Sekilas tentang Met Camp Kelas VII SMP Athalia 2019

Oleh: Loura Palyama, guru Agama Kristen SMP

Metamorphosis Camp atau Met Camp adalah sebuah kegiatan karakter yang wajib diikuti oleh siswa-siswi kelas 7 SMP Athalia. Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam Met Camp ini ditujukan untuk mengingatkan dan meneguhkan kembali karakter tanggung jawab pada diri siswa yang telah dikembangkan di SD dan memperkenalkan profil Caring and Sharing dalam proses pembentukan karakter di SMP Athalia.


Kegiatan Met Camp dimulai dengan permainan kelompok di luar ruangan. Games yang dipersiapkan bukan hanya berfokus pada aktivitas yang seru dan menyenangkan, tetapi juga memiliki makna yang dapat dipelajari oleh peserta camp di antaranya: inisiatif, tepat waktu, pengendalian diri, rajin dan kerja sama. Kesan yang sempat didengar dari peserta adalah adanya momen yang tak terlupakan yaitu ketika peserta camp diberikan sebuah aturan bahwa yang boleh diminum saat haus hanya air mineral sedangkan minuman yang disediakan di samping air mineral adalah es mambo. Ternyata, ada peserta camp yang cukup tergoda dengan es mambo nyaris tidak dapat mengendalikan diri di tengah kelelahan setelah beraktivitas dan udara panas di siang hari; sebuah contoh proses belajar mengendalikan diri.


Kegiatan Met Camp lainnya adalah role play. Pada kegiatan ini panitia telah mempersiapkan beberapa orang yang melibatkan guru, siswa kelas 9, maupun petugas cleaning service untuk memerankan berbagai keadaan yang mengajak siswa untuk peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar mereka secara langsung. Kejadian rekaan telah direkam sebelumnya kemudian ditampilkan lalu didiskusikan secara bersama-sama dengan suasana yang ringan dan fun, agar peserta mudah memahami maksud dan tujuan dari sesi ini dan dapat mengambil sikap yang tepat. Caring and Sharing dimulai dari tanggung jawab terhadap diri sendiri yang dilanjutkan dengan tanggung jawab kepada sesama dan lingkungan.


Ada juga sesi tanggung jawab terhadap diri sendiri dan sesama. Dalam sesi ini, peserta diajarkan untuk berbelanja dan memasak sendiri makanan untuk makan malam mereka. Para peserta berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan menu makanan mereka serta memilih beberapa orang untuk berbelanja kebutuhan untuk memasak.


Ada banyak hal yang mereka pelajari dari kegiatan ini, salah satunya mengenai jenis sayuran. Ada hal lucu ketika peserta camp pergi berbelanja. Ternyata banyak yang tidak tahu bentuk dari bumbu masak yang akan mereka beli, akibatnya mereka salah membeli bumbu yang diperlukan untuk memasak. Peserta camp diwajibkan memasak dan makan sayur. Mereka pun didorong untuk saling menolong satu dengan yang lain agar masakan mereka matang dan memiliki rasa yang enak. Mereka juga diajarkan untuk bertanggung jawab dengan dana yang diberikan.


Kegiatan lainnya adalah pembekalan sex education oleh Ibu Charlotte Priatna dan Bapak Martin Manurung. Kegiatan ini diadakan terkait dengan semakin bertumbuhnya mereka menjadi remaja. Beberapa konselor dari SD dan SMA serta beberapa staf PK3 pun terlibat sebagai fasilitator.


Di hari kedua, peserta camp belajar mengenai proses metamophosis yang tidak mudah dan membutuhkan usaha. Sudah saatnya mereka tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri melainkan juga Caring and Sharing pada sesama.


Melalui Metamorphosis Camp banyak peserta yang mengaku menikmati dan belajar banyak dari kegiatan camp ini. Metamophosis Camp menjadi bermakna walaupun dibungkus dengan aktivitas yang ringan dan menyenangkan. Sungguh bersyukur untuk pelaksanaan camp yang berjalan dengan baik. Kiranya setelah Met Camp ini, siswa-siswi mau terus diproses dan belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan peka terhadap lingkungan serta orang lain.

Sosialisasi Proyek Pengembangan Karakter kepada Orang Tua KB-TK Sekolah Athalia

Oleh: Ni Putu Mustika Dewi, Staf PK3

Pengembangan karakter siswa seharusnya menjadi kepedulian bersama baik sekolah maupun orang tua. Mengingat pentingnya pendidikan karakter sedari dini, maka tiap semester genap guru KB & TK mengajak para orang tua untuk mengambil bagian dalam pengamatan proyek pengembangan karakter siswa & siswi di rumah. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut program pengembangan karakter yang sudah dilakukan oleh KB-TK Athalia di semester ganjil 2018/2019. Pada semester genap ini, sosialisasi proyek pengembangan karakter KB & TK ini diadakan pada hari Sabtu, 26 Januari 2019. Kegiatan ini diawali dengan pemaparan dan peneguhan kembali akan pemahaman atas visi dan misi yang diemban oleh Sekolah Athalia, yang disampaikan oleh Bu Risna selaku Kepala TK.

Dengan landasan Joy (Sukacita) yang merupakan dampak dari kesadaran bahwa Tuhan yang menciptakan, mengasihi, dan menebus manusia, diharapkan hal ini pun dapat dirasakan oleh siswa-siswi selama proses pembelajaran KB-TK baik di sekolah maupun di rumah. Siswa KB-TK Athalia diharapkan menjadi siswa yang bersukacita atas keberadaan dirinya.

Secara khusus, siswa-siswi KB belajar untuk mulai mengenal karakter Penuh Perhatian, TK A belajar Taat, sedangkan TK B belajar menghidupi karakter Tahu Berterima Kasih. Selama 3 bulan, mulai bulan Februari dan berakhir pada bulan April orang tua akan mendidik dan mengamati anak-anak mereka dalam menghidupi karakter (sesuai jenjang usia) dengan indikator-indikator yang telah dipaparkan oleh Wali Kelas & partner pada sosialisasi ini.

Kiranya melalui proyek pengembangan karakter ini, guru maupun orang tua dapat bergandengan tangan dalam mendidik siswa & siswi sedari dini menjadi murid Tuhan yang mengalami dan merasakan sukacita dalam masa pertumbuhannya di KB-TK, dalam lingkungan Sekolah Athalia dan mengalami pertumbuhan karakter yang semakin serupa dengan Kristus.

Bentuklah aku ya Tuhan

Oleh:Reggy Sebastian Sapetu, guru Agama Kristen SMA

Ada orang yang mau membayar uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah untuk menjadi member di sebuah tempat fitness, dengan harapan bisa mendapatkan bentuk tubuh yang ideal, sesuai dengan keinginannya. Namun selain mengeluarkan biaya, tentu hal itu harus disertai dengan pola hidup yang sehat dan teratur, misalnya menyangkut konsumsi makanan dan waktu istirahat. Tentunya ini bukan hal yang mudah atau instant, melainkan membutuhkan sebuah proses. Semuanya akan tergantung pada komitmen dan kekonsistenan kita untuk melakukannya.

Sebuah proses pembentukan yang pasti terjadi dalam hidup kita adalah bagaimana Tuhan membentuk kita menjadi sesuai dengan yang Dia inginkan. Ini merupakan proses yang akan kita alami seumur hidup, sekaligus hal yang sangat penting dan mendasar lebih dari apa pun yang ada dalam hidup kita. Adalah percuma jikalau kita hanya peduli pada pembentukan yang bersifat jasmani (sementara), tetapi lupa atau tidak mempedulikan hal yang bersifat kekal, yaitu pembentukan Allah dalam hidup kita.

Berapa harga yang harus kita bayar untuk proses pembentukan hidup kita untuk menjadi sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan? Kita dapat memohon kepada Tuhan “Bentuklah aku ya Tuhan,” dan Tuhan yang akan menolong kita. Yesus berkata dalam Matius 11:28-30, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Dan kita dapat memberikan respons dengan ketaatan penuh kepada-Nya. Ada banyak tantangan dan rintangan yang akan kita temui dalam proses pembentukan Tuhan ini, akan tetapi kita akan selalu melihat penyertaan Tuhan di dalamnya. Di sinilah iman kita diuji untuk selalu bergantung pada-Nya.

Tuhan menguji setiap hamba-Nya untuk membentuk mereka menjadi seperti apa yang Dia kehendaki. Abraham mengalami pembentukan dari Tuhan untuk menjadi bapa bagi umat pilihan Tuhan dan juga bapa segala bangsa. Musa dibentuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir dan masuk ke tanah perjanjian. Tuhan memilih dan membentuk kehidupan Daud untuk menjadi raja bagi bangsa Israel. Mereka bukanlah manusia yang sempurna, ketidaktaatan dan bahkan kejatuhan pernah mereka alami. Akan tetapi, Tuhan senantiasa menyatakan kasih dan anugerah-Nya kepada setiap hamba-Nya. Pada akhirnya, mereka dapat melalui proses pembentukan yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan mereka.

Demikian juga dengan kehidupan para murid Kristus, sebut saja Paulus dan Petrus. Tuhan membentuk mereka menjadi pribadi yang akhirnya menjadi pilar bagi gereja dan penginjilan masa kini. Tuhan membentuk mereka dalam pelayanan yang dipercayakan kepada mereka. Kesulitan dan pergumulan hidup selalu menjadi bagian dalam kehidupan mereka sebagai seorang murid Kristus. Akan tetapi, mereka dapat menunjukkan hidup yang layak untuk menjadi teladan, yaitu hidup yang sepenuhnya taat dan bergantung pada Tuhan sampai akhir hidup mereka.

Kuncinya adalah ketaatan dalam iman kita kepada Tuhan, maka kita akan dapat masuk dalam proses pembentukan Tuhan dalam hidup kita. Tujuannya adalah kita mau menjadi seperti yang Tuhan kehendaki, yaitu hidup yang memuliakan dan menyenangkan hati Tuhan. Namun kita sadari bahwa, seringkali fokus kita teralihkan dengan hal-hal yang tidak esensi dalam proses pembentukan ini, karena menurut kita ini adalah hal yang sulit untuk dijalani. Terkadang kita pun bisa menyerah pada keadaan dan akhirnya menjalani hidup menurut jalan kita sendiri. Di titik inilah kita harus kembali mengingat akan kasih dan anugerah Tuhan dalam hidup kita.

Kita tidak akan bisa menjalani proses pembentukan Tuhan dengan kekuatan kita sendiri. Ketika kita merespons ajakan Tuhan untuk datang pada-Nya, hidup kita harus berpaut pada-Nya. Artinya, ikut saja apa kata Tuhan. Kita hanya bisa memaknai hal ini melalui membangun relasi pribadi dengan Tuhan, melalui kehidupan doa dan firman. Di situlah kita akan belajar dari Tuhan dan semakin mengerti apa isi hati Tuhan tentang kehidupan yang harus kita jalani untuk menjadi makin serupa dengan Kristus.

“Bentuklah aku ya Tuhan,” kiranya pernyataan ini menjadi doa dan komitmen kita. Tuhan mengizinkan kita berada dalam suatu komunitas agar kita bisa bertumbuh dan dibentuk di dalamnya. Dalam keluarga, Tuhan membentuk kita, baik sebagai orang tua, suami, istri, atau anak, untuk selalu melihat rencana Tuhan dalam keluarga kita masing-masing, bahkan melalui pergumulan yang dihadapi. Tuhan juga mau membentuk kita melalui relasi dan pelayanan kita dalam persekutuan dengan orang lain. Tuhan tidak pernah berhenti bekerja untuk membentuk kita menjadi makin serupa dengan Kristus. Tuhan selalu menunjukkan bahwa Dia mengasihi kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita dalam setiap proses kehidupan yang kita lalui. Kiranya Tuhan menolong kita.