Kebahayaan Mengenal Allah

Ketika mengenal sesama manusia, kita menggunakan indra. Saat bertemu dengan orang baru, kita menyodorkan tangan, bersalaman, melihat dengan mata, bertanya dan memperkenalkan diri. Karena sering bertemu, akan muncul perasaan makin mengenal. Lama-lama kita menjadi ahli menebaknya karakternya.

Pertanyaannya: Apakah mengenal Allah bisa memakai indra? Mengenal manusia berbeda dengan mengenal Allah. Indera manusia tidak dapat menangkap Allah. Sebab itu mengenal-Nya dapat mendatangkan kebahayaan.

Apakah kebahayaan mengenal Allah?

1. Merasa mengenal tetapi sebenarnya tidak dikenal.

Kita seringkali merasa mengenal Allah karena tertarik dan aktif terlibat dalam aktivitas rohani dan pelayanan, kesukaan mendengar khotbah, merasa memiliki dan berkontribusi pada gereja, merasa tenang ketika mendengar lagu-lagu rohani, dll. Tapi apakah benar kita sudah mengenal Allah? Jika betul kita mengenal Allah, maka seharusnya ada yang menanjak dalam hidup, mau memberi diri untuk dibentuk oleh-Nya, dan dosa-dosa mulai berguguran.

2.  Mengenal Allah berarti membuktikan diri untuk berbuat baik?

Hampir semua keyakinan berlomba untuk memanifestasikan kebaikan. Orang Kristen juga terjebak di sini. Kalau mengenal Allah, masa saya tidak berbuat baik? Orang Kristen terperangkap ikut-ikutan perbuatan baik orang lain yang tidak mengandung keselamatan. Terjebak untuk membuktikan diri. Terus apa yang salah? apakah orang Kristen tidak boleh berbuat baik?

Berbuat baik tentu harus dan wajib, hanya sayang kalau semangatnya hanyalah perbandingan dan pertandingan belaka. Perbuatan baik tidak menjamin seseorang sudah mengenal Allah. Makin mengenal Allah yang sejati, maka Allah sendirilah yang akan memberi tahu perbuatan baik apa yang harus dilakukan, bukan ikut-ikutan. Perbuatan baik haruslah muncul dari hati yang mengasihi Allah.

3.  Pengalaman Mujizat?

Pengalaman supranatural dapat menjadi trap (Jebakan) yang serius dan mengerikan. Disangkanya semua mujizat dari Tuhan, padahal firman Tuhan ingatkan setan juga bisa melakukan hal yang serupa.

Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga (Mat 24:24).

Banyak orang berasumsi salah, “Mujizat adalah bukti pengalaman pribadi dengan Tuhan Yesus.” Jangan sangka karena mengalami mujizat berarti sudah mengenal Allah. Kelimpahan keajaiban dan mujizat, belum tentu menghasilkan iman sejati. Yesus pernah mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya (Mat 11:20).

Tanda Mengenal Allah

1. Hati yang remuk dan rendah hati

Remuk dan rendah hati berarti sampai pada sikap “I need You Lord!” Sebab itu, seorang yang sombong dan arogan pasti tertutup bagi Tuhan. Kapan seseorang bisa menyadari hal ini? Saat melihat diri begitu kotor dan Tuhan begitu suci. Bercermin diri begitu lemah, memandang Tuhan begitu kuasa. Akhirnya memilih untuk bertobat, menerima Kristus sebagai juruselamat pribadi. Hati yang remuk dan rendah hati harus terus dialami sampai mati, setiap saat, tempat dan kondisi.

2.  Haus akan firman Tuhan

Karya Roh Kudus dalam hidup orang percaya bukan menghadirkan kepuasan akan pengalaman mujizat, tetapi menghadirkan kepuasan saat membaca atau mendengarkan firman Tuhan. Saat ke gereja apakah Anda dipuaskan oleh firman Tuhan? atau hanya untuk bertemu teman? Apakah kepuasan Anda dibangun dari aktivitas? Ada yang puas ketika melayani, melayani dan melayani, namun tidak merasa puas saat mendengar firman Tuhan. Bahaya. Bergaul dengan Tuhan berarti haus akan firman-Nya.

3. Memiliki sikap seperti seorang anak kecil.

Menjadi seperti anak kecil (childlike) bukan berarti kekanak-kanakan (childish). Seperti anak kecil berarti tidak putus-putusnya bergantung pada orang tua. Anak kecil mau dikoreksi. Anak kecil mau diajar. Anak kecil hormat pada orang tuanya. Ciri-ciri seorang anak kecil:

  1. Naif, polos

Banyak jemaat yang merasa sudah lebih pintar ketika mendengarkan firman. Saat firman diberitakan, otaknya nolak. “Ah, siapa bilang kayak gitu, belum tentu kok, itu sih menurut kamu, menurut aku ga gitu-gitu amat lah!” Orang dewasa cenderung suka mengatur dan menasehati sehingga sulit untuk diatur dan menerima nasehat. Hanya yang memiliki jiwa seperti anak kecil yang bisa percaya dengan tulus.

  1. Anak kecil selalu bergantung kepada Tuhan

Apa tanda kedewasaan rohani? Makin dewasa rohani justru makin bergantung kepada Tuhan. Hal ini berbanding terbalik dengan kedewasaan jasmani yang bergerak dari bergantung menuju kemandirian. Ketika kedewasaan rohani semakin independent; segala sesuatu dapat dilakukan sendiri, maka kedewasaan rohani justru sebaliknya. Kedewasaan rohani bergerak menjadi semakin dependent, semakin bergantung pada Tuhan. Bahkan dalam seluruh aspek kehidupan, selalu mencari Tuhan terlebih dahulu. Tidak berani menghadapi hari sendirian tanpa Tuhan.

  1. Innocent. Jujur.

Orang dewasa cenderung dipengaruhi dan mempengaruhi. selalu ada prasangka pada orang lain. Tetapi anak kecil jujur apa adanya.

  1. Tidak bosan dengan repetitious (Pengulangan)

Anak kecil suka melakukan hal yang berulang-ulang dengan semangat dan antusias yang tetap atau konsisten. Anak kecil suka nonton kartun yang sama berkali-kali dan ia akan selalu menonton dengan keseriusan dan keceriaan yang tidak sama. Ingat banyak pekerjaan Tuhan yang repetitious, contohnya, matahari yang selalu terbit di timur, udara yang tersedia tiap detik, bunga tumbuh mekar dan layu, kesehatan, makanan, uang, semuanya terus diulang. Hati-hati, jika tidak memiliki jiwa anak kecil, kita sudah kehilangan sukacita dan kepekaan.

  1. Trust. Pure in heart.

Seorang anak kecil tetap percaya meskipun apa yang ia percayai mungkin tidak logis bagi orang dewasa.

4. Taat pada firman-Nya

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

Jika Tuhan katakan ampuni musuhmu, maka Anda mengampuni. Tuhan katakan doakan orang yang jahat, Anda doakan. Ini namanya penyangkalan diri. Menaati firman Tuhan bukan perkara mudah, perlu hati seperti anak kecil untuk mau melakukannya.

5. Merasa sedang diubahkan segambar dengan Tuhan

Setelah kelahiran baru, maka ada satu perubahan dalam diri yakni menjadi serupa dengan gambar-Nya. berarti ada:

  1. Kesucian. Dosa-dosa mulai berguguran dan hal ini dirasakan oleh orang lain.
  2. Makin mengenal Tuhan, mengenal diri dan dunia sehingga tahu arah hidup dari mana mau ke mana.

Pemahaman yang lebih jelas dan mendalam mengenai tulisan diatas dapat Anda baca dalam buku karangan Chang Khui Fa yang berjudul “Garam &Terang for youth. Road to transformation terbitan Pionir Jaya.

garam dan terang for youth
Buku ini tidak hanya cocok untuk anak remaja karena menggunakan bahasa yang sederhana dan “gaul” namun juga sangat cocok untuk setiap orang yang rindu untuk memiliki pengenalan yang benar akan Allah dan mengalami transformasi di dalam hidup. Buku ini juga sangat baik bagi setiap orang yang ingin memperlengkapi diri untuk menggembalakan siswa atau anak di rumah. Buku ini menyajikan beberapa topik yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari kita, yaitu: God’s Presence in My Life; A Path To Find His Will; Romance in Fire; Adventure to the Marketplace; Money! Money! Money!; Time Management vs. managing Activities; Establishing Universal Faith; Restoring Relationship; Able to Cope with Problems; Never Give Up! Facing Depresion; Grow as a Leader. Buku ini dapat Anda temukan di perpustakaan SMP. Selamat membaca! (IB/Karakter)

Tips Liburan Kreatif dan Edukatif Bersama Keluarga

“Papa, mama, nanti libur kita mau kemana?”

Mungkin ini adalah pertanyaan yang akan sering kita dengar menjelang libur kenaikan kelas. Setelah bekerja keras selama berbulan-bulan, liburan akhirnya datang, tentunya kesempatan ini harus kita gunakan dengan sebaik mungkin. Berikut ini adalah alternatif kegiatan pengisi liburan yang dapat kita lakukan bersama keluarga;

  1. Permainan tradisional. Berlibur tidak harus selalu diisi dengan bepergian jauh ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Berlibur di rumah juga dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi keluarga. Orang tua dapat mengajarkan anak permainan-permainan tradisional yang sering dimainkan orang tua saat masih kecil atau permainan tradisional lainnya. Hal ini berguna untuk menyadarkan anak bahwa banyak permainan yang lebih menyenangkan daripada sekedar memainkan gadget.
  2. Aktivitas bersama di rumah. Tak hanya dipenuhi dengan bermain, orang tua juga dapat mengajak anak untuk melakukan berbagai aktivitas menyenangkan bersama-sama, seperti memasak atau membuat kue, berkebun, mendekor rumah, dan lain-lain. Tak hanya hemat, berlibur di rumah pun dapat menjadi sarana untuk memiliki liburan yang mendekatkan dan menyenangkan.
  3. Komunikasi selama perjalanan. Bagi keluarga yang sudah merencanakan untuk bepergian jauh, perjalanan selama mencapai tempat tujuan juga dapat menjadi sarana yang positif untuk membangun relasi dalam keluarga. Baik menggunakan mobil, pesawat, kereta, atau transportasi lainnya, orang tua dapat mengajak anak untuk mengobrol dan membicarakan berbagai hal yang selama ini sulit untuk dibicarakan bersama. Jadikan momen perjalanan untuk berkomunikasi dan menjalin relasi positif dengan anak.
  4. Mengunjungi sanak saudara.  Ajaklah keluarga untuk mengunjungi sanak saudara. Liburan mungkin menjadi satu-satunya kesempatan untuk menjalin lagi silahturahim yang renggang dalam keluarga. Mengenalkan anak dengan saudara-saudara mereka juga dapat membangun kepekaan dan kepedulian anak pada orang-orang di sekitar mereka.
  5. Berlibur sambil belajar. Ketika merencanakan untuk pergi berlibur di suatu tempat, jangan hanya tergiur dengan fasilitas yang disediakan, tetapi juga apa saja yang dapat dipelajari dan menjadi ”oleh-oleh” atau pelajaran/pengalaman berharga bagi keluarga. Misalnya dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, dll.
  6. Backpacking. Bersama keluarga kita dapat merasakan pengalaman berbeda dengan menjadi backpacker. Berlibur tanpa bergantung pada kenyamanan semata. Kegiatan ini dapat menjadi pembelajaran bagi keluarga untuk merasakan perjalanan dengan menggunakan transportasi umum yang merakyat. Selain itu menjadi backpacker juga mengajarkan banyak hal seperti komunikasi, bijaksana mengatur uang dan waktu, meningkatkan kepercayaan diri, kritis, terbuka terhadap perbedaan serta menumbuhkan daya juang.
  7. Tracking dan hiking. Mendaki gunung atau berpetualang ke tempat-tempat wisata alam seperti menyusuri hutan, sungai, air terjun, goa dapat menjadi salah satu pilihan tepat ketika berlibur di negara sendiri. Melalui kegiatan ini kita dapat mengenalkan dan mendekatkan anak dengan kekayaan dan keindahan alam raya Indonesia. Kegiatan ini juga dapat mengajarkan anak untuk dapat lebih menghargai alam dan mencintai ciptaanNya.
  8. Melayani orang lain. Selain bertujuan untuk refreshing, liburan juga dapat menjadi kesempatan yang baik untuk mengajari anak dan keluarga berbagi dengan orang lain. Contohnya dengan mengajak anak dan keluarga mengunjungi dan memberi bantuan bagi para pengungsi daerah bencana, mengunjungi panti asuhan atau panti jompo, menjadi volunteer di lembaga-lembaga peduli lingkungan atau mengikuti kegiatan mission trip ke daerah tertentu, dll.

Nyatanya, liburan seharusnya menjadi saat-saat yang menyenangkan dan mendekatkan keluarga, bukan justru menjauhkan satu dengan yang lain. Liburan yang diisi dengan kegiatan-kegiatan positif niscaya dapat menjadi inspirasi dan penyemangat bagi setiap anggota keluarga untuk menyapa hari baru dengan lebih semangat dan optimis. Dimanapun dan apapun yang kita lakukan selama liburan ini tetaplah berkarya dan menjadi berkat bagi keluarga dan lingkungan sekitar! (LDS)