan yang ampuh untuk membuat jemaat menjadi celik dan mengerti (walaupun dikatakan oleh Alkitab bahwa murid-murid Yesus kurang mengerti mengenai ilustrasi tersebut).
Yesus menyampaikan ajaranNya melalui pengertian yang dapat diterima oleh orang-orang. Markus mengatakan, bahwa: Yesus menguraikan segala sesuatu dengan cara tersendiri. Yesus sungguh-sungguh berusaha mencari segala cara untuk menyampaikan isi hati Bapa kepada setiap orang.
Athalia memandang hal ini sebagai bagian yang perlu diterapkan, dan dijadikan sebagai keseharian antara guru dengan murid. Shepherding time adalah bentuk konkrit bahwa Athalia ingin merespon bahwa setiap murid harus mendapatkan jawaban bagi kebutuhan rohaninya, sebagai fondasi pembentukan karakter. (karakter adalah buah Roh, yang haya akan dapat bertumbuh jika anak hidup dekat dengan Tuhan).
Shepherding time adalah bentuk pertemuan khusus antara murid dengan guru, sebagai gembala kelas. Kekhususan tersebut sama seperti secara khusus Yesus menempatkan diriNya agar dengan jelas dapat dilihat dan didengar oleh orang-orang yang mengerumuniNya. Demikian pula guru akan menempatkan dirinya secara khusus, dalam kesempatan shepherding time, sebagai pribadi yang hendak berbagi hidup, menceritakan bagaimana Yesus bertindak sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Shepherding time adalah waktu yang secara khusus dipersiapkan untuk mempertemukan murid pada Yesus melalui pengalaman hidup anak, sesuatu yang dekat dengan hidup anak sehari-hari. Diharapkan melalui hal itu, murid bisa melihat lebih jelas lagi tentang Yesus. Bahkan, murid bertumbuh menjadi pribadi yang haus mencari kebenaran. Sehingga mau terus berduyun-duyun mengikut Yesus. Murid menjadi pribadi yang tak segan untuk bertanya dan berdiskusi dengan gurunya mengenai Yesus. Lebih dari itu, murid juga menjadi pribadi yang puas akan anugerahNya. Sehingga, dia akan menjadi pribadi kokoh, berkarakter ilahi (godly character). Setiap kesulitan hidup yang akan menghadangnya, tidak lagi menjadi bagian yang mengejutkan kehidupannya. Oleh karena dia memiliki karakter sebagai anak Tuhan, yaitu pribadi yang selalu merespon hidup ini sesuai dengan kehendakNya saja.
(Oleh: BD/ Tim karakter)