Saat Butiran Air Hujan Menetes di Jendela Kaca…

Sore itu, hujan baru saja berhenti. Menyisakan butiran-butiran air hujan di jendela kaca. Satu-persatu butiran-butiran itu terjatuh dan menetes. Suasana senja ini mengingatkanku pada sore dengan suasana yang sama sekitar empat belas tahun yang lalu. Saat itu, Indonesia tengah dilanda krisis yang sangat hebat, kerusuhan, pembakaran, kebrutalan, dan anarkisme yang mengerikan terjadi di mana-mana. Sore itu, kakek tampak berdiri termangu memandangi butiran-bituran air hujan di jendela kaca itu. Beliau tetap berdiri di sana, tak bergeming sedikit pun meskipun langkah kakiku yang berisik berjalan melangkah ke sampingnya. “Kakek lagi mikirin apa? apa sih yang lagi kakek liat?”, tanyaku waktu itu. “Ngga mikir apa-apa…”, jawab kakek tanpa menoleh sedikit pun ke arahku. Untuk beberapa menit aku ikut terdiam dan termangu di samping tubuh renta kakek yang masih berdiri tegap menatapi butiran air yang masih terus menetes di jendela kaca. Mungkin aku bertanya seperti itu, tetapi jauh di dalam lubuk hatiku, aku tahu betul apa yang sedang kakek rasakan dan pikirkan. Tetes-tetes air hujan ini adalah representasi air mata kakek yang tertahan. Titik-titik air ini adalah lambang tiap tetesan darah dari luka-luka yang mengganga yang telah kakek rasakan saat berjuang. Mendung dan awan yang kelam ini sekelam dan seduka hatinya, duka yang terpendam mengingat betapa hasil perjuangannya, yaitu kemerdekaan bangsa ini diisi dengan berbagai-bagai penyalahgunaan kekuasaan, penyalahgunaan kewenangan, dan penjajahan versi baru yang dilakukan oleh orang-orang terhadap bangsanya sendiri. Mendung semakin menghitam dan sore semakin gelap. Butiran-butiran air hujan tampak masih menetes di sana. Terus menetes dan masih terus menetes…

***

Liburan sekolah menjadi momen yang paling menyenangkan karena dapat pulang ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga, mengunjungi saudara atau berkunjung ke rumah kakek. Salah satu hal yang paling menarik saat bertemu dengan kakek adalah mendengarkan kisah perjuangan kakek di masa perang, dan bagaimana kakek berjuang. Kisah yang seru dan menyeramkan. Pengalaman antara hidup dan mati di bawah suara dentuman meriam. Keluar masuk hutan, naik turun gunung, menyeberangi rawa-rawa, bermalam di goa-goa, merayap di atas lumpur, menerjang semak berduri, menempuh perjalanan dengan berjalan kaki di bawah sengatan matahari atau bergerilya di bawah guyuran air hujan yang lebat dan dingin menggigilkan. Bertaruh nyawa memimpin pasukan di garis depan, terseret-seret penuh luka dan bersedih karena harus kehilangan teman-teman seperjuangan saat peluru musuh menembus tubuh mereka, atau karena digigit ular berbisa atau terkena malaria saat tinggal dalam kamp persembunyian, dan berjuta kisah heroik lainnya. Persahatan, kesetiakawanan, bahkan penghianatan oleh rekan sesama pejuang adalah kisah-kisah yang tak terlupakan. Berjuta kisah yang tak pernah bosan aku dengar.

***

Gejolak perjuangan reformasi masih membahana. Di tengah kegalauan menatap kenyataan bahwa segalanya begitu berbeda, antara dahulu dan sekarang, tubuh kakek semakin terkulai di usianya yang semakin senja. Dulu kala, para pemimpin rela mempertaruhkan jiwa, raga, dan nyawa demi bangsa dan rakyatnya, tetapi sekarang, para pemimpin dan penguasa justru rela mempertaruhkan rakyatnya demi kepentingan pribadi mereka, dengan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan, pelanggaran HAM, dan sebagainya.
Pagi itu, tubuh kakek yang dingin dan kaku, telah berbaring di dalam sebuah peti kayu dengan selembar bendera merah putih terbentang di atas peti itu. Diusung oleh pasukan berseragam hijau bertopi baret, dengan tubuh tegap mereka, perlahan-perlahan melangkah mengantarkan kakek ke peristirahatan terakhirnya. Sebuah hamparan tanah hijau yang lengang dan sepi dengan deretan batu-batu yang berjejer rapi dan bertuliskan nama-nama yang terpatri di atasnya. Sebuah tembakan salvo menggelegar sebagai tanda penghormatan terakhir yang mengantarkan kepergian kakek ke perjalanan menuju ke keabadian.

***

Saat butiran air hujan menetes di jendela kaca, aku merasa kakek masih berdiri di sana. Menatapi tetesan air yang sama. Menangisi hal yang sama. Saat ini aku hanya berharap, di 66 tahun kemerdekaan bangsa ini, perjuangan dan penderitaan para pendahulu bangsa mudah-mudahan tidak lagi berakhir dalam kesia-siaan dan kehancuran oleh keserakahan korupsi dan kejahatan lainnya yang hanya akan semakin mengantarkan bangsa ini ke dalam keterpurukan yang tak jauh lebih buruknya seperti saat penjajahan. Semoga keadilan hukum dan HAM dapat ditegakkan, korupsi diberantas habis, tidak ada lagi orang-orang sendiri yang membom dan membumi hanguskan saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri dengan kedok agama yang terejawantahkan dalam bentuk yang keji bernama terorisme. Kebebasan dari rasa takut yang telah dibelenggu dapat berakhir dengan hadirnya rasa aman bagi segenap penduduk bumi pertiwi, kerukunan hidup berbangsa dan kebebasan berkeyakinan dapat sepenuhnya diraih, dan hal-hal lainnya yang masih jauh dari cita-cita dan perjuangan para pendahulu bangsa ini dapat tercapai demi Indonesia yang lebih baik.
Butiran air hujan menetes di jendela kaca, semoga akan berubah menjadi representasi dari tangis kebahagiaan dari para pejuang negeri ini, pendiri bangsa, dan tangis bahagia seluruh anak bangsa dan generasi penerusnya…karena kemerdekaan yang sebenarnya telah ada dalam genggaman mereka…

Selamat jalan pahlawan…semoga dapat beristirahat dalam tenang dan damai dalam dekapan tangan sang Maha Pencipta. (Ind)

Anak-anak di Mata Tuhan

Tuhan sangat menyayangi anak-anak. Dia menyambut mereka dengan penuh kasih dan senyuman. Membiarkan mereka duduk di pangkuan-Nya dan menggendong mereka. Terkadang, orang memandang anak kecil hanya sebelah mata karena mereka “hanya anak kecil” yang belum tahu apa-apa dan belum bisa apa-apa. Tapi, apa kata Tuhan tentang anak-anak? “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 18:10). Tuhan juga menginginkan bahwa setiap orang bisa memberikan bimbingan yang benar pada setiap anak-anak yang mereka temui dan tidak berusaha menyesatkan, membohongi atau menipu mereka karena kepolosan dan keluguan mereka. Tuhan tidak menginginkan anak-anak tersebut hilang (tersesat). “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (Markus 9:42). “Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” (Matius 18:14)

Pesan dan Janji Tuhan untuk Anak-Anak
Tuhan juga memberikan pesan dan janji yang indah untuk mereka. “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu BERBAHAGIA dan PANJANG UMURMU di bumi. (Efesus 6:1-3). (Ind).

Selamat Hari Anak Sedunia! 1 Juni

Prestasi Siswa TK Sekolah Athalia

Pada bulan April kemarin, sekolah Athalia mengikuti lomba dalam rangka memperingati hari Kartini. Dalam lomba tersebut, prestasi yang diraih oleh siswa-siswi  TK Sekolah Athalia adalah sebagai berikut:

  • Juara I Lomba Menyanyi se-kecamatan Serpong Utara.

Pesertanya:

– Darrel Jeremy (TK B1)

– Kezia Evangeline Hasian (TK B1)

– Marcia Stevani (TK B1)

– Theresia Ananda Prasetio (TK B1)

– Reuben Farrel Wibowo (TK B2)

– Joel Kairos Rumamuri (TK B3)

– Josh Emmanuel Layar (TK B3)

– Louis Ramadhan Putra W (TK B3)

– Agatha Ellen Gunawan (TK B3)

– Heaven Fedoria Halim (TK B3)

– Jason Emmanuel W (TK B4)

– Raven Valentio Rhey (TK B4)

– Cathleen Septrina M (TK B4)

  • Juara II Lomba Puisi se-kecamatan Serpong Utara

Pesertanya: Josh Emmanuele Kurnia (TK A2)

  • Juara II Lomba Menari “Tari Kelinci” se-Tangerang Selatan

Pesertanya:

– Mitchell Alodia Siwy (TK B1)

– Gabriella Serenata M (TK B2)

– Jealsi Stefani Jaya (TK B2)

– Laura Evelyn Dermawan (TK B2)

– Jocelyn Chandra (TK B3)

– Novlyncha Eugenia E. G. (TK B3)

– Felicia Djohari (TK B4)

Selamat ya…maju terus…semoga prestasi-prestasi lainnya dapat terus terukir…

Tuhan Yesus memberkati!

tari kelincitari kelinci 2

Bagaimana Membicarakan Seks pada Anak-anak?

“Mama, aku lahir dari perut Mama ya? Gimana sih Ma kok aku bisa ada di perut Mama?”

“Mamaaaa….burungku kenapa begini?”

“Kok cici pipisnya begitu? Kok aku beda, Ma?”

“Pa, bersetubuh itu apa sih? Aku baca di Alkitab ditulis Adam dan Hawa bersetubuh”

Pernah mendapat pertanyaan seperti itu dari anak-anak yang masih di bangku SD bahkan TK? Lalu bagaimana kita sebagai orangtuanya bereaksi?

“Haduuuuuh stresssss saya… saya suruh aja tanya ke papanya. Nggak tau tuh papanya jawab apa,” kata seorang Ibu.

“Saya bilang, nanti juga kalau kamu sudah besar kamu tahu,” kata orangtua yang lain.

“Makanya jangan pegang-pegang burungnya!! Kan Mama udah pernah bilang! Nanti kayak Cici tuh burungnya hilang.” Demikian jawaban Ibu yang lain kepada anaknya.

Jawaban-jawaban yang memang bisa membuat anak berhenti bertanya. Masalah sepertinya selesai. Tapi apakah memang demikian?

Ketika anak-anak tidak mendapatkan penjelasan dari orangtua, maka mereka akan mulai mencari jawaban dari tempat lain. Bila itu terus berlangsung, tidakkah anak akan belajar bahwa orangtua bukanlah tempat yang tepat untuk mencari solusi atas masalah dan kebingungan mereka? Lalu siapa orang yang akan dipilih anak? Apa kira-kira yang akan terjadi bila jawaban ditemukan pada orang yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan kita?

Sabtu 30 April 2011 Sekolah Athalia mengadakan seminar pendidikan seks untuk orangtua yang putra-putrinya berusia sekitar 2-10 tahun. Seminar ini bertema “Bagaimana Berbicara tentang Seks pada Anak.” (Sebelumnya, tanggal 2 April 2011 sex education disampaikan pada orangtua siswa yang duduk di kelas SD 5 – SMA X, dengan tema “Bahaya Seks Bebas di Kalangan Remaja” ).

Hal pertama yang ditekankan adalah arti dari pendidikan seks. Banyak pihak anti terhadap pendidikan seks pada anak-anak usia dini karena menduga pendidikan seks adalah ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana berhubungan seks. Pihak ini menganggap sex education akan membuat anak-anak yang masih ‘polos’ ini dewasa sebelum waktunya.

Sex adalah jenis kelamin. Alkitab mengajarkan pada kita bahwa jenis kelamin hanya ada 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi pendidikan seks adalah pendidikan yang mengajarkan tentang jenis kelamin seseorang, yang menyangkut aspek biologis dan fisik. Seorang anak perempuan perlu tahu bahwa dia adalah perempuan, dan apa yang membedakan dia dengan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Sebagai perempuan, alat kelamin dan fisiknya akan berkembang, dia akan mengalami menstruasi, dia akan bisa hamil, dia akan bisa melahirkan, dia akan bisa menyusui, dst. Anak laki-laki akan mengalami apa yang biasa disebut mimpi basah, alat kelaminnya akan mampu ereksi, dst. Namun semua ini perlu disampaikan secara bertahap sesuai usia anak.

Sejak usia dini anak harus tahu bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang paling pribadi, harus ditutup, diberi penghargaan khusus, dan dijaga dengan baik. Sesuai dengan perkembangan usia, orangtua perlu terus memperbaharui pendidikan seks bagi anak-anak. Anak laki-laki dengan ayah dan anak perempuan dengan ibunya.

Membicarakan seks dengan anak memang tak semudah bicara tentang rencana liburan. Mungkin itu topik paling akhir yang terlintas di kepala orangtua saat berbincang dengan anak, sampai…….muncul pertanyaan dan kita tidak siap menjawab! Sangat penting bagi orangtua mempersiapkan diri dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara tentang seks pada anak, sesuai usia mereka.

Berikut beberapa tips bagi orangtua:

1.       Gunakan nama ilmiah/istilah kedokteran untuk menyebut tiap bagian tubuh, termasuk alat kelamin. Sebut penis (dan bukannya burung) untuk alat kelamin laki-laki dan vagina untuk alat kelamin perempuan. Ucapkan dengan nada yang wajar, sama seperti ketika kita menyebut kata kuping atau mata. Namun segera lanjutkan dengan mengingatkan anak bahwa alat kelamin adalah bagian pribadi yang tidak kita bicarakan dengan orang lain selain orangtua, atau orang lain yang bisa dipercaya dalam konteks tertentu, bila dibutuhkan (Misalnya dokter bila ada penyakit yang menyangkut alat kelamin).

2.        Beri jawaban jujur. Anak menilai orangtua secara keseluruhan. Ketika anak ingin tahu bagaimana dia bisa terbentuk dalam perut mamanya, jangan mengarang jawaban bohong. Suatu saat anak akan tahu kebohongan tersebut  dan saat itu dia bisa kehilangan kepercayaan pada orangtuanya. Gunakan kreativitas untuk memberi jawaban jujur yang sesuai dengan perkembangan anak. Anak usia tertentu sudah puas dengan jawaban: Kamu diciptakan Tuhan di perut mama, lalu mama melahirkan kamu setelah kamu 9 bulan di perut.  Anak yang lebih besar dapat diberi jawaban lebih jelas bila dia bertanya cukup detil. Yang penting adalah berbicara dengan nada wajar, pelan, dan bertahap. Dan gunakan istilah ilmiah. Jangan langsung memberi jawaban panjang lebar. Jawab sesuai pertanyaan anak dan berhentilah ketika anak berhenti  bertanya.

3.       Miliki persepsi yang benar saat anak bertanya. Jangan merasa anak sedang membongkar aib atau mempermalukan orangtua ketika dia bertanya tentang seks. Jangan menganggap seks sebagai hal tabu. Sangat wajar bila anak bertanya mengenai seks dan kita harus bersyukur bila dia menanyakannya pada kita, orangtuanya, dan bukan mencari dari sumber lain.

4.       Cari informasi sebanyak-banyaknya. Tentu kita perlu memilih dan memilah informasi yang tepat, yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Jangan menunggu hingga anak bertanya. Persiapkan diri sebelumnya.

5.       Gunakan gambar, film, dan alat peraga lainnya. Namun, jangan gunakan tubuh kita sebagai alat peraga, karena akan bertentangan dengan apa yang kita ajarkan pada anak , yaitu bahwa alat kelamin adalah bagian paling pribadi yang tentunya tidak boleh menjadi alat peraga. Beberapa orangtua memilih untuk mandi bersama anaknya agar anak melihat sendiri bagaimana tubuhnya setelah dewasa nanti.  Ini hal yang tidak dianjurkan.

Seminar yang dihadiri lebih dari 200 orangtua itu diakhiri dengan tanya jawab mengenai masalah-masalah yang ditemui orangtua saat menghadapi pertanyaan anak tentang seks. Ada lebih dari 30 pertanyaan yang diajukan walau tak semua bisa dijawab dengan tuntas. Orangtua yang masih memiliki pertanyaan dapat mengajukan ke PRO@sekolahathalia.sch.id. Pertanyaan yang relevan akan dijawab dan bila membawa perlu akan dimuat dalam kolom parenting di ALC News.

Seminar ini adalah bagian dari rangkaian pendidikan seks yang rutin diberikan bagi orangtua dan siswa Sekolah Athalia. Kiranya kita semua makin memahami pentingnya mendidik puta-putri kita dengan benar, sejak awal.

Buku untuk Pendidikan Seks

Pada tanggal 2 April dan 30 April 2011 telah diadakan sex education untuk orang tua siswa Sekolah Athalia.
Buku-buku yang disarankan untuk pendidikan seks pada anak, antara lain:

– The Story of Me (Kisah tentang Diriku), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

– Before I Was Born (Sebelum Aku Dilahirkan), penulis Carolyn Nystrom, penerbit Momentum.

– What’s the Big Deal, Why God Cares About Sex (Apa Masalahnya? Mengapa Allah Peduli mengenai Seks), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

– Facing the Facts, The Truth About Sex and You (Menghadapi Fakta: Kebenaran mengenai Seks dan Dirimu), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

The Story of MeBefore I Was BornWhat's the Big DealFacing the Facts, The Truth About Sex and You

Family Day 2011 – Indahnya Negeriku

Halooo…Komunitas Athalia..,

Sabtu, 4 Juni 2011 nanti akan ada Family Day lagi lho… Seperti biasa pasti seruuu. Tahun ini tema kita Indahnya Negeriku. Kita dianugerahi Negeri yang luar biasa indah, kan…? Pantai berpasir putih, wisata bawah laut, pegunungan hijau segar, danau-danau… Tari-tarian kita indah dan mengagumkan, kita juga punya seni turun-temurun dalam bentuk kain-kain tradisional, ukiran, adat-istiadat, dan warisan kuliner yang membuat lidah menari-nari.
Kata orang, Tak Kenal Maka Tak Sayang. Nahhh… sebelum memutuskan berwisata ke luar negeri, mari kita kenali dulu negeri kita. Bila bukan kita yang mencintai negeri ini, siapa lagi?
Di Family Day tahun ini akan ada Asinan Betawi, Lontong Oncom, Cucur, Lepet (masih inget lepet? Itu lho… makanan dari ketan, yang dibungkus daun – sambil makan, kita akan membuka lingkaran yang menutupi Lepet tersebut. Ih, makannya aja perlu kesabaran. Hehehe.) Oleh-oleh Cilacap dan Mochi Sukabumi pun ikut menyemarakan stand kita. Ada lagi yang khas dari Brebes – Tegal. Telor Asin, Bawang Merah, dan dijual pula bibit tanaman Chaisim Sendok / Pokcoy, Daun Selada, dan Bayam Merah. Nasi Bogana yang khas Tegal pun ada. Ada Bubur Manado dan Nasi Kuning yang khas Manado banget. Serta makanan Manado lainnya. Aneka makanan Sunda pun nggak ketinggalan. Dari Pepes Tahu, Pepes Jamur, Pepes Peda sampai Sayur Asem pun menggoyang lidah kita. Es Lilin Bandung, Jagung Bledug, Kripik Tales, aneka Kue Tradisional mulai Kue Mangkok  sampai aneka Talem juga ada di sini. Yang jual aneka sayur mateng pun ada. Seperti Rendang, Daun Singkong, dan lain-lain. Gado-gado, Kredok, pasti ada. Pempek, Siomay, Batagor, Sate Ayam – pasti! Nasi Bakmoy, Nasi Langgi, Gudeg Laminten  dan Ayam Kalasan pun rame-rame buka di bazaar kita kali ini.
Dan masih banyak seabreq-abreq menu lainnya.

Ada juga sesi edukasi kesehatan, dan sesi tentang apa itu produk organic oleh Melly Manuhutu Ya, penyanyi yang dulu ngetop dengan Yamko-Yamko Rambe ini sekarang aktif mengurusi perkebunannya di Lembang. Produk andalannya antara lain ayam organic.  Ternyata ayam-ayam tersebut makanannya hanya diberi Temulawak, Kunyit, dan Jahe. Kalau kita makanannya seperti itu, sehat juga kali yak? Hehehe. OMNI Hospital berpartisipasi dalam pengecekan gula darah GRATIS! + Tensi darah. Pemeriksaan kepadatan tulang juga gratis di Stand Susu Produgen. Aduh… Pokoknya banyak gratisannya deh.
Ada juga berbagai lomba.
Ada lomba kreasi Indahnya Nasi Goreng khusus untuk ayah dan anak, lomba ibu dan anak putri yang akan merancang busana tanpa jahitan (Ih, lucu kali yaaa), juga ada lomba Fotogenic Keluarga menggunakan baju batik. Lomba permainan lucu juga banyak, misalnya Lempar Bola Masuk Jarum, dan Mangkok Berjalan. Mau juga lomba gratis tapi seru? Ikutan aja kuis Masa Kalah Sama Anak. Pesertanya adalah siswa SD kelas 6, SMP, dan SMA = 30 orang. Bersatu padu melawan ortu (siapa saja, 15 orang). Bagi siswa yang ingin ikutan, bisa mendaftar ke PRO sekolah secepatnya. Siapa cepat, dia ikut. Lalu yang gratis lagi adalah lomba Sepak Bola Contong, dengan peserta: guru vs ortu. Kebayang kan serunya?
Ayo, rame-rame datang.
Pada ALC News edisi bulan depan (terbit akhir Mei), akan ada guntingan kupon untuk doorprize persembahan dari Jogi Tour. Rebut tiket PP dengan pesawat ke Yogyakarta untuk 2 orang, tiket menginap 1 malam di Hotel Mercure – Ancol (berlaku untuk Weekend) dan tiket masuk ke Ocean Park, berlaku juga Weekend. Jangan sampai lupa, gunting kupon di ALC itu, dan simpan. Tanggal 4 Juni nanti bawa kupon itu untuk ikut undian doorprize.
Doorprize hanya berlaku untuk mereka yang datang sejak pembukaan di Jam 7 pagi yaaa..

Okeee… sampai jumpa lagi pada info di ALC News berikutnya.

Nelly Iskandar
Ketua Panitia

Family Day

—————————————————————————————–

Lomba dan Permainan yang akan Digelar dalam Acara Family Day 2011

Acara permainan untuk keakraban yang akan diselenggarakan:
– Kuiz Masa Kalah Sama Anak-Anak
Pesertanya adalah siswa SD kelas 6, SMP, dan SMA = 30 orang. Bersatu padu
melawan ortu (siapa saja 15 orang). Bagi siswa yang ingin ikutan, bisa mendaftar ke
PRO sekolah secepatnya. Siapa cepat, dia ikut. Acara ini akan dipandu oleh
Margareth.
– Sepak Bola Contong, peserta: guru vs. ortu.
Pendaftaran: tempat PRO SD dan SMP, dibuka mulai awal Mei 2011 dan ditutup
Kamis, 12 Mei 2011. Biaya GRATIS!

Perlombaan yang akan digelar:
– Lempar Bola Masuk Jarum
– Mangkuk Berjalan
– Fotogenik Ekspresi Ceria Negeriku
Lomba berekspresi dan bergaya dengan keluarga menggunakan baju batik (tidak
harus seragam). Boleh juga bergaya dengan baju daerah/ tradisional. Yang dinilai
adalah ekspresi dan kebersamaan dalam foto tersebut. Pengambilan foto outdoor.
– Indahnya Busana Tanpa Jahitan
Lomba khusus untuk ibu dan anak.
– Indahnya Nasi Gorengku.
Nasi goreng dan perlengkapan menghias sudah disediakan panitia. Lomba ini untuk
ayah dan anak. Mereka hanya mendekor nasi goreng tersebut dengan perlengkapan
yang ada menjadi indah seindah negeriku. Yang dinilai adalah kebersamaan dan
kekompakan ayah dan anak serta keindahan dekorasinya.

– Semua pemenang lomba ini berhadiah goody bag.
– Khusus untuk lomba Fotogenik Ekspresi Ceria Negeriku disediakan 10 piala dan goody bag.
– Indahnya Busana tanpa Jahitan & Indahnya Nasi Gorengku, masing-masing
disediakan 3 piala dan goody bag.

Pendaftaran dibuka tanggal 2 Mei hingga Kamis, 12 Mei 2011 dengan membayar biaya pendaftaran. (Mengenai biaya pendaftaran untuk masing-masing lomba akan diinformasikan kemudian).

Hari Pendidikan Nasional; Memperoleh Hikmat Tuhan Melalui Pendidikan

Diperingatinya Hari Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei adalah bertepatan dengan hari lahir tokoh pendidikan nasional kita yaitu Ki Hajar Dewantara atau tokoh yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau adalah seorang pejuang pendidikan yang telah mendirikan sekolah kerakyatan “Perguruan Nasional Taman Siswa” di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah ini memberikan kesempatan bagi rakyat jelata untuk dapat mengenyam pendidikan sama halnya seperti para kalangan bangsawan dan orang-orang Belanda.
Perjuangan beliau dalam  usaha memajukan pendidikan di Indonesia selain dengan mendirikan sekolah juga melalui tulisan-tulisannya di berbagai media masa. Dalam tulisan-tulisannya tersebut beliau sering memprotes kebijakan penjajah atau pemerintahan Hindia Belanda yang tidak menunjang dan menghambat perkembangan pendidikan di Indonesia. Melalui tulisan-tulisannya tersebut telah mengubah cara pandang orang-orang pada masa itu dan juga pemerintah Belanda mengenai kebutuhan para penduduk pribumi untuk juga mendapatkan pendidikan selayaknya. Sehingga hal ini sedikitnya membuka gerbang bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Memperoleh Hikmat Tuhan Melalui Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah sangat penting, bahkan Tuhan pun berfirman agar kita mencintai ajaran dan didikan agar kita dapat menjadi orang yang berhikmat dan bijaksana. Berikut firman Tuhan mengenai hikmat dan didikan serta berbagai manfaat ketika seseorang mendapatkan pendidikan dan memperoleh hikmat:

Amsal 3:13-18. Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga dari pada permata; apapun yang kauinginkan, tidak dapat menyamainya. Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata. Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia.
Amsal 4:8 Junjunglah dia, maka engkau akan ditinggikannya; engkau akan dijadikan terhormat, apabila engkau memeluknya.
Amsal 4:9 Ia akan mengenakan karangan bunga yang indah di kepalamu, mahkota yang indah akan dikaruniakannya kepadamu.
Amsal 4:12 Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung.
Amsal 4:13 Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.

Sedangkan seseorang yang tidak mengindahkan didikan dan ajaran justru akan ditimpa kemalangan, seperti yang tertulis dalam firman Tuhan yang demikian:

Amsal 5:23 Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.
Amsal 10:17. Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
Amsal 13:18. Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
Amsal 15:32. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.

Selain memperoleh pendidikan di bangku formal dan non formal, yang semuanya itu tentulah asalnya juga dari Tuhan, namun yang terpenting adalah memperoleh pendidikan dan ajaran yang langsung dari Tuhan melalui firman-firmannya dalam alkitab. Seperti tertulis dalam:

Amsal 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

(Ind, Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara)

Hari kartini; Makna Emansipasi dan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Raden Ajeng Kartini adalah tokoh nasional yang dikenal sebagai seorang pejuang emansipasi. Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan emansipasi? Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, emansipasi adalah persamaan hak; dan makna emansipasi wanita berarti proses pembebasan diri para wanita dari kedudukan sosial yang rendah serta pengekangan hukum.
Lantas apa yang menyebabkan R.A. Kartini memperjuangkan hal tersebut? Budaya patriarki yang berakar di tanah Jawa pada masa itulah, yang menempatkan wanita hanya sebagai subordinat atau warga negara/masyarakat kelas dua yang kedudukannya lebih rendah dari kaum laki-laki, yang membuat Kartini ingin memperjuangkan hak-hak perempuan. Hak-hak seorang wanita pada masa itu sangatlah terbatas jika dibandingkan kaum pria, baik secara hukum, politik, sosial, ekonomi, dan hak mengeluarkan pendapat. Tidak hanya terbatas hak-haknya tetapi lebih tepatnya terbelenggu. Di tanah Jawa pada waktu itu, perempuan tidak diijinkan untuk mendapatkan pendidikan, kalaupun ada anak perempuan yang diberikan kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan, itu hanya dari kalangan bangsawan saja. Perempuan tidak berhak menentukan sendiri hidupnya. Tidak boleh keluar rumah hingga ada seorang lelaki menjemputnya untuk menjadi suaminya. Jika ayah sudah memutuskan bahwa laki-laki tersebut yang akan menjadi suaminya, maka itulah yang harus diterima dan dijalani, tanpa hak untuk menyatakan suka atau tidak suka dengan laki-laki tersebut. Setelah ia menikah, perempuan sepenuhnya harus tunduk dan patuh pada kuasa suaminya, dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan laki-laki dan menjadi hak properti laki-laki. Wanita tidak dapat sepenuhnya menjadi dirinya sendiri dan tidak mempunyai kebebasan atas dirinya sendiri. Wanita tidak dapat bebas menentukan kehendak dan kemauannya sendiri. Posisi perempuan dalam masyarakat hanya ditempatkan pada ranah domestik saja seperti memasak, melahirkan, merawat anak, dan merawat rumah. Perempuan tidak diinjinkan berkarya di luar rumah atau di ranah publik, tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan penghasilan, memiliki kegiatan sosial kemasyarakatan, berkecimpung dalam bidang politik, dan sebagainya.

Emansipasi Berdasarkan Iman Kristiani
Berkaitan dengan peringatan hari Kartini pada tanggal 21 April, kita mencoba untuk menilik kembali dan memahami posisi, peran, dan kedudukan yang sesuai dengan yang telah Tuhan rancangkan untuk setiap wanita dan juga pria. Pada awal penciptaan Tuhan telah merancangkan bahwa laki-laki berperan sebagai pemimpin dan kepala keluarga (1 Korintus 11:3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah; Efesus 5:23a … suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.), yang melindungi, dan mengasihi/ menyayangi istri dan keluarganya seperti Kristus menyayangi umatnya. Suami juga harus rela berkorban dan tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Seperti Kristus datang ke dunia untuk berkorban bagi manusia, tidak untuk kepentinganNya sendiri  (Efesus 5:23 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya… Kolose 3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia; Efesus 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri; Efesus 5:33a Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri…). Suami juga harus menghormati istri (1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.) Sedangkan wanita diciptakan sebagai penolong. Tapi dalam hal ini bukan berarti kedudukan wanita lebih rendah dari pria, tetapi posisinya adalah sama dan sepadan. (Kejadian 2:18. TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”). Sehingga hak-hak wanita pun sama dan sepadan dengan kaum pria, baik secara sosial, ekonomi, hukum, kesempatan mendapatkan pendidikan, pekerjaan, mengekspesikan dan mengaktualisasikan diri, dan sebagainya. Sedangkan peran wanita sebagai penolong di sini berarti selalu memberikan dukungan, bantuan, dorongan, memberi semangat dan motivasi, dan yang juga sekaligus harus taat pada suaminya dalam segala hal. Lantas, ketaatan yang seperti apakah yang perlu dimiliki oleh seorang istri? yaitu ketaatan yang berdasarkan takut akan Tuhan (Kolose 3:18. Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan; Efesus 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan; Efesus 5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.)
Artinya, istri harus taat dalam segala sesuatu selama itu sesuai dengan Firman Tuhan. Selain itu, Istri juga harus baik dan menghormati suaminya (Efesus 5:33b … dan isteri hendaklah menghormati suaminya; Amsal 31:12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.)

Mengenai kesetaraan untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperjuangkan Kartini, Allah juga berfirman mengenai perempuan dalam kitab Amsal 31:26-27 “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya”.
Untuk menjadi seorang yang berhikmat, tentu pendidikan sangatlah penting. Dalam hal ini Tuhan menghendaki bahwa setiap wanita harus memiliki pendidikan untuk memperoleh hikmat agar ia dapat mengajar dan mendidik anak-anaknya.

Pendidikan Emansipasi pada Anak dalam Keluarga
Namun untuk membentuk seorang anak laki-laki agar kelak setelah mereka dewasa dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pria dewasa yang sesuai dengan rancangan Allah dipengaruhi oleh pendidikan yang diterimanya dalam keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Demikian juga agar seorang anak perempuan jika kelak menjadi wanita dewasa memiliki peran dan karakter seperti yang telah Tuhan rencanakan dan rancangkan untuknya, tidaknya semudah membalikkan telapak tangan, karena hal itu juga berkaitan dengan pendidikan anak dalam keluarga dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Dengan demikian, sedari awal kita perlu mendidik anak-anak kita agar ia mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya sesuai dengan rencana dan rancangan Allah untuk masing-masing pria dan wanita. Anak laki-laki perlu didikan yang akan mempersiapkan mereka untuk dapat menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Pemimpin yang rela berkorban dan mengasihi istri dan anggota keluarganya seperti kasih Kristus terhadap jemaat. Demikian juga dengan anak perempuan perlu didikan agar mereka juga dapat memahami peran, hak, dan kewajibannya sebagai perempuan seperti yang telah direncanakan dan dirancangkan oleh Allah, yaitu sebagai penolong pria dan taat pada pria yang kelak menjadi suaminya, senantiasa mendukung namun tidak mengambil alih dominasi dan bertingkah “menguasai”. Namun dengan perkembangan jaman, peran ini seringkali bergeser di mana anak perempuan makin tidak mengetahui peran dan posisinya, demikian juga dengan anak laki-laki. Dari sinilah biasanya kegagalan dalam banyak rumah tangga berakar, yaitu karena kurangnya pemahaman akan rancangan Tuhan mengenai peran masing-masing pria dan wanita. Kekurangpahaman ini juga bisa dikarenakan pendidikan dalam keluarga yang juga kurang mempersiapkan tiap anak laki-laki dan perempuan untuk dapat berperan seperti yang sudah Tuhan rancangkan.
Baik di rumah maupun di sekolah, sebaiknya anak laki-laki diajarkan mengenai tanggung jawab, dipersiapkan menjadi pemimpin yang nantinya dapat memimpin dan membimbing keluarganya. Tetapi bukan pemimpin yang otoriter dan semena-mena tetapi penuh kasih dan rela berkorban. Pekerjaan yang bersifat domestik seperi membersihkan dan merawat rumah, memasak, mencuci, merawat anak, mendidik anak, juga merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita. Demikian juga dengan anak perempuan yang sebaiknya juga dididik untuk memiliki hati yang bersedia sebagai penolong dan pendukung yang taat pada suami. Namun demikian, perlu ditanamkan juga bahwa posisi mereka adalah setara atau sepadan, bahwa pria sama hak dan kedudukannya dengan wanita. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Mereka harus saling menghormati dan menghargai. Saling mengasihi. (Ind).

Peringatan hari Kartini

Prestasi Siswa Athalia dalam Ricci Cup

Dalam rangka Ricci Cup XI, yang diselenggarakan SMP Ricci 2 Bintaro pada tanggal 18-25 Februari 2011, siswa-siswi Sekolah Athalia telah menorehkan prestasi sebagai berikut:
– Juara ke-1 Basket Putra
– Juara ke-1 Basket Putri
Tim basket putri: Rosa, Kezia, Manda, Gaby R, Stella, Fili, Esther, Tisa, Sarah Amanda, Michaela, Felicia, Brigitta.
Tim putra: Abram, Deni, Michael, Francis, Glenn, Aletinos, Jonathan Imanuel, John C, Oswell, Patrick, Clark/ Noel.
Selamat untuk pak Bowo dan timnya!

tim basket putri Sekolah Athalia

tim basket putra Sekolah Athalia

Liputan: Pentas Teater “Kepercayaan”

Smartclub Teater membuat warna baru di awal bulan Maret tahun ini. Aula SMP Athalia  pada tanggal 4 Maret 2011 penuh dengan gema suara anak- anak teater kelas 9. Drama yang dipentaskan kali ini, mengangkat tema ‘KEPERCAYAAN’. Walaupun yang berperan hanya anak teater kelas 9, akan tetapi kerja sama yang dilakukan dengan anak teater kelas 7 dan 8 sangat terlihat. Hal ini ditunjukkan saat di belakang layar sebelum pertunjukkan.

Setelah melakukan kegiatan Boys’ Brigade, sekitar pukul 8.oo pagi, pentas ini pun dimulai. Dalam durasi 30 menit, di luar dugaan penonton, para pemain dapat berakting dan berekspresi dengan baik dan berani, tanpa malu-malu meskipun harus memerankan adegan lucu, mesra ataupun menyanyi. Meskipun property yang digunakan sangat sederhana tapi justru kesederhanaan inilah yang membuat suasana menjadi harmonis dan tidak berlebihan. Efek suara pun sangat mendukung jalannya cerita.

Cerita berawal dari sebuah keluarga sederhana dengan 2 anak yang beranjak remaja. Jovita, si sulung, sangat cuek dan apa adanya. Berbeda dengan adiknya, Amanda. Amanda memiliki sifat yang sangat manja dan kekanak-kanakan. Karena perbedaan sifat inilah, mereka sering bertengkar. Untungnya, mereka memiliki ibu yang peduli dan perhatian.

Sampai suatu ketika, di pagi yang cerah, sang ibu menanyakan tentang apakah Jovita memiliki hubungan dengan seorang ‘cowok’. Tentu saja, Jovita menjelaskan tentang hubungannya dengan beberapa temannya. Uniknya, adegan-adegan ini diselingi dengan atraksi seperti dance, dan yang lebih menarik lagi adalah dimunculkannya karakter iblis dan malaikat. Kita diajak untuk merenung, apakah kita akan mengikuti kata – kata iblis atau Tuhan (yang diwakili oleh malaikat)?

Jovita kemudian menjelaskan bahwa, hubungan itu sekedar teman, tapi ada satu laki – laki yang menarik perhatiannya. Mereka berencana untuk pergi ke taman, tapi tentu saja, itu membutuhkan persetujuan dari sang bunda. Awalnya, ibu tidak mengijinkan bahkan melarangnya pergi keluar rumah dan berkata,”Kenapa tidak di rumah saja?”

Dengan sopan, Jovita menjawab bahwa sekarang mereka sudah besar. Mereka sudah bisa menjaga diri mereka dan tidak akan melewati batas. Akhirnya, ibu pun memberikan kepercayaan dan berkata,”Sekali saja kepercayaan itu hancur, maka akan sulit diperbaiki kembali.”

Dari pementasan ini, kita mendapat suatu pelajaran penting. Kepercayaan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibangun. Sebaliknya untuk menghancurkannya, mudah sekali. Untuk itu, kita harus menggunakan kepercayaan itu sebaik-baiknya. Sebab, kepercayaan seumpama waktu yang tidak bisa diulang kembali. Jika kita membuat kesalahan, waktu tidak akan kembali, yang bisa kita lakukan hanyalah adalah memperbaiki kesalahan itu di kemudian hari. Semoga pementasan ini dapat menumbuhkan semangat berkreasi anak-anak SMP Athalia yang lain! Tuhan memberkati. (aurell)

Sekali saja kepercayaan itu hancur, maka akan sulit diperbaiki kembali

Oleh: Aurellia Widjaja, anggota Smart Club Writing

liputan khusus