Ayo Kumpulkan Minyak Jelantah

Himbauan untuk menghemat energi telah seringkali digaungkan oleh Pemerintah kita melalui banyak media. Upaya-upaya yang mengacu pada penghematan energi pun telah sering diuji-cobakan. Bahkan Presiden telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 tahun 2005 tentang penghematan energi yang mengingatkan kita untuk lebih bijaksana dan efisien dalam menggunakan sumber-sumber energi yang kian terbatas.

Sumber energi yang saat ini dirasa sangat terbatas ketersediaannya dan harganya mempengaruhi berbagai sektor kehidupan masyarakat adalah BBM. Keterbatasan inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi berbagai macam produsen untuk meluncurkan produk yang berorientasi hemat energi dan ramah lingkungan. Saat ini misalnya banyak dari produsen perangkat elektronik menawarkan peralatan rumah tangga yang dapat melakukan fungsinya secara optimal namun hemat listrik, kemudian di dunia otomotif para ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) melakukan gerakan penghematan energi dengan memproduksi mobil yang tidak hanya ramah lingkungan namun juga efisien dalam mengonsumsi bahan bakar, para ilmuwan juga tidak ketinggalan dalam gerakan ini dengan berusaha mencari sumber energi baru dari bahan baku yang kita miliki sekarang.

Upaya untuk mencari pengganti BBM terus berlangsung dan salah satu penemuan yang dihasilkan adalah Biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari sumber hayati dan relatif ramah lingkungan. Teknologi untuk memproduksi Biodiesel ini sebenarnya telah lama ditemukan, bahkan beberapa daerah di Indonesia telah menggunakannya sebagai altenatif pengganti bahan bakar yang makin hari makin menjulang harganya. Biodiesel di pedesaan ini menggunakan minyak yang disuling dari tanaman jarak pagar yang teknologinya telah dikenal masyarakat sejak jaman penjajahan Jepang. Namun sayangnya entah mengapa bahan bakar dari sumber hayati ini kurang dikenal dan diterima masyarakat.

Seiring dengan dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 2006 tentang percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar alami (Biofuel) sebagai bahan bakar lain, saat ini BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Serpong juga meluncurkan program untuk memproduksi Bio Diesel dari minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai. Minyak bekas pakai ini sebaiknya jangan terus digunakan untuk mengoreng dan menggoreng lagi karena dapat mengendap pada pembuluh darah kita hingga mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah, serangan stroke, bahkan serangan jantung. Namun minyak jelantah juga tidak bisa dibuang sembrangan karena dapat mencemari lingkungan. Lebih baik bila minyak jelantah ini kita salurkan pada BPPT untuk diolah kembali menjadi Bio Diesel. Biodiesel ini diharapkan dapat menjadi bahan bakar alternatif menjawab kebutuhan BBM yang makin meningkat dari sisi supply karena teknologi proses-nya dikuasai akademisi dalam negeri serta teknologi manufakturing dan konstruksinya juga dikuasai perusahaan dalam negeri. Dan dengan demikian juga dapat bersaing dari sisi harga sehingga diharapkan dapat menciptakan ekonomi kerakyatan.

Namun demikian upaya-upaya untuk melakukan penghematan energi sebagai wujud kepedulian pada lingkungan ini tidak akan terlaksana kalau tidak ada kesadaran dari dalam diri kita sendiri untuk mendukungnya.. Khusus untuk program Biodiesel ini, APC menunjukkan dukungannya dengan mengatur pengumpulan minyak goreng bekas pakai atau minyak jelantah dari orang tua murid untuk kemudian disalurkan kepada BPPT untuk diolah menjadi Biodiesel. Program ini akan kami laksanakan mulai tahun ajaran 2008/09 ini. Setiap hari Anda dapat mengantarkan minyak jelantah ke Sekolah sambil mengantar anak. Akan kah Anda, anggota komunitas Athalia, mendukung program ini? Akankah Anda memilih terlibat langsung dalam menjaga lingkungan dan memelihara sumber daya alam?

Minyak Jelantah….
Dibuang, merusak lingkungan
Dimakan, merusak kesehatan
Jadi…
bawa saja ke Sekolah Athalia….

Naomy Herdhianti
Pengurus APC 2006/08.

Posted in Parenting, Story and tagged , , , , .