Jika ingin hidupmu lebih berarti baik bagi diri sendiri maupun orang lain, contohlah seprti hidup kupu-kupu. Yang walaupun hanya hidup sesaat tetapi memberikan keindahan. Tidak hanya enak dipandang mata namun juga menyejukkan hati. Dengan melihat kupu-kupu kita juga teringat betapa ajaibnya Karya Tuhan atas kehidupan kupu-kupu ini. Menyertai dalam setiap perubahan hidupnya mulai dari ulat menjadi kepompong sampai akhirnya menjadi seekor kupu-kupu yang indah.Ketika mengalami perubahan pastinya harus ada yang perlu dikorbankan dan pastinya merasakan sakit. Kepompong untuk berubah menjadi kupu-kupu harus menghimpit dirinya sendiri sampai akhirnya dia mempunyai sayap seekor kupu-kupu yang indah yang dapat terbang.
Demikian juga dengan kehidupan kita. Kita harus berbuat sebaik mungkin dalam hidup yang Tuhan sudah berikan. Dengan berbuat sebaik mungkin maka kita menjadikan hidup ini lebih berarti baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Bagaimana cara membuat hidup ini menjadi lebih berarti?
Ada 3 cara yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih berarti, yaitu :
1. Mendisplin diri sendiri.
Displin diri sangat diperlukan karena merupakan pondasi / dasar untuk menjadikan hidup lebih baik. Karena bagaimana mungkin hidup dapat berubah tanpa adanya kemauan dan displin diri, yang mana semua itu harus dimulai dari “DIRI SENDIRI”.
Cara untuk mendisplin diri sendiri banyak cara. Salah satunya dengan mengingat bahwa hidup yang sekarang ada ini adalah ANUGRAH. Jika kita melihat hidup adalah ANUGRAH maka kitapun akan mengunakan hidup itu dengan sebaik-baiknya.
Contoh: setiap orang yang menerima hadiah tentunya sangat berterima kasih kepada orang yang sudah memberikan hadiah kepadanya. Selain ucapan terima kasih tentunya akan terlintas dalam pikiran orang tersebut bagaimana cara saya untuk dapat membalas kebaikan orang yang telah memberikan saya hadiah. Entah itu melalui pemberian hadiah kembalikah atau hanya sekedar memberikan perhatiankah.
Demikian juga dengan hidup ini sudah selayaknya selain ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan, kita juga harus membalas kebaikan Tuhan yang telah memberikan kesempatan kehidupan sampai saat ini.
Mari mulai mendisplin diri dari hal kecil namun berarti untuk kebutuhan komunikasi kita dengan Tuhan melalui “ saat teduh dan berdoa “ . Terkadang kita mengganggap bahwa saat teduh dan berdoa adalah hal sepele yang dapat kita lakukan. Dengan tidak bersaat teduh dan berdoa toh hidup ini masih dapat berjalan.Pemikiran seperti itu adalah pola pikir yang salah. Kita memang masih bisa menjalani kehidupan ini. Namun kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang hampa yang sia-sia. Hidup tanpa adanya penganggan.
Jadikanlah Tuhan sebagai “pusat hidupmu”.
2. Berusaha memberikan yang terbaik.
Selain displin diri untuk menjadikan hidup lebih berarti dengan berusaha memberikan yang terbaik. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam hal ini, dilihat dari berbagai segi kehidupan. Saya mengambil beberapa contoh segi kehidupan: pekerjaan, pelayan, rumah tangga.
Dalam segi kehidupan pekerjaan.
Dalam segi kehidupan dalam dunia pekerjaan berbuat sebaik mungkin dengan cara melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.
Banyak kita merasa dalam hal pekerjaan melakukan kesalahan. Namun satu hal yang harus kita tekadkan dalam hati kita adalah harus melakukan yang terbaik agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama. Kesalahan yang dilakukan manusia itu adalah wajar karena manusia tidak sempurna. Kata-kata itu sering kali kita dengar. Namun bagaimana cara kita membentengi diri kita untuk tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama. Baik itu kesalahan kecil maupun kesalahan besar. Yang perlu diingat adalah jatuh ke dalam lubang kesalahan itu sakit. Jangan sampai sakit itu kita rasakan berulang-ulang. Dan juga harus ingat bahwa kesalahan yang dibuat sangatlah medukakan dan membuat repot orang lain. Jangan sampai kita membuat repot orang secara terus menerus. Hal itu juga yang membuat Roh Kudus yang ada dalam diri kita berduka juga.
Dalam segi kehidupan pelayanan.
Berusaha memberikan yang terbaik dengan cara mengingat bahwa pelayanan yang saya lakukan saat ini bukan karena saya ingin dikenal orang, bukan karena saya ingin menjalani kewajiban saya sebagai orang kristen, bukan karena saya bisa dan sanggup melakukan pelayanan ini sedangkan orang lain tidak bisa. Bukan…. Jika motivasi pelayanan seperti itu adalah salah besar.Yang perlu diingat motivasi pelayanan adalah salah satu ucapan syukur kita kepada Tuhan. Bahkan pelayanan yang kita lakukan ini belum dapat mengimbangi Karya Tuhan yang telah menebus dosa kita melalui pengorbanan anakNya yang tunggal dikayu salib menggantikan kita semua. Banyak sekali ANUGRAH yang sudah Tuhan berikan untuk kita mulai dari nafas kehidupan yang kita terima sampai saat ini, anugrah kesehatan, anugrah pekerjaan, anugrah keluarga, anugrah hikmat, dan masih banyak lagi.
Janganlah kiranya pelayanan kita menjadi sia-sia hanya karena motivasi yang salah. Janganlah segala usaha kita juga menjadi sia-sia hingga pada akhirnya Tuhan mengatakan “ Siapakah engkau, aku tidak mengenal engkau, namamu tidak terdaftar didalam kitab kehidupan. Enyahlah dari hadapan ku “
Dalam segi kehidupan rumah tangga.
Berusaha memberikan yang terbaik dengan cara menerima pasangan hidup kita apa adanya baik suka maupun duka. Bukahkah ketika kita mengikhrarkan janji pernikahan di depan altar dihadapan pendeta dan jemaat kita berjanji dengan kata-kata “ saya bersedia menerima si A sebagai istri/ suami saya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, baik dalam keadaan suka maupun duka, menerima dan mendampinginya selama hidup saya sampai pada akhirnya”. Janji pernikahan ini seharusnya merupakan janji yang tidak hanya diucapkan melalui bibir mulut saja tetapi dari hati yang terdalam.Karena janji pernikahan ini merupakan janji yang sangat sakral/ suci.
3. Memahami dan mengerti sifat & sikap orang lain.
Point inilah yang paling sulit dilakukan. Terkadang untuk mengerti dan memahami sifat & sikap orang lain butuh kesabaran. Bahkan ketika kita berusaha ingin memahami sifat & sikap orang lain malah sering disalah artikan oleh orang lain.
Banyak yang perlu dipelajari dalam memahami sikap orang lain. Di dalam point kedua telah dijelaskan bagaimana seharusnya kita berusaha memberikan yang terbaik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Dalam segi kehidupan pekerjaan
Dalam ruang lingkup ini skala untuk bertemu dengan orang lain bisa besar bisa juga kecil, tergantung dari besar kecil nya perusahaan/ tempat kita bekerja. Namun biasanya semakin besar perusahaan maka semakin banyak juga orang-orang yang terlibat dalam perusahaan itu. Dengan demikian kita akan menjumpai berbagai macam karakter dan sifat orang yang terdapat di dalamnya. Di sinilah kita dituntut untuk lebih memahami keberadaan dan sifat orang lain.
Namun tidak menutup kemungkinan dengan ruang lingkup skala yang lebih kecil. Bukan berarti dengan skala yang lebih kecil maka tidak menuntut kita untuk memahami keberadaan dan sifat orang lain. Intinya adalah di manapun kita berada, di mana pun kita ditempatkan harus siap menerima orang yang berinteraksi dengan kita.
Dalam dunia pekerjaan biasanya yang sering banyak dijumpai adalah rasa iri hati antar pekerja/ karyawan. Dari rasa iri hati inilah timbul keinginan untuk tidak mau memahami sikap dan sifat orang lain. Berlaku masa bodoh, cuek, merasa itu bukan tanggung jawab saya. Untuk itulah kita perlu mempunyai hati yang lapang dalam memahami situasi, sikap dan sifat orang lain. Harus punya rasa kebersamaan, saling membantu. Harus punya tekad dalam diri sendiri bahwa pekerjaan yang Tuhan sudah berikan ini adalah merupakan ANUGRAH yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan bukan kepada manusia.
Dalam segi pelayanan.
Seringkali kita temui orang yang mundur dari pelayanannya dikarenakan rasa sakit hati/ kecewa dengan rekan pelayanannya. Di awal sudah dijelaskan bahwa motivasi pelayanan yang benar adalah: sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan atas segala ANUGRAH yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita. Sudah selayaknya pelayanan bukan untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain. Jika motivasi pelayanan kita hanya melihat dari sisi manusia maka kita akan mendapatkan banyaknya kekecewaan yang tidak dapat kita terima. Dari rasa kecewa kepada manusia akan menimbulkan rasa kecewa kepada Tuhan. Inilah yang paling berbahaya, kita mulai menyalahkan Tuhan dalam pelayanan kita.
Seharusnya sekalipun dalam pelayanan kita menghadapi rekan pelayanan yang membuat kita kecewa hal itu tidak akan mengubah hati kita untuk tetap terus dalam pelayanan. Karena yang kita layani bukanlah manusia tetapi Tuhan.
Dalam segi rumah tangga.
Terkadang kita belum dapat memahami sikap dan sifat pasangan hidup kita, walaupun sudah sekian lama hidup bersama. Karena memang pernikahan terbentuk dari dua karakter yang berbeda. Untuk itulah Tuhan menyatukan dua karakter yang berbeda ini dalam ikatan rumah tangga agar dibentuk satu sama lain. Tidak jarang dari kurangnya memahami sikap dan sifat pasangan hidup kita mengakibatkan pertengkaran karena salah mengerti apa yang dimaksud dengan pasangan hidup kita. Karenanya dalam kehidupan rumah tangga yang paling dibutuhkan adalah “komunikasi” Karena dari komunikasi inilah tersampaikan maksud yang diinginkan.Selain komunikasi dalam kehidupan rumah tangga adalah menerima keadaan pasangan hidup kita.
Jika kita melihat dunia luar rasanya sangat mengerikan melihat angka perceraian. Apalagi melihat kehidupan selebtris yang dengan mudahnya menikah-cerai lalu menikah kembali lalu cerai kembali. Seakan-akan pernikahan bukanlah hal yang sakral bagi mereka. Banyak hal yang menjadi faktor perceraian dari hal sepele sampai hal besar dapat dijadikan alasan. Jika sudah seperti ini bukankah yang menjadi korban adalah anak juga (bagi yang sudah memiliki anak).
Akhir kata, marilah kita hidup kudus dihadapan Tuhan dengan memberikan yang terbaik dalam hidup ini mulai dari mendispiln diri sendiri, berusaha memberikan yang terbaik dan mengerti serta memahami sikap & sifat orang lain membawa kita untuk belajar dan belajar lagi sehingga menjadi serupa dengan Kristus.
Tuhan… terima kasih untuk ANUGRAH yang
KAU berikan dalam hidup ini.
Baik anugrah nafas kehidupan.., anugrah kesehatan
Anugrah pekerjaan, anugrah keluarga,
Anugrah hikmat.
Betapa besar karya MU dalam setiap kehidupan
Kami sebagai ciptaan MU.
Sudah selayaklah kami mengucap syukur akan hal
Ini dan memberikan diri kami kedalam tangan MU.
Tuhan… ajarkan kami melihat sisi kehidupan kami
Dari sudut pandang MU.
Tegurlah kami, jika jalan kami tidak lurus.
untuk kembali di jalanKAU tentukan.
Ajarkan kami untuk mengingat bahwa :
“ Hidup bukan karena hari…, tetapi hidup adalah
Arti bebas dari segala dosa”.
Inilah arti hidup yang sesungguhnya.
Kedalam tangan MU, kami menyerahkan
Hidup kami.
AMIN.
oleh: Yeti Isnarti, staf bag.Keuangan.