Oleh: Benny Dewanto, Kepala Bagian PK3 Sekolah Athalia
Gary Thomas, penulis buku-buku pernikahan, mengutarakan pandangan yang jarang dipikirkan oleh banyak orang, yaitu makna keluarga adalah tentang kekudusan, bukan semata kebahagiaan. Thomas berkata bahwa keluarga Kristen perlu memikirkan dan mengarahkan tujuan perjalanan bahteranya pada tujuan kekudusan. Bagi Thomas, makna kekudusan memiliki nilai keutamaan ketimbang kebahagiaan. Sekalipun pandangan ini tidak populer di telinga banyak pasangan, sebagai keluarga yang perlu memikirkan warisan iman bagi setiap anak-anak, pandangan ini penting untuk direnungi.
Mari kita ikuti pemikiran Gary Thomas yang mendorong bahwa setiap keluarga Kristen seharusnya mengutamakan kekudusan ketimbang “kebahagiaan saja”. Dimulai dari pendalaman 1Korintus 7:1 yang berkata: “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin.” Kutipan ayat ini mendorong kita untuk mengetahui mengapa Paulus menyarankan laki-laki tidak kawin. Bukankah nasihat ini terkesan bertentangan dengan pemeo pria bahwa mereka adalah mahluk yang memiliki hasrat besar untuk kawin? Rupanya Paulus hendak menyampaikan pesan tentang hasrat yang terkelola melalui kekudusan, bukan hasrat liar percabulan. Bila tidak mampu hidup dalam konsep kudus, lebih baik tidak kawin atau tidak menikah. Di luar konsep kudus, perkawinan menjadi perjalanan hasrat yang nyaris sama dengan percabulan. Kekudusanlah yang membedakan perkawinan yang benar dan dengan yang tidak benar.
Dari sisi inilah Gary Thomas memberikan perenungan bahwa sasaran kekudusan menjadi hal yang penting dalam kehidupan keluarga Kristen. Kudus adalah berbeda. Kudus adalah kekhususan, tidak serupa dengan dunia, tetapi serupa dengan Kristus. Keluarga Kristen yang berpusat pada Kristus seharusnya menjadi keluarga yang mengutamakan pertumbuhan melalui nilai-nilai Kristus. Keluarga Kristen adalah pelaku penuh hasrat tentang nilai-nilai Kristus. Sedemikian besar hasrat tersebut sehingga sekalipun harus berhadapan dengan kesulitan, sasaran kekudusan tetap dikejar ketimbang sekadar merasa bahagia. Membangun keluarga yang berpusat pada Kristus adalah keluarga yang hidup setia di dalam kuk bersama Kristus dan itulah sasaran nilai kebahagiaannya!