Rendah Hati

rendah hati

Kerendahan hati adalah sebuah karakter (sifat) sekaligus sebuah sikap (perilaku). Ia disebut sifat karena ia berada di wilayah pikiran dan hati yang berperan besar dalam menghasilkan perilaku manusia. Ia disebut perilaku karena ia harus terwujud dalam perilaku-perilaku tertentu yang oleh khalayak umum diakui sebagai tanda-tanda kerendahan hati. Kerendahan hati sejati muncul apabila keduanya menyatu dan saling melengkapi seperti dua sisi pada satu koin. Kita tidak dapat mengatakan seseorang itu rendah hati apabila kita tidak melihat perilaku-perilaku rendah hati dalam hidupnya. Sebaliknya, kita juga tidak serta merta dapat menyimpulkan bahwa seseorang itu rendah hati melalui perilaku-perilakunya karena ada kemungkinan sikapnya adalah rekayasa dan bukan merupakan dorongan hatinya.

Di tengah jaman yang penuh kompetisi seperti sekarang ini, adalah sangat sulit untuk menemukan orang yang rendah hati bahkan mungkin telah ada keraguan (kalau bukan keyakinan) bahwa kerendahan hati sudah tidak relevan lagi karena dianggap sebagai penghalang keberhasilan sehingga “rendah hati” ditinggalkan oleh banyak orang. Keinginan semua orang untuk menjadi “seseorang” dan penolakan semua orang menjadi “bukan siapa-siapa” diduga menjadi penyebabnya. Ada desakan yang sangat kuat dalam diri setiap orang untuk menjadi penting dan berarti serta mendapat pengakuan dari lingkungan dan masyarakat dan akibatnya terjadi persaingan yang sangat ketat untuk menjadi penting dan berarti. Persaingan ini mendorong orang berlomba-lomba untuk menjadi yang utama. Semua orang ingin menjadi nomor satu.

Pandangan Kristen tentang kerendahan hati sangat jelas. Hal yang menjadi dasar sikap rendah hati dalam pandangan Kristen adalah diri Kristus sendiri mulai dari kerendahan dalam kelahiran-Nya di kandang domba, kerendahan dalam sikap sehari-hari di masa hidup-Nya dan akhirnya kerendahan dalam pengorbanan-Nya di kayu salib. Kerendahan hati Kristiani juga bersifat paradoks sebagaimana Kristus katakan: “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Matius 23:11-12). Yakobus menegaskan ini dalam Yakobus 4:10: “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu”.
Rendah hati adalah tentang mengutamakan orang lain dan menempatkan diri sendiri di posisi yang lebih rendah daripada orang lain. Rendah hati adalah tentang menjadi pelayan orang lain dan “mengosongkan” diri sendiri dan menjadi “bukan siapa-siapa”. Menjadi rendah hati adalah perjuangan seumur hidup. Namun kita tidak perlu kuatir karena kita mempunyai Tuhan yang rendah hati dan berjanji menolong kita menjadi rendah hati seperti Dia.

Ciri pribadi yang rendah hati adalah dengan senantiasa bertanggung jawab serta berani mengakui kesalahan dan meminta maaf dengan tulus jika melakukan kesalahan, baik yang disengaja atau tidak disengaja sekalipun, atau pada saat menyinggung perasaan orang lain. Pribadi rendah hati yaitu manusia yang sangat peduli dengan perasaan orang lain. Empat tanda bahwa seseorang adalah pribadi yang rendah hati yaitu:
Tidak merasa perlu menyombongkan diri.
Bisa menunjukkan empati.
Senang membuat orang lain bahagia.
Melihat semua orang sama.

Menurut Alkitab, ada beberapa upah yang akan kita peroleh jika kita rendah hati, yaitu: makan dan kenyang, jalannya dibimbing Tuhan, bersuka cita, mewarisi negeri, kesejahteraannya berlimpah-limpah, dimahkotai dengan keselamatan, dikasihani Tuhan, memiliki hikmat, menerima pujian, semangatnya dihidupkan oleh Tuhan, terlindung pada hari kemurkaan Tuhan, dibiarkan hidup, dihibur Tuhan, kehormatan dan kehidupan.

Tokoh Alkitab yaitu Daud memiliki hati yang luar biasa. Dia dikenal sebagai orang yang berkenan di hadapan Allah. Berbagai masalah dilalui Daud dengan penuh penderitaan tetapi juga selalu penuh kemenangan. Kuncinya ada di kerendahan hati yang Daud miliki. Kerendahan hati membuat Tuhan berkenan kepada kita. Dia melihat orang-orang yang rendah hati dan mencurahkan berkat-Nya bagi mereka.

Bagaimana menjadi rendah hati? Kita semua sedang belajar untuk itu. Perenungan yang terus-menerus akan anugerah keselamatan yang sudah Bapa berikan melalui Yesus Kristus kepada kita seharusnya bisa menjadi dasar yang kuat sekali untuk kita menjadi rendah hati. Kita “bukan siapa-siapa” tetapi kita diselamatkan-Nya. Kesadaran ini seharusnya membuat kita tak henti-hentinya bersyukur. Selama kita meyakini bahwa menjadi yang utama di antara orang lain adalah tujuan hidup, selama itu juga kita akan gagal menjadi rendah hati. Marilah kita bersama-sama terus belajar rendah hati sehingga melalui hal tersebut kita boleh menyenangkan hati Allah dan nama Tuhan dipermuliakan.

(Oleh: Endang Ninanta, guru SD)