Kita Berharga di Mata Tuhan

Oleh: Grace Maharani Eraputri – Alumni SMA Athalia Angkatan XI

Halo perkenalkan namaku Grace Maharani Eraputri alumni Athalia 2023 dan aku sedang berkuliah di Universitas Indonesia jurusan Teknologi Bioproses. Puji Tuhan, aku bisa masuk ke jurusan impianku dan ikut bahagia dengan teman-teman lulusan Athalia yang lulus ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dan jurusan yang mereka minati juga. Aku sangat bersyukur diberikan teman-teman seperjuangan, komunitas, dan sekolah yang sangat baik.

Siap masuk ke dunia perkuliahan tidak terlepas dari apa yang telah Athalia ajarkan dan bekalkan padaku. Nyatanya, iman dan karakter teguhlah yang menguatkanku selama berkuliah. Sekarang, aku mau sharing perjalananku bersama Tuhan selama bersekolah di Athalia.

Perjalanan yang cukup panjang aku habiskan di Athalia. Aku belajar dan bertumbuh di Sekolah Athalia sejak berumur 3 tahun, alias masih imut di play group. Awal play group aku sangat penakut, banyak anak-anak yang asik bermain tetapi aku cuma duduk mengamati. Tapi menariknya, aku tidak pernah sendiri. Tahukah mengapa? Karena selalu ada Bu Guru yang menggandengku, sama seperti Allah yang menyertai dari awal hidupku. Jadi, kalau kami lagi keluar dari kelas, pasti aku ada di paling depan karena digandeng oleh Bu Guru. Aku merasa diterima dan ketika 1 tahun lewat, aku sudah jadi anak paling riang gembira di sekolah menyanyikan lagu-lagu karakter dan beraktivitas bersama teman-teman. Jadi dari cerita tersebut, aku jadi mengenali dan mempelajari karakter kasih. Ketika di Sekolah Dasar, aku dididik tentang penguasaan diri, tentang bagaimana menjadi anak yang taat, sabar, murah hati, setia, dan lain-lain.

Lalu bagaimana di SMP dan SMA? Pengertian yang jauh lebih berharga lagi ada di SMP dan SMA, karena di sinilah aku mulai belajar peduli dan berkontribusi bagi sesama. Pak Jefry, Captain BB mengajarkanku menjadi orang yang bersandar pada Tuhan meski kondisi menakutkan dan meragukan. Meski mendaki ke gunung saat itu merupakan keputusan yang sulit buat aku, beliau yang meneguhkanku sampai akhirnya terbukti bahwa Tuhan menyertai kami. Jadi, sampai sekarang aku belajar untuk mengandalkan Tuhan dan bukan pengertian sendiri, caranya dengan berdaya tahan, sabar, dan tekun menghadapi segala sesuatu. Aku juga jadi memahami tujuan Tuhan dalam hidupku dan menurutku itu ajaib dan menarik.

Aku berterima kasih pada Athalia karena telah mendidikku jadi anak Tuhan yang bisa mengimplementasikan karakter-karakter Allah. Semua pengajaran ini akan sangat berguna di masa hidupku. Sekian, terima kasih sudah diberi kesempatan untuk berbagi lewat tulisan ini. Tuhan memberkati.

Pembinaan Karakter di Sekolah Athalia

Oleh: Bella Kumalasari – Plt. Kasie Karakter Sekolah Athalia

Pembinaan karakter di Sekolah Athalia dilakukan demi tercapainya visi Sekolah Athalia, yaitu “Siswa yang menjadi murid Tuhan”. Seorang murid mengikuti gurunya dan meniru apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Dalam Yohanes 13:34-35, Tuhan Yesus memberikan perintah kepada para murid-Nya agar saling mengasihi sama seperti Tuhan telah mengasihi mereka. Dengan demikian, semua orang akan tahu kalau mereka adalah murid-murid-Nya. Oleh sebab itu, dasar dari semua karakter yang diajarkan di Sekolah Athalia adalah kasih. Kasih yang sempurna telah dianugerahkan melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib dan itulah yang mendorong setiap kita untuk juga mau mengasihi-Nya dengan hidup makin serupa dengan-Nya.

Gambar 1

Sekolah Athalia memberikan pembinaan karakter secara intensional kepada para murid. Ada kesinambungan yang diharapkan terjadi dari TK hingga SMA (gambar 1). Di TK, karakter mulai ditumbuhkan (growing) dan terus dibentuk di masa SD (shaping) sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang kokoh (steadfast person). Di SMP dan SMA mereka mulai diajak untuk memperhatikan sekitar mereka. Karakter-karakter yang dipelajari mendorong mereka untuk peduli dan berbagi (caring and sharing) bahkan berdampak dan berkontribusi (influencing and contributing) bagi sekitar sehingga mereka menjadi pemimpin-pemimpin yang melayani (servant leader). Karakter yang dipelajari juga tidak hanya diajarkan pada 1 level saja tetapi ada yang diulang di level-level selanjutnya agar murid terus menghidupinya.

Dalam pembinaan karakter yang didasari oleh kasih kepada Tuhan, murid-murid tidak hanya diajar secara kognitif atau teoritis, tetapi juga diberikan contoh-contoh melalui kisah nyata, tokoh, ilustrasi, cerita dongeng, ataupun sharing langsung dari guru dan teman. Lebih dari itu, mereka juga diajak untuk menerapkan karakter yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Setiap murid memiliki “proyek karakter” yang harus dikerjakan baik di rumah maupun di sekolah. Proyek karakter diberikan sesuai dengan usia murid, misalnya: murid TK belajar karakter penuh perhatian dengan cara segera menjawab ketika dipanggil guru/orang tua, murid SD belajar karakter ketertiban dengan melakukan kegiatan sesuai jadwal, murid SMP belajar karakter tanggung jawab dengan membereskan kamar sendiri, murid SMA belajar karakter keberanian untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik.

Penerapan karakter dalam keseharian sangat membutuhkan keterlibatan orang tua. Apa saja yang dapat orang tua lakukan untuk mendukung perkembangan karakter anak?

  • Beri ruang untuk berproses.

Untuk dapat melatih karakternya, anak butuh ruang untuk mencoba dan kemungkinan melakukan kesalahan. Orang tua perlu mendukung dengan mengizinkan dan memaklumi hal tersebut.

  • Beri pujian dan respons yang meneguhkan.

Ketika anak melatih karakternya, orang tua dapat memberikan pujian dan peneguhan. Hindari respons yang menghakimi dan membuat anak tidak lagi berani mencoba. Apresiasi setiap perubahan kecil.

  • Beri teladan.

Salah satu cara anak belajar adalah dengan meniru. Orang tua perlu menjadi teladan bagi anak dalam praktik karakter sehari-hari. Dengan demikian, anak mengerti apa yang benar dan salah serta bagaimana melakukannya.

  • Berjalan bersama dalam proyek karakter anak.

Di TK dan SD, orang tua dapat mengingatkan dan memonitor proyek karakternya setiap hari. Di SMP dan SMA, orang tua dapat menjadi teman seperjalanan anak-anaknya dengan berdiskusi mengenai proyek yang sedang dikerjakan anaknya tanpa menghakimi dan menuntut.

Pembinaan karakter di Sekolah Athalia tidak dapat berjalan sendiri tanpa kerja sama dan keterlibatan orang tua. Mari bergandengan tangan membina karakter anak-anak kita agar mereka dapat bertumbuh makin serupa Kristus dan menjadi berkat bagi sekitarnya.

SOFT SKILL atau HARD SKILL?

Oleh: Elisa Sri Indahati – Research & Development Unit SD

Kita mungkin pernah mendengar dan melihat seseorang yang kita kenal yang dahulu biasa saja nilai akademiknya tetapi memiliki karier yang baik bahkan bisa dikatakan sukses. Mungkin saja karena mereka memiliki hal lain selain nilai akademis. Nilai atau kemampuan akademik seseorang atau yang disebut dengan hard skill (keahlian yang bisa diukur dan bisa dinilai) tidak bisa begitu saja membuat seseorang berhasil atau sukses, diperlukan juga kemampuan yang disebut dengan soft skill. Apa itu soft skill? Soft skill adalah kemampuan yang tidak terlihat seperti berpikir kritis, mampu beradaptasi, percaya diri, pantang menyerah, daya juang tinggi, dan sikap baik lainnya. Lalu, apakah soft skill lebih unggul daripada hard skill atau justru sebaliknya? Tentu saja tidak, keduanya seharusnya memiliki porsi yang sama dalam diri seseorang. Hard skill dan soft skill sama-sama penting. Menurut Rhenald Kasali, sudah saatnya orang tua sadar untuk memperhatikan karakter anak sedari dini. Pendidikan bukan hanya sekadar kompetensi kognitif, anak juga memerlukan kemampuan lain seperti survival skills di lingkungan.

Dalam profesi apa pun saat ini dan di masa depan, hard skill sangat dibutuhkan tetapi soft skill juga menjadi pertimbangan yang sama pentingnya dalam menunjang karier atau keberhasilan seseorang. Jika berbicara tentang soft skill ini kita teringat pada pentingnya pendidikan karakter pada diri setiap orang termasuk anak-anak kita sedari mereka kecil. Sebagai orang tua kita bukan hanya dituntut untuk membimbing anak-anak kita untuk mengejar ilmu dan mendampingi mereka untuk mendapat nilai yang baik. Namun, sebagai orang tua kita juga perlu menolong mereka untuk mengembangkan soft skill dan karakter mereka sejak dini. Mengharapkan nilai rapor yang baik memang penting, tetapi menolong anak-anak kita untuk tetap memiliki daya juang dan tidak putus asa dalam mengerjakan semua tugas sekolah adalah tugas mulia kita sebagai orang tua.

Sekolah Athalia terus berusaha untuk mengajarkan ilmu tetapi juga tetap konsisten untuk membimbing anak-anak untuk memiliki karakter yang akan menolong mereka hidup di tengah masyarakat. Pendidikan karakter tidak saja diberikan dalam bentuk pemahaman tetapi juga dalam bentuk proyek nyata dalam setiap kegiatan seperti kamp karakter dan kelas shepherding. Ketika proyek karakter dalam kelas shepherding diberikan guru kepada siswa untuk dilakukan di rumah, salah satunya belajar mencuci piring sendiri setelah makan, tidak sedikit anak-anak menyampaikan kalau mereka dilarang mencuci piring. Atau saat anak diajak belajar merapikan tempat tidur sendiri, ternyata sudah ada asisten rumah tangga yang siap merapikan. Kemarin ketika Kamp Karakter siswa SD menginap di sekolah, ada aktivitas mencuci gelas dan sendok setelah makan malam, tiba-tiba ada anak yang menggerutu,”enakan tidur di rumah daripada tidur di sekolah. Kalau di rumah apa-apa sudah disiapin, diambilin, di sini semua disuruh lakuin sendiri, ambil sendiri, nyuci sendiri.”

Akhirnya orang tua yang ingin anak-anaknya berhasil sejak dini bisa mengambil peran dalam mendukung anak-anaknya melakukan proyek karakter di rumah sembari terus mengasah kemampuan soft skill mereka. Berikan dorongan agar anak-anak percaya diri dan berikan mereka kepercayaan bahwa mereka mampu melakukan setiap proyek karakter yang diberikan. Dorong anak-anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain dan siapkan mereka memasuki dunia luar. Ini cukup mewadahi anak-anak untuk berlatih kemampuan soft skill dan mengembangkan karakter mereka. Berikan anak-anak kepercayaan untuk melakukan sesuatu khususnya tugas atau proyek yang diberikan sekolah. Jangan takut bila anak gagal, bersabar bila anak belajar mandiri dan menjadikan semua berantakan, tidak mengapa bila anak melakukan atau memakai sesuatu tetapi tidak bisa, dan bantu anak siap menerima konsekuensi bila melakukan kesalahan. Orang tua dapat terus mendampingi anak dan membiarkan mereka mengerjakan bagian mereka.

Kita Berharga di Mata Tuhan

Oleh: Sylvia Tiono Gunawan – Staf Kerohanian (PK3)

Yesaya 43:4
Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi Engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu

Firman Tuhan ini disampaikan oleh Yesaya kepada orang Israel yang saat itu berada dalam pembuangan. Pembuangan adalah masa di mana Israel dihancurkan oleh Babel dan orang-orang Israel diangkut keluar dari negerinya untuk menjadi budak di Babel. Hal ini terjadi sebagai hukuman atas dosa yang Israel lakukan. Namun, di tengah hukuman yang mereka rasakan, Tuhan tetap baik dan mengasihi mereka.

Sekalipun saat itu Israel belum bertobat, Ia tetap menjanjikan keselamatan kepada umat-Nya. Ia berjanji akan melepaskan mereka dari Babel dan mengembalikan mereka ke negerinya. Keselamatan Tuhan berikan kepada umat-Nya bukan karena Israel baik atau sempurna melainkan karena anugerah Tuhan semata. Tuhan memberikan keselamatan kepada umat-Nya karena di mata-Nya mereka berharga, mulia, dan Ia mengasihi umat-Nya.

Kiranya pengalaman Israel bersama Tuhan menjadi pengingat bahwa saat ini kita pun dikasihi-Nya. Tuhan memandang setiap anak-Nya berharga dan mulia sehingga memberikan yang paling berharga untuk menyelamatkan kita, yaitu nyawa Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Meskipun kita lemah dan terbatas, Ia tidak membuang kita. Sebaliknya, Ia mau terus merangkul dan menopang kita karena Ia mengasihi kita dengan anugerah-Nya. Percayalah dan bersyukurlah untuk kasih-Nya. Lebih daripada itu, Ia pun rindu, kita memiliki cara pandang dan sikap yang sama kepada sesama kita terutama pasangan dan anak-anak kita. Mari belajar menghargai kehadiran mereka, menerima dan mengasihi mereka dengan segala keunikannya sebagaimana Tuhan memandang kita berharga dan mengasihi kita.

Partnership Programme SMP Athalia 2023

Oleh: Beryl Sadewa – Wakasek Kesiswaan SMP Athalia

Belum lama ini, SMP Athalia menyelenggarakan kegiatan Partnership Programme yang berlangsung dalam dua gelombang. Gelombang pertama 29 Agustus 2023 dan gelombang kedua pada 12 September 2023. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan murid-nurid  kelas VI SD Athalia kepada kegiatan belajar mengajar di SMP pada umumnya dan SMP Athalia pada khususnya. Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan mereka memiliki sedikit gambaran mengenai proses belajar mengajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMP.
 
Dalam kegiatan Partnership Programme ini, peserta diperkenalkan kepada SMP Athalia, khususnya  melalui perpustakaan dan kegiatan pembelajaran. Di perpustakaan, mereka dijelaskan prosedur  peminjaman buku maupun pemakaian fasilitas lain yang ada di perpustakaan. Mereka juga berkesempatan mengikuti kegiatan pembelajaran bersama guru-guru SMP Athalia, seperti mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, Seni Tari, Seni Lukis, dan Olahraga. 
 
Selain kegiatan pembelajaran, hal yang cukup berbeda di SMP adalah belajar berorganisasi. SMP Athalia memiliki dua wadah untuk memfasilitasi murid-murid untuk berorganisasi, yaitu OSIS dan Boys’ Brigade (BB). Sepintas, peserta mendapat informasi berkaitan dengan kegiatan-kegiatan OSIS dan BB yang dapat mereka ikuti nantinya. Mereka juga dapat berinteraksi langsung dengan pengurus OSIS dan NCO*) dalam kelompok kecil.
 
Kegiatan  ini dikemas sedemikian rupa menyerupai konsep Amazing Race. Hal ini dilakukan untuk menambah minat dan semangat peserta. Misalnya, peserta diharapkan mampu bekerja sama untuk menemukan petunjuk-petunjuk tersembunyi yang dipersiapkan sebelumnya agar mereka dapat masuk ke aktivitas berikutnya. 
 
Jumlah murid yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 110 murid yang didampingi oleh guru-guru SD. Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan guru-guru SMP yang kreatif, 12 orang pengurus OSIS, dan 8 orang NCO.
 
 
 

*) NCO (Non Commisioned Officer) adalah anggota BB yang telah mengikuti latihan kepemimpinan dan diangkat menjadi pemimpin bagi anggota-anggota BB lainnya. Pada dasarnya mereka adalah kepanjangan tangan para officer (Pembina BB) dalam menjalankan kegiatan BB di cabangnya.