Dalam rangka mengembangkan karakter siswa khususnya siswa kelas I SD Athalia, diadakanlah kegiatan camp yang diselenggarakan pada hari Jumat, 25 Agustus 2017 dan bertempat di gedung sekolah SD Athalia. Tema dari camp ini sesuai dengan karakter yang ingin dikembangkan dalam diri siswa SD kelas I Athalia yaitu “Be On Time“. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meneguhkan materi karakter tepat waktu dalam diri tiap siswa melalui ibadah, panggung boneka, permainan, studi kasus, prakarya, dan interaksi perilaku siswa antar siswa, siswa dengan guru, dan membuat proyek karakter yang akan dilakukan di rumah dan di sekolah.
Tag Archives: tepat waktu
Tepat Waktu dan Waktu yang Tepat
Oleh: Netty Sianturi, guru Agama SD
“Ia menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu.
Ia memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan,
tetapi kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir”
– Pengkhotbah 3:11 (BIS) –
Era kita hidup sekarang adalah era di mana waktu sungguh dihargai dengan sebuah semboyan, “Waktu adalah Uang”, sehingga zaman ini manusia begitu cepat bergerak dan menghargai ketepatan waktu. Namun, ada kisah di mana Daniel, Gideon dan Samuel beserta 7 anggota keluarganya yang lain, terhindar dari kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 dari Surabaya tujuan Singapura yang jatuh pada tanggal 28 Desember 2014, karena mereka sekeluarga terlambat datang ke bandara Juanda. Mereka selamat; mereka tidak tepat waktu, tetapi ada pada waktu yang tepat. Di sinilah perbedaan penting antara dua konsep waktu yaitu kronos dan kairos. Kronos berbicara tentang tepat waktu, sementara Kairos berbicara tentang waktu yang tepat.
Dalam konteks kehidupan spiritual, maka waktu yang tepat adalah anugerah Tuhan bagi kita, seperti dikatakan di atas: “Ia menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu.” Tidak ada usaha manusia yang dapat merancang waktu yang tepat dalam peristiwa kehidupannya. Doa, pengharapan, iman dan hubungan intim dengan Tuhanlah yang dapat membantu manusia memiliki kepekaan untuk dapat berada pada waktu yang tepat.
Sementara itu, tepat waktu adalah usaha manusia untuk menghargai waktu yang Tuhan berikan dengan sebuah perencanaan dalam kehidupannya, karena dikatakan juga di atas: “Ia memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir.” Manusia berkeinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi hari depan adalah misteri Allah, sehingga yang bisa dibuat manusia adalah membuat perencanaan dalam hidupnya atau menjalankan rencana yang sudah dibuat dengan tepat waktu sebagai ekspresi dari keinginannya untuk mengetahui hari depan.
Kisah indah yang menggambarkan tepat waktu dan waktu yang tepat adalah kisah “Lazarus dibangkitkan” dalam Yohanes 11:1-43. Ada beberapa kalimat penting dalam ayat-ayat tersebut dalam konteks pembahasan tepat waktu dan waktu yang tepat, yaitu: “…Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan…(4)” “…Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada…(6)”; “…tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu supaya kamu dapat belajar percaya…(15)”, “…Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati..(21,32)”
Dalam pikiran dan perkataannya Maria dan Marta memandang bahwa Yesus tidak datang tepat waktu. Seharusnya Dia datang empat hari yang lalu, dan saat ini Yesus sudah terlambat, sehingga kematian terjadi pada Lazarus. Tetapi dalam rancangan Yesus, Ia “sengaja terlambat”, karena ada sesuatu yang lebih besar yang hendak dicapai yaitu: Kemuliaan Allah, dan pembelajaran akan kepercayaan.
Andai pada waktu itu Yesus datang tepat waktu dan Lazarus disembuhkan, tentu ini berkat ilahi, namun dampak dari peristiwa itu tidak begitu besar, tidak ada pembelajaran penting melaluinya. Syukurlah Yesus datang tidak tepat waktu, tetapi pada waktu yang tepat, sehingga kita bisa belajar arti percaya dan memuliakan Allah.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari lebih jauh dan kita praktekkan dari kisah tersebut dalam kaitan dengan tepat waktu:
Tepat waktu menandakan ketaatan kita kepada otoritas.
Bagi Yesus tentulah tidak ada istilah terlambat, karena Dia adalah Pencipta waktu; Ia melampaui waktu, Ia memiliki otoritas atas waktu. Namun, bagi kita yang terkurung oleh waktu, kita harus melihat bahwa kebiasaan tepat waktu adalah wujud ketaatan kita kepada otoritas yang ada.
Tepat waktu untuk memuliakan Allah.
Melampaui ketaatan kita kepada otoritas, maka ketika kita membangun kebiasaan tepat waktu, milikilah pandangan bahwa kita melakukannya sebagai bagian dari ekspresi kita dalam memuliakan Allah.
Tepat waktu merupakan ekspresi percaya.
Kita tahu bahwa kita tidak dapat mengendalikan kejadian-kejadian dalam kehidupan kita. Namun, kita tidak boleh pesismis. Karena, meski waktu yang tepat berada di luar kontrol kita, namun tepat waktu masih bisa berada dalam kontrol kita, sehingga kita dapat melakukan apa yang telah kita rancang dengan tepat waktu dan percaya bahwa Tuhan akan menjadikannya indah pada waktunya. Seperti Maria dan Marta yang segera mengirim kabar kepada Yesus “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit” (Yoh.11:3). Mereka melakukan apa yang dapat mereka lakukan, namun bahwa segala sesuatu menjadi indah pada waktunya tergantung pada kasih Allah kepada mereka, oleh karena itu dalam kabar itu ada kebergantungan kepada kasih Allah, sehingga dikatakan: “dia yang Engkau kasihi…”
Sementara itu pelajaran lain, yang dapat kita peroleh dari kisah kebangkitan Lazarus yang berkaitan dengan waktu yang tepat, adalah:
Tuhan merancang segalanya tepat pada waktunya.
Karena itu, senantiasalah bersyukur dan tidak bersungut-sungut atas segala peristiwa yang kita alami.
Berdoalah senantiasa agar semua boleh jadi indah pada waktunya.
Karena waktu yang tepat berada di luar kontrol kita, maka doa menjadi kunci bagi kita agar Tuhan senantiasa menyertai apa yang kita lakukan agar indah pada waktunya. Doa dalam kisah Lazarus tersebut digambarkan dengan perilaku Maria dan Marta yang segera mengirim kabar. Mengirim kabar kepada Yesus adalah sebuah doa.
Repson kita haruslah memuliakan Allah.
Memuliakan Tuhan berarti menyatakan hakekat Tuhan lewat peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Sehingga, apapun yang terjadi dalam hidup kita, sedapat mungkin lihatlah bagaimana Allah dimuliakan melaluinya.
Allah mau kita belajar percaya dalam penantian kita akan waktu yang tepat.
Keingintahuan kita akan masa depan dan ketidaktahuan kita akan masa depan justru menjadi wadah bagi pengembangan iman kita. Bukankah iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat? (Ibr.11:1).
Tetaplah berharap.
Teruslah berharap sekalipun apa yang kita lihat dan alami kita pikir sudah terlambat.
Tepat waktu mengandung sikap “menghargai”. Ketika kita tepat waktu, kita menghargai orang-orang yang menunggu kita, kita menghargai diri kita sebagai orang yang bertanggung jawab dan terlebih lagi kita menghargai Tuhan sang pemberi waktu. Waktu yang tepat mengandung anugerah Allah yang membuat kita terus belajar percaya, bersyukur dan memuliakan Tuhan.
Tepat Waktu
Oleh: Ruth Irene Chandra, staf Pengembangan Karakter
Allah adalah Sang Pencipta Waktu. Dia menciptakan siang dan malam. Dia juga menetapkan musim dalam setahun dan musim kehidupan. Allah menciptakan siang untuk kita bekerja dan malam untuk beristirahat.
Dalam berkarya Allah juga tepat waktu. Dari awal penciptaan, Tuhan menciptakan dengan urutan waktu yang sedemikian rupa sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik. Tuhan menciptakan hewan-hewan setelah menciptakan daratan dan lautan sehingga hewan-hewan memiliki tempat untuk tinggal. Tuhan menciptakan manusia pada hari terakhir sehingga manusia memiliki tempat untuk tinggal dan makanan untuk dimakan. Semuanya diciptakan dengan urutan waktu yang tepat (Kej 1:1-31).
Tidak hanya masalah penciptaan, Tuhan juga mengatur waktu hidup untuk manusia dan ciptaan lainnya. Dalam Pengkhotbah 3:1-15 dikatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk menabur, ada waktu untuk menuai, ada waktu untuk bersuka, ada waktu untuk berduka, semuanya sudah diatur sedemikian rupa agar terjadi keseimbangan.
Tuhan menciptakan waktu sehingga manusia juga dapat mengatur hidupnya sesuai dengan waktu yang diberikan oleh Tuhan. Manusia dengan akal budi yang diberikan kepadanya, menggunakan waktu yang Tuhan berikan untuk mengatur berbagai macam pekerjaan yang harus ia lakukan dan untuk menjaga ketertiban di tengah-tengah masyarakat. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk beristirahat, ada waktu untuk bersekolah, ada waktu untuk bertemu, dan sebagainya.
Salah satu karya Allah yang terbesar adalah karya keselamatan melalui Yesus Kristus. Kita bisa melihat bagaimana Allah mengatur sejarah dan orang-orang yang terlibat dalam karya tersebut begitu luar biasa. Allah menghadirkan Kristus di masa pemerintahan Romawi, di mana banyak akses jalan dibuka, memudahkan perjalanan ke berbagai tempat. Ini mempersiapkan jalan bagi penyebaran berita Injil melalui masa penganiayaan orang Kristen di kemudian hari. Pada masa kelahiran Yesus juga dilakukan sensus besar sehingga semua orang harus kembali ke tempat masing-masing, menggenapi kelahiran Yesus di Betlehem sebagaimana nubuatan dalam Alkitab.
Berkenaan dengan waktu, Yesus meneladankan pentingnya bertindak tepat waktu. Ia sering berkata “waktunya belum tiba” dan ketika tiba waktunya bagi Yesus menghadapi salib, Ia pun mempersiapkan murid-murid untuk itu. Ketika menyadari bahwa Allah adalah Allah yang tepat waktu, maka kita boleh menaruh segala harapan bahkan pergumulan kita dalam tangan Allah, karena kita tahu bahwa Allah bekerja tepat waktu sesuai dengan hikmat-Nya. Kita tidak perlu terlalu kuatir menjalani hidup ini. Sebaliknya juga sebagai manusia yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, kita harus bisa menghargai waktu yang Tuhan berikan, mengelola sedemikian rupa dan menyelesaikan segala sesuatu dengan tepat waktu.
Waktu: Perhatikan Bagaimana Kamu Hidup!
Waktu dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian atau untaian; saat atau ketika yang sudah terjadi (lewat), yang sedang terjadi (aktual), dan yang akan terjadi. Saat yang sudah terjadi adalah sejarah masa lalu atau kesempatan yang telah terlewat – biasanya untuk dikenang, dipelajari, atau bisa juga dilupakan. Sedangkan saat yang sedang terjadi adalah kesempatan yang sedang ada di hadapan untuk saat itu juga diaktualisasi berdasarkan konteks. Dan saat yang akan terjadi dibutuhkan disiplin komitmen untuk mengaktualisasikannya. Dari ketiga rangkaian ini, hanya dua rangkaian yang akan kita bahas.
Waktu yang akan terjadi: disiplin, komitmen, dan konsistensi
Dalam pengertian ini, waktu adalah fakta. Terukur dan objektif. Waktu terjadi pada saat ‘ketika’ dan ‘saat’ dalam waktu penetapannya. Indikator yang dipakai dapat diterima semua orang. Tidak tergantung sudut pandang, kondisi, ataupun konteks. Berdiri sendiri.
Namun anehnya, dalam dinamika lingkungan kita – sekolah, gereja, organisasi, atau bangsa secara umum – kadang pengingkaran atas waktu masih dianggap lumrah. Kita sangat mudah menoleransi keterlambatan dan memandangnya sebagai sesuatu yang biasa. Telat semenit atau dua menit wajarlah, demikian banyak orang berujar. Alasan dengan mudah membenarkan inkosistensi tersebut.
Permasalahannya adalah waktu sebagai fakta yang objektif telah kita jadikan sebuah realitas yang subjektif. Waktu akhirnya kita tempatkan dalam konteks. Misalnya, terlambat ke gereja masih lebih baik dari pada tidak datang sama sekali, toh masih bisa dengar firman, demikian kita berujar. Begitu juga untuk keadaan yang lain, persoalan keterlambatan, waktu molor, dan lain-lain kita permudah dalam konteks. Kalau alasannya masuk akal, bisa diterima. Akhirnya secara tidak sadar kita menjadikan keterlambatan itu urusan tetek bengek.
Permasalahan ini disebabkan karena kita masih lemah dalam disiplin, komitmen, dan konsistensi. Misalnya, seorang siswa diwajibkan hadir 06:55.00 WIB setiap harinya di sekolah. Ketika siswa hadir 06:56:01 WIB maka faktanya terjadi indisipliner, pengingkaran komitmen dan menjadi inkonsisten. Begitu juga dengan perjalanan kereta api yang menjanjikan akan berangkat 22:00 WIB dan bila berangkat 22:07 WIB maka terukur dan objektif telah terjadi pelanggaran. Karena itulah biasanya, pihak kereta api akan meminta maaf atas keterlambatan tersebut. Hal inilah yang mendasari negara-negara maju sangat menghargai on time. Konon katanya, di Jepang rata-rata keterlambatan kereta api di Jepang hanya 7 detik. Bagaimana dengan kita? Sudah berapa kali Anda telat datang ke tempat kerja? Atau masih terlambat ke gereja?
Waktu yang sedang terjadi: Kesempatan
Pada pembahasan ini, kita memahami waktu sebagai kesempatan. Waktu ditempatkan sebagai kesempatan terkait dengan bagaimana kita mengisi waktu dalam setiap aspek hidup kita.
Mari kita cek. Pernahkah Anda merasa satu harian bekerja di kantor namun waktu itu berlalu begitu saja tanpa ada hal yang ‘bermakna’ yang terjadi? Atau maksud saya, sepanjang hari bermalas-malasan tidak jelas arah dan tujuan? Barangkali bentuknya bisa saja begini. Begitu tiba di kantor kita mengawali dengan obrolan dengan teman sejawat ngalor ngidul entah ke mana. Setelah itu, ketika kita sudah di depan komputer untuk siap bekerja, tapi tidak sadar mata kita tertuju kepada pengkinian informasi atau aktivitas di media sosial. Segala infomasi kita baca tanpa tahu apa artinya. Mulai dari ulasan sepak bola, hingga perkembangan politik kekinian kita lahap di media online. Dari satu media online ke media online yang lain kita berpindah, menjelajahi informasi yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan domain pekerjaan yang harusnya kita kerjakan pada saat itu. Lewat deh waktu berlalu begitu saja. Secara tidak sadar waktu kita dirampas dengan sendirinya. Kesempatan terbuang tanpa makna dan konteks.
Waktu sebagai ‘saat yang sedang terjadi’ maka waktu bergantung kepada konteks dan makna. Pengkhotbah menggambarkan bahwa semua ada waktunya atau kesempatannya. Ada waktu bekerja atau kesempatan berkarya. Ada waktu bersosialisasi atau kesempatan membangun relasi. Ada waktu tidur atau kesempatan untuk memulihkan tenaga. Ada waktu menghibur diri atau kesempatan menjernihkan pikiran. Ada waktu berolahraga atau kesempatan memiliki badan yang sehat. Dan banyak lagi waktu atau kesempatan yang kita miliki.
Berkenaan dengan itu, yang dituntut dari kita adalah bagaimana kita mempertanggungjawabkan kesempatan itu. Apakah saat kita bekerja, kita bekerja dengan optimal? Atau waktu bersosialisasi, kita curahkan sepenuhnya perhatian kita dengan keluarga atau orang lain. Atau waktu kita berolahraga kita dengan serius menjalaninya.
Bila dihubungkan bahwa waktu adalah anugerah, maka di situ akhirnya ada tuntutan dari Sang Pencipta dan Pemberi Waktu. Bahwa kesempatan itu akan diminta pertanggungjawaban dari kita. Harus kita ingat, kesempatan saat yang sedang terjadi, tidak akan berulang.
Hal inilah yang diingatkan Paulus dalam Efesus 5:15-16 5 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, 16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Pada dasarnya, waktu yang diterjemahkan LAI ITB (Indonesia Terjemahan Baru) memiliki makna ‘kesempatan’ (kairos). LAI BIS (Bahasa Indoensia Sehari-hari) menerjemahkan sebagai berikut; Efesus 5:15-16 15 Sebab itu, perhatikanlah baik-baik cara hidupmu. Jangan hidup seperti orang-orang bodoh; hiduplah seperti orang-orang bijak. 16 Gunakanlah sebaik-baiknya setiap kesempatan yang ada padamu, karena masa ini adalah masa yang jahat.
Jadi sekarang tergantung kita. Akankah kita biarkan hari-hari kita berlalu begitu saja tanpa bertanggung jawab terhadap kesempatan yang ada? Saya rasa di sinilah kita perlu ingat yang Amsal katakan: Orang yang malas harus memperhatikan cara hidup semut dan belajar daripadanya (BIS Amsal 6:6). (PP)
Tepat Waktu
Tuhan menciptakan waktu, Dia menciptakan hari, malam, minggu, bulan dan tahun. Dia juga menjaga musim dalam tahun dan musim dalam hidup (lahir, meninggal, susah, senang, menabur, menuai). Tuhan menjadikan siang dan malam sehingga manusia memiliki waktu untuk bekerja dan waktu untuk beristirahat. Tuhan kita adalah Tuhan yang tepat waktu dan bekerja dengan durasi waktu yang tepat.
Sejak awal penciptaan, Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan waktu yang tepat. Tuhan menciptakan dengan urutan waktu yang sedemikian rupa sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik. Tuhan menciptakan hewan-hewan setelah menciptakan daratan dan lautan sehingga hewan-hewan memiliki tempat untuk tinggal. Tuhan menciptakan manusia pada hari terakhir sehingga manusia memiliki tempat untuk tinggal dan makanan untuk dimakan. Semuanya diciptakan dengan waktu yang tepat (Kej 1:1-31).
Tidak hanya masalah penciptaan, Tuhan juga mengatur waktu hidup untuk manusia dan ciptaan lainnya. Dalam Pengkhotbah 3:1-15 dikatakan bahwa segala sesuatu ada waktunya, ada waktu untuk menabur, ada waktu untuk menuai, ada waktu untuk bersuka, ada waktu untuk berduka, semuanya sudah diatur sedemikian rupa agar terjadi keseimbangan.
Tuhan menciptakan waktu sehingga manusia juga dapat mengatur hidupnya sesuai dengan waktu yang diberikan oleh Tuhan. Manusia dengan akal budi yang diberikan kepadanya, menggunakan waktu yang diciptakan Tuhan untuk mengatur berbagai macam pekerjaan dan untuk menjaga ketertiban di tengah-tengah masyarakat. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk beristirahat, ada waktu untuk bersekolah, ada waktu untuk bertemu, berpisah, dsb.
Salah satu bentuk ucapan syukur kita adalah dengan menghargai waktu yang diberikan Tuhan kepada kita dan waktu yang dimiliki oleh orang lain. Kita harus menyadari bahwa waktu yang kita miliki dan waktu yang dimiliki oleh orang lain adalah sesuatu yang berharga yang tidak boleh kita sia-siakan. Tidak seharusnya kita bertindak sesuka hati kita, tetapi mengikuti waktu-waktu yang sudah ditetapkan, baik oleh Tuhan dan oleh manusia.
Dua hal yang ada dalam tepat waktu:
- Hormat kepada Tuhan sang pencipta waktu
- Menghormati waktu yang dimiliki sesama manusia
Beberapa cara agar kita dapat menghargai waktu yaitu dengan memaksimalkan waktu untuk mengerjakan apa yang harus kita kerjakan sebelum tenggat waktu, sehingga kita tidak akan menghabiskan waktu tambahan. Waktu adalah hal yang sangat berharga. Kita diberikan batasan waktu dan setiap waktu itu diperhitungkan oleh Tuhan tentang bagaimana kita dapat menggunakannya.
Cara lain adalah dengan menghargai orang lain dan waktu yang sudah diberikan Tuhan pada mereka. Misalnya dengan tidak membuat orang lain menunggu. Ketika kita membiarkan orang lain menunggu, kita merampas waktunya dan menghalanginya untuk memenuhi kehendak Tuhan. Dengan demikian, kita telah gagal dalam menerapkan firman yang ada di Efesus 5:15-16: pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.
Kita juga dapat menghargai waktu Tuhan dengan bertindak tepat waktu pada saat Tuhan meminta kita untuk melakukan sesuatu. Kita juga harus menjadi pribadi yang mau mendengar dan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan. Bertindak tepat waktu atas perintah Tuhan diperlihatkan oleh Abraham saat diminta Tuhan untuk mepersembahkan anaknya Ishak. Pada saat Tuhan memberi perintah, Abraham segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan (Kej 22:1-13). Hal yang sebaliknya dilakukan oleh Saul ketika ia bertindak sesuka hati tanpa mengikuti waktu Tuhan. Pada saat Tuhan meminta dia untuk menunggu Samuel agar dapat mempersembahkan korban bakaran pada Tuhan, Saul tidak menunggu, bahkan ia mempersembahkan sendiri korban bakaran itu pada Tuhan. Akibat tindakannya ini Tuhan pun menjadi marah (1 Sam 13:1-22).
Definisi
Tepat waktu adalah menghargai waktu Tuhan dan manusia serta menyadari bahwa segala sesuatu ada waktunya dengan tidak bertindak sesuka hati melainkan bertindak sesuai dengan waktu yang diberikan dan ditetapkan.