Pendayaguna

Dasar Pemikiran

Pada saat penciptaan, Tuhan bekerja enam hari lamanya untuk menciptakan segala sesuatu. Ketika Tuhan selesai menciptakan, Ia melihat segala yang diciptakannya itu “sungguh amat baik” (Kej 1:31). Oleh karena Tuhan menciptakan semua ciptaan-Nya “sungguh amat baik”, maka kebaikan dan kasih Tuhan tidak dibatasi oleh keadaan ciptaan itu apakah bagus atau tidak, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, hitam atau putih, lengkap atau cacat, dll. Di mata Tuhan semua “sungguh amat baik” dan Tuhan menciptakan semuanya dengan tujuan, yaitu tujuan yang baik.

Manusia sendiri adalah ciptaan Tuhan yang paling berharga (Yes 43:4a, 1 Tim 4:12). Manusia berharga di mata Tuhan, terlepas dari siapa dia, apa yang ia miliki, dan apa yang telah ia lakukan. Kasih Tuhan yang paling besar terbukti ketika Dia turun ke dunia merendahkan dirinya mati di kayu salib untuk menanggung dosa dan menyelamatkan manusia (Yoh 3:16).

Karena Tuhan memandang ciptaannya “sungguh amat baik” dan berharga, maka kita tidak akan menilai ciptaan Tuhan dari rupa, fisik, pendidikan, harta, dll. Namun kita akan menilai dengan melihat bagaimana Tuhan berkarya di dalam ciptaan itu, sehingga kita juga akan memandangnya “sungguh amat baik” dan berharga.

Tuhan memberikan tugas khusus kepada manusia untuk menjaga dan memelihara ciptaan-Nya (Kej 1:28-29). Namun manusia seringkali tidak menghargai ciptaan Tuhan, baik itu dirinya sendiri, orang lain, dan ciptaan lainnya dengan meremehkan, merusak, bahkan menggunakannya untuk tujuan yang salah.

Wahyu 3:16 mengatakan bahwa hendaknya jemaat di Laodikia tidak menjadi pribadi yang suam-suam kuku. Pada saat itu di Laodikia dilewati oleh 2 aliran sungai, masing-masing sungai dialiri air dingin dan air hangat. Penduduk Laodikia menetapkan sungai yang dialiri air dingin digunakan untuk kebutuhan air minum, sementara sungai yang dialiri air hangat digunakan untuk kebutuhan mandi. Bila itu dilakukan            dengan benar, maka fungsi sungai-sungai itu dianggap “useful”. Bila dicampur menjadi air suam-suam kuku, maka tindakan itu bukanlah tindakan yang benar sesuai dengan fungsinya.

Sama seperti kedua sungai di Laodikia, setiap kita telah diberikan fungsi yang baik oleh Tuhan, sebagaimana dikisahkan pada kisah penciptaan. Segala sesuatu yang ada pada diri kita atau sekitar kita adalah pemberian Tuhan. Tuhan memiliki tujuan mengapa menciptakan kita, orang lain dan benda-benda di sekitar kita sesuai dengan keberadaan kita saat ini (kaya atau miskin, pintar atau bodoh, bertubuh lengkap atau tidak, cantik atau tidak, dll), yaitu untuk melakukan pekerjaan yang baik. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk bertindak sesuai dengan apa yang sudah diberikan kepada kita.

Salah satu yang dapat kita lakukan adalah dengan mendayaguna diri, orang lain, dan benda-benda sekitar kita. Mendayaguna berarti melihat sesuatu secara positif dan mampu menemukan nilai lebih dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memaksimalkan pemanfaatannya untuk kebaikan. Kita dilatih untuk mendayagunakan segalanya sesuai dengan fungsinya sehingga menghasilkan sesuatu yang baik untuk diri kita dan orang lain. Hal itu kita lakukan sebagai bentuk hormat dan terima kasih kita kepada sang pemberi dan pencipta yaitu Tuhan.

Oleh karena engkau berharga di mata-Ku, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,

Yes 43:4a

Definisi

Melihat sesuatu secara positif dan mampu menemukan nilai lebih dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memaksimalkan pemanfaatannya untuk kebaikan.

Mengambil Prakarsa-Prakarsa Kecil

Dari Senin sampai Jumat Marcie selalu bangun pagi-pagi, berjalan ke stasiun kereta, dan naik kereta selama empat puluh lima menit ke Boston sebagai seorang pelaju atau komuter (Penumpang ulang-alik/ bolak-balik). Di sana ia pindah ke subway yang membawanya ke kantor. Hal yang sama dilakukannya setiap hari selama setahun. Kemudian ia berhenti dari pekerjaannya untuk belajar sebagai asisten dokter. Di minggu-minggu terakhir kerjanya, petugas subway  memberinya tiket gratis untuk dua minggu terakhir. Pada hari terakhir ia pergi bekerja, para penumpang di kereta mengadakan pesta perpisahan untuknya.

Menurut Anda, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang memotivasi sekelompok orang pelanggan komuter kereta mengadakan sebuah pesta untuk seorang penumpangnya? Biasanya, para penumpang menyibukkan diri dengan surat kabar, buku, dan walkman, atau mereka akan langsung menuju kantor virtual mereka dengan menyalakan laptop mereka segera setelah mereka duduk di kereta. Bagaimana ceritanya?

Marcie berumur dua puluh dua tahun. Menurut penuturannya, ia “bukanlah seorang yang mudah bergaul.” Tetapi sebagai pengikut Kristus, ia memutuskan untuk mengikuti perintah Yesus. Ia memutuskan untuk menumpang kereta dan bus yang sama setiap hari. Ia juga memilih untuk ada di antara penumpang-penumpang lainnya. Ia mulai tertarik menyapa mereka. Ia menghafal nama-nama mereka dan tertarik untuk mengenal keluarga mereka, berbagai keprihatinan mereka, serta minat mereka. Beberapa obrolan berlanjut dari satu kesempatan perjalanan ke kesempatan lainnya. Orang-orang mulai tahu. Marcie senang dan peduli pada mereka! Karena imannya merupakan bagian alami dari dirinya, maka hal iman pun menjadi bagian dari obrolan-obrolannya. Pesta spontan yang terjadi dalam kereta para komuter tersebut menunjukkan suatu jenis tanggapan bahwa prakarsa-prakarsa kecil Marcie diterima.

Dalam rangkaian kehidupan sehari-hari kita berpapasan dengan banyak orang yang sama. Saat bertemu dengan beberapa orang kita berhenti dan menyapanya. Kita bertanya mengenai akhir pekan mereka dan mengucapkan selamat ulang tahun pada mereka. Beberapa kita sapa dengan menyebut nama mereka, beberapa orang lainnya kita sapa dengan senyuman dan anggukan. Beberapa lainnya mungkin kita acuhkan.  Kita melewati mereka begitu saja. “Merekalah orangnya,” kata Yesus- yang biasa kalian abaikan- kepada merekalah khususnya Aku ingin kalian memberi salam!
Buku Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat
Kisah ini dapat ditemukan dalam buku Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat. Melalui buku ini Jim Petersen dan Mike Shamy berusaha memaparkan bagaimana kita sebagai manusia sebenarnya dapat terus berbuah serta menjadi garam dan terang bagi lingkungan sekitar kita. Bahkan lewat hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita. Buku ini tersedia di perpustakaan SMP/SMA Sekolah Athalia atau anda bisa membelinya di toko buku terdekat. Selamat membaca!

Menghargai Alam, Menghargai Tuhan

Kejadian 2:15

“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Ulangan 20: 19

“Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon di sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya, buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kau kepung.”

Ketika sedang menjelajah internet beberapa waktu lalu saya menemukan satu event atau gerakan yang unik. Gerakan ini setiap tahun menjadi satu event besar di beberapa negara dan sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa diantara kita mungkin pernah mendengar atau justru pernah terlibat dalam gerakan ini. Gerakan Earth Hour. Gerakan Earth Hour adalah salah satu gerakan yang diprakarsai oleh WWF (World Wildlife Foundation)- organisasi konservasi lingkungan hidup yang independen dan terbesar di dunia. Setiap orang di seluruh dunia dapat berpartisipasi dalam gerakan ini. Pada tahun ini, tepatnya pada tanggal 28 Maret 2015, kita dapat ikut berpartisipasi dengan mematikan listrik atau lampu di rumah maupun di tempat kerja kita selama satu jam atau lebih, mulai dari pukul 08.30-09.30 malam waktu setempat. Bila seluruh penduduk dunia melakukannya, maka perubahan besar tentu dapat terjadi.

Berbicara mengenai pendayaguna memang tidak dapat lepas dari kontribusi kita sebagai manusia pada kelestarian alam atau lingkungan hidup. Dalam kitab Kejadian, Tuhan Allah dengan jelas mengatakan agar kita harus mengusahakan dan memelihara taman atau bumi ini. Tuhan memang menganugerahkan kita kuasa atas alam dan segala isinya. Namun kembali lagi bahwa semua ini merupakan ciptaan dan milik Tuhan saja (Mazmur 24:1) yang seharusnya kita hargai dan pelihara dengan segenap hati.

Adakala memang kita sebagai manusia lupa. Lupa bahwa apa yang kita makan dan gunakan sehari-hari berasal dari alam yang juga merupakan makhluk hidup. Lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses untuk tumbuh. Bila direnungkan kembali, manusia sebenarnya tidak dapat hidup tanpa alam, tanpa tumbuhan dan hewan, tetapi alam dapat terus tumbuh dengan baik tanpa adanya manusia. Oleh karena itu Adam dan Hawa diciptakan pada urutan terakhir ketika semua telah tersedia bagi kehidupan mereka. Bukan berarti alam adalah segalanya, tetapi manusia harus lebih menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan yang menyediakan seluruh kebutuhan kita di bumi.

Perlu kita ketahui juga bahwa ternyata menghargai alam dan isinya juga merupakan salah satu bagian dalam mengembangkan karakter anak. Hal ini tertera dalam buku Let The Children Come-Along The Virtuous Way (buku yang dipakai dalam Parenting Class-Teen). Mengajarkan anak untuk menghargai alam juga berarti mengajarkan anak untuk menghargai orang lain dan terutama menghargai Allah sendiri. Mengenalkan keindahan yang telah Tuhan ciptakan pada anak dapat membangun kepekaan dan tanggung jawab anak untuk mau terlibat menjaga dan menciptakan lingkungan yang sehat untuk kehidupan mereka. Bukan justru merusak dan mengeksploitasi alam yang sudah semakin hancur ini. Tuhan sendiri mengingatkan kita dalam Ulangan 20:19 untuk tidak melibatkan alam dalam peperangan kita.

Oleh karena itu alangkah baiknya bila kita semua sebagai manusia dapat hidup harmonis bersama dengan alam. Jangan biarkan bencana-bencana yang harus datang mengingatkan kita untuk berubah, tapi biarlah apa yang telah kita terima dari Tuhan juga dapat kita bagikan melalui perilaku kita sehari-hari. Pertumbuhan yang baik hanya dapat terjadi ketika kita mau belajar untuk berubah menjadi lebih baik. Sadari bahwa setiap gerakan dan perubahan-perubahan kecil yang kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan anak cucu kita nanti. Think wise and action! (LDS/karakter kerohanian)