Ratu Putri Hiemawan dari kelas X IPS 1.
Pernahkah merasa malas untuk mengembangkan potensi diri? Atau masa remaja terasa sia-sia? Remaja dan pemuda sering disebut sebagai penentu masa depan bangsa. Beberapa tahun lagi, negara ini akan dipimpin oleh para remaja dan pemuda yang sudah bertumbuh dewasa. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah mengatakan, “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”. Kalimat ini membuktikan betapa besarnya pengaruh pemuda terhadap keberlangsungan sebuah negara. Terlebih di masa pandemi seperti ini, anak muda sangat dibutuhkan untuk membuat gebrakan-gebrakan baru yang diharapkan dapat memajukan bangsa. Pengaruh anak muda terhadap kemajuan bangsa sudah terbukti. Pada tahun 2021 ini, muncul situs Aku pintar yang didirikan oleh seorang pemuda kelahiran 1993 bernama Lutvianto Pebri Handoko. Situs ini dapat membantu menemukan minat, bakat, gaya belajar, jurusan kuliah, dan lainnya secara daring. Adanya situs ini membuktikan bahwa pemuda bisa memberdayakan potensinya di masa pandemi.
Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa saat ini kita tengah berada di era digital 4.0, di mana teknologi akan menjadi tombak utama majunya sebuah bangsa. Menurut Tekno Kompas, pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa, dan 49,5% di antaranya berusia 19-34 tahun. Sebagai generasi yang paling familiar dengan teknologi, seharusnya pemuda dan remaja dapat lebih tanggap dan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin di masa pandemi untuk mengembangkan potensi.
Setiap orang unik karena memiliki potensi yang berbeda-beda. Ada orang yang memiliki satu potensi, ada pula yang memiliki banyak potensi. Namun perlu diingat, semua orang memiliki peluang yang sama untuk sukses. Semuanya tergantung bagaimana cara menemukan dan mengembangkan potensi tersebut. Sayangnya, banyak siswa yang masih belum dapat menemukan potensinya. Ada pula orang-orang yang sudah menemukan potensinya namun malas untuk mengembangkannya.
Sangat disayangkan, banyak orang yang malah menjadikan situasi pandemi yang tengah dialami ini sebagai alasan untuk berhenti mencari dan mengembangkan potensi diri. Dengan berbagai alasan, entah karena keterbatasan ruang dan media, kurangnya motivasi, atau bahkan sekadar malas. Contohnya, siswa yang memiliki potensi di bidang olahraga memiliki keterbatasan untuk mengembangkan potensinya
karena keterbatasan ruang. Ada juga siswa yang malah lebih memilih bersantai sambil menelusuri laman media sosial. Namun, jangan berhenti hanya karena hal-hal tersebut.
Memang, ada beberapa hal di masa ini yang menjadi kurang ideal untuk mengembangkan potensi. Contohnya, pembelajaran daring yang sedang dilakukan ini dinilai kurang efektif dan efisien. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan karena pembatasan-pembatasan yang ada, mengingat tidak adanya interaksi secara langsung dan bebas yang biasanya dilakukan. Selain itu, tidak meratanya akses teknologi juga merupakan salah satu faktor penghambat. Indonesia merupakan sebuah negara dengan wilayah yang sangat luas. Sayangnya, masih ada daerah-daerah yang mengalami kesulitan dalam mengakses internet.
Ada faktor-faktor yang dapat menghambat pengembangan potensi seseorang, baik faktor internal dirinya sendiri maupun faktor eksternal. Di faktor internal sendiri, ada beberapa alasan yang dapat menghambat seseorang dalam mengembangkan potensinya. Salah satu alasan yang utama adalah tidak adanya tujuan hidup yang jelas. Alasan ini akan membawa ke penghambat-penghambat lain, seperti tidak percaya diri dan tidak adanya motivasi. Hal ini akan terjadi karena adanya anggapan bahwa dirinya tidak berguna di dunia ini dan apa yang ia lakukan adalah sia-sia. Namun hal ini tidak benar. Setiap orang memiliki tujuan hidup masing-masing. Setiap orang juga memiliki peluang yang sama untuk sukses. Semuanya hanya tinggal bagaimana cara menemukan dan mengembangkannya.
Faktor internal lain adalah kita terjebak dalam zona nyaman. Jika seseorang sudah terjebak dalam zona nyamannya, akan sangat sulit untuk mau keluar dan belajar mengembangkan potensi. Ibaratnya seperti seekor burung yang di dalam sangkar yang terbuka, tanpa ada rasa ingin keluar dan memulai petualangannya sendiri. Tak kalah berbahaya dengan terjebak di dalam zona nyaman, faktor internal lain yang dapat menghambat adalah adanya trauma akan kegagalan. Trauma merupakan suatu hal yang nyata, dan faktanya banyak orang yang takut untuk mengembangkan potensi atau bahkan memilih menyerah karena trauma terhadap kegagalan. Sedih karena gagal merupakan hal yang wajar, namun jangan sampai larut di dalam kesedihan tersebut dan akhirnya menghambat dalam mengembangkan potensi.
Selain faktor internal, faktor eksternal juga tidak kalah berbahaya. Salah satu penghambat yang sering dialami adalah adanya aturan atau kebiasaan dari lingkungan sekitar. Contohnya, adanya stigma bahwa seni hanya sebuah hobi yang tidak menjanjikan. Hal ini akan menghambat siswa-siswa yang memiliki potensi di bidang seni dalam mengembangkan potensi. Stigma lain yang masih melekat di masyarakat, terutama masyarakat Indonesia adalah bidang tari dan kecantikan hanya untuk wanita. Namun
faktanya pada zaman ini, banyak pria yang tertarik dan bahkan berbakat dalam bidang-bidang tersebut. Karena adanya stigma tersebut, pria yang memiliki ketertarikan di bidang kecantikan tidak dapat mengembangkannya, entah karena menuruti kemauan orang tuanya atau bahkan takut dengan omongan masyarakat.
Faktor eksternal lain adalah kurangnya apresiasi dari orang sekitar. Kurangnya apresiasi ini dapat menjadi faktor penyebab dari tidak percaya diri, kurangnya motivasi, atau bahkan timbulnya perasaan bahwa mereka tidak berguna. Meskipun hanya sekadar perkataan atau afeksi kecil, apresiasi sangat berpengaruh terutama bagi mereka yang baru memulai untuk mengembangkan potensinya. Sedikit perkataan baik dapat memberi motivasi yang besar. Sebaliknya, sedikit perkataan buruk dapat menghilangkan semua motivasi tanpa sisa.
Masa remaja memang identik dengan masa untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Namun jangan lupa, masa remaja juga merupakan masa untuk mencari bakat dan potensi diri. Sebagai siswa, tentunya harus memilih jurusan kuliah dan pekerjaan yang diinginkan. Jangan sampai akhirnya memilih dengan asal dan tidak sesuai dengan potensi karena tidak mengetahui bakat dan minat diri sendiri.
Sebelum mulai mengembangkan potensi, tentunya harus menemukan potensi terlebih dahulu. Memang bukan hal yang mudah, namun ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan potensi diri. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mengenali diri sendiri. Bagaimana bisa menemukan potensi diri? Langkah pertama adalah mendengarkan suara hati dan jujur kepada diri sendiri. Di masa pandemi seperti ini, manfaatkan waktu untuk lebih mengenal diri sendiri, karena interaksi dengan orang lain berkurang. Cobalah untuk mengambil beberapa waktu tenang sambil merefleksikan dan memikirkan tentang hal-hal yang disukai. Lihat lagi tentang masa lalu, cobalah ingat tentang hal yang dapat dinikmati dan tidak terbebani saat harus berkutat dengan hal itu dengan jangka waktu yang panjang.
Langkah kedua setelah menemukan kita harus berani mencoba. Cobalah hal-hal baru, bahkan hal yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Cobalah untuk keluar dari zona nyaman. Di masa pandemi ini, ada lebih banyak hal yang bisa dicoba, mengingat semua hal dilakukan secara daring. Hal yang dapat diikuti adalah lomba-lomba, webinar, dan lainnya secara daring. Terkadang, ada siswa yang takut untuk mencoba karena takut akan kegagalan. Namun, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan akan menuntun ke akhir yang lebih indah dan baik. Setiap akan belajar dari kegagalan dan menemukan versi diri terbaik.
Jika sudah menemukan potensi, langkah ketiga adalah mengembangkannya. Masa pandemi seperti ini memang menyulitkan, namun bukan berarti tidak bisa. Situasi seperti ini memaksa para siswa untuk memaksimalkan penggunaan media daring. Jika pintar, situasi ini dapat dimanfaatkan dan mendapat kemudahan-kemudahan yang didapat dari inovasi-inovasi tersebut. Setiap orang yang dapat mengakses teknologi dengan mudah harus bersyukur dan memanfaatkannya dengan maksimal. Ada banyak keuntungan yang didapat dari kemudahan mengakses teknologi dan internet di masa pandemi ini. Contohnya adalah kemudahan mencari sumber-sumber tertulis maupun video, menambah wawasan dari pengalaman orang lain, atau bahkan mengikuti seminar dan perlombaan daring untuk menguji kemampuan.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan secara daring untuk mengembangkan potensi. Salah satu contoh kegiatan yang dapat diikuti selama masa pandemi untuk mengembangkan potensi adalah mengikuti seminar secara daring, atau biasa disebut webinar. Dengan mengikuti webinar, materi-materi yang dapat membantu mengembangkan potensi. Hal kedua adalah pemerolehan ilmu-ilmu yang mungkin tidak diketahui sebelumnya. Selain itu, akan didapat pula cara dan trik untuk mengembangkan potensi secara daring. Proses pendaftaran dan pelaksanaan webinar yang dilakukan secara daring akan banyak menguntungkan. Jika mengikuti seminar secara tatap muka, kita harus menempuh jarak tertentu untuk mengikuti seminar dengan durasi yang bisa dibilang lama. Sementara jika mengikuti seminar secara daring, kita dapat mendengarkan materi dari rumah dengan posisi yang nyaman dan mengurangi rasa lelah. Materi yang disampaikan dalam webinar pun pasti akan disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini, yang mana akan membantu dalam lebih memaksimalkan pengembangan potensi di masa pandemi ini.
Selain webinar, cobalah juga untuk mengikuti perlombaan. Perlombaan yang dilaksanakan di masa pandemi ini pastinya akan berbeda dengan perlombaan biasanya, karena akan disesuaikan dengan kondisi sekarang ini. Sama halnya dengan webinar, akan ada banyak keuntungan yang akan didapat dengan mengikuti perlombaan secara daring. Dibandingkan dengan perlombaan secara tatap muka, perlombaan daring ini juga memiliki lebih banyak keunggulan. Peluang yang dimiliki pun lebih banyak. Pada perlombaan tatap muka, peserta diharuskan untuk menghadiri perlombaan tersebut dan hal ini dapat menjadi salah satu penghambat dalam mengikuti perlombaan tersebut mengingat adanya jarak yang harus ditempuh. Sementara jika mengikuti perlombaan daring, peserta hanya diharuskan mengirimkan hasil karya, tanpa harus memikirkan jarak dan menghabiskan tenaga untuk menempuh perjalanan tersebut.
Adanya komunitas atau relasi tidak kalah pentingnya dalam proses pengembangan potensi diri. Pada zaman ini, media sosial dapat dimanfaatkan untuk mencari teman baru yang memiliki kesamaan minat atau potensi. Dengan adanya komunitas ini, banyak informasi baru yang didapatkan, belajar dari pengalaman teman-teman komunitas, dan lainnya. Dalam komunitas pun, dapat meminta bantuan atau meminta pendapat terkait hal-hal tertentu yang belum diketahui.
Apa yang dapat dilakukan jika mengalami kesulitan dalam mengembangkan potensi? Yang pasti, tanamkan prinsip dan komitmen untuk mengembangkan potensi. Selain itu juga dapat menetapkan suatu hal sebagai motivasi mengembangkan potensi tersebut. Contohnya, saya sendiri menanamkan di otak saya, bahwa saya harus giat berlatih piano agar dapat cepat lulus dan mengaplikasikan apa yang sudah saya pelajari. Saya juga menjadikan kedua orang tua saya sebagai motivasi untuk tetap semangat berlatih dan mengembangkan potensi saya.
Selama pandemi ini, setiap orang dapat lebih bebas dalam menggali dan mengembangkan potensi sendiri. Murid dituntut untuk menjadi kreatif dan mandiri dalam mencari sebanyak mungkin sumber pembelajaran agar dapat menambah wawasan dan menghasilkan karya. Sumber yang kini dapat diakses tidak lagi terbatas dari guru di sekolah, melainkan lebih luas dan lengkap jika memiliki niat untuk mencarinya sendiri. Selain itu, durasi pembelajaran daring yang lebih sebentar dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka membuat adanya lebih banyak waktu untuk mencari dan mengembangkan potensi sendiri. Cobalah untuk mulai aktif mencari tahu atau melakukan hal-hal yang bermanfaat dalam pengembangan potensi.
Kesulitan-kesulitan untuk mengembangkan potensi selama masa pandemi ini juga saya rasakan. Saya yang biasanya dapat bertemu dengan guru les piano saya secara langsung, kini menjadi terbatas dan hanya dapat bertemu secara daring. Menurut saya, perubahan-perubahan yang ada menjadikan kegiatan les ini menjadi kurang ideal. Salah satu hal yang sangat menghambat adalah adanya delay waktu antara kami. Biasanya saat saya bermain, saya selalu akan menghitung ketukannya, “sa.. tu.. du.. a.. ti.. ga..” dan seterusnya dan guru saya terkadang akan ikut menghitung. Namun karena adanya delay waktu tersebut, saya terkadang sudah menghitung hingga ketukan tertentu, namun guru saya terlambat. Misalnya, saya sudah sampai di ketukan keempat sementara guru saya baru sampai ketukan kedua. Hal ini tentunya membingungkan saya. Berbeda dengan saat kami dapat bertatap muka, di mana kami dapat menghitung secara bersamaan.
Hal lain yang dapat menimbulkan masalah selama kegiatan les daring ini adalah koneksi yang kadang hilang. Dalam kegiatan les piano, tentunya suara merupakan yang paling utama. Namun terkadang, koneksi yang hilang dapat menyebabkan suara menjadi putus-putus dan menghambat guru saya dalam mendengarkan dan mengoreksi permainan saya. Saya juga mengalami kesulitan dalam mendengar perintah dan petunjuk dari guru saya. Koneksi yang putus juga dapat menyebabkan video yang kadang menjadi buram dan menghalangi guru saya dalam mengawasi dan mengoreksi nomor jari saya. Namun di balik keterbatasan-keterbatasan tersebut, saya tetap mengusahakan yang terbaik karena mengingat motivasi saya, yaitu cepat lulus dan membanggakan kedua orang tua. Saya juga berusaha memanfaatkan masa pandemi ini, dengan kembali mengambil ujian ABRSM atau Association Board of Royal Schools of Music, ujian musik tingkat internasional yang berasal dari Inggris secara daring. Tahun-tahun sebelumnya, saya mengikuti ujian ini secara tatap muka. Namun karena adanya keterbatasan, saya terpaksa mengikuti ujian ini secara daring dan ada sangat banyak manfaat yang bisa saya dapatkan dengan ujian daring ini, mengingat adanya pengurangan kompetensi yang diujikan.
Pembatasan-pembatasan yang akhirnya menuntut adanya perubahan-perubahan tentunya akan menyulitkan kita. Namun ternyata kita dapat memanfaatkan masa pandemi ini untuk mengubah persepsi kita. Memang tidak mudah, namun kita harus mau berjuang, memiliki motivasi yang tepat, dan beradaptasi untuk berusaha mengembangkan potensi diri sebaik mungkin. Ingatlah, pandemi seharusnya bukan menjadi batasan dalam berkarya. Jadi, mari manfaatkan pandemi ini sebaik mungkin untuk mengembangkan potensi diri.
Daftar Pustaka:
Riyanto, G. P. (2021). Jumlah Pengguna Internet Indonesia 2021 Tembus 202 Juta. Diakses pada 11 Oktober 2021, dari https://tekno.kompas.com/read/2021/02/23/16100057/jumlah-pengguna-internet-indonesia-2021-tembus-202-juta
Anwar, Fahrul. (2021). Lutvianto Pebri Handoko : Bantu Pelajar Dalam Memilih Minat dan Jurusan. Diakses pada 11 Oktober 2021, dari https://youngster.id/technopreneur/lutvianto-pebri-handoko-bantu-pelajar-dalam-memilih-minat-dan-jurusan/