Dari Senin sampai Jumat Marcie selalu bangun pagi-pagi, berjalan ke stasiun kereta, dan naik kereta selama empat puluh lima menit ke Boston sebagai seorang pelaju atau komuter (Penumpang ulang-alik/ bolak-balik). Di sana ia pindah ke subway yang membawanya ke kantor. Hal yang sama dilakukannya setiap hari selama setahun. Kemudian ia berhenti dari pekerjaannya untuk belajar sebagai asisten dokter. Di minggu-minggu terakhir kerjanya, petugas subway memberinya tiket gratis untuk dua minggu terakhir. Pada hari terakhir ia pergi bekerja, para penumpang di kereta mengadakan pesta perpisahan untuknya.
Menurut Anda, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang memotivasi sekelompok orang pelanggan komuter kereta mengadakan sebuah pesta untuk seorang penumpangnya? Biasanya, para penumpang menyibukkan diri dengan surat kabar, buku, dan walkman, atau mereka akan langsung menuju kantor virtual mereka dengan menyalakan laptop mereka segera setelah mereka duduk di kereta. Bagaimana ceritanya?
Marcie berumur dua puluh dua tahun. Menurut penuturannya, ia “bukanlah seorang yang mudah bergaul.” Tetapi sebagai pengikut Kristus, ia memutuskan untuk mengikuti perintah Yesus. Ia memutuskan untuk menumpang kereta dan bus yang sama setiap hari. Ia juga memilih untuk ada di antara penumpang-penumpang lainnya. Ia mulai tertarik menyapa mereka. Ia menghafal nama-nama mereka dan tertarik untuk mengenal keluarga mereka, berbagai keprihatinan mereka, serta minat mereka. Beberapa obrolan berlanjut dari satu kesempatan perjalanan ke kesempatan lainnya. Orang-orang mulai tahu. Marcie senang dan peduli pada mereka! Karena imannya merupakan bagian alami dari dirinya, maka hal iman pun menjadi bagian dari obrolan-obrolannya. Pesta spontan yang terjadi dalam kereta para komuter tersebut menunjukkan suatu jenis tanggapan bahwa prakarsa-prakarsa kecil Marcie diterima.
Dalam rangkaian kehidupan sehari-hari kita berpapasan dengan banyak orang yang sama. Saat bertemu dengan beberapa orang kita berhenti dan menyapanya. Kita bertanya mengenai akhir pekan mereka dan mengucapkan selamat ulang tahun pada mereka. Beberapa kita sapa dengan menyebut nama mereka, beberapa orang lainnya kita sapa dengan senyuman dan anggukan. Beberapa lainnya mungkin kita acuhkan. Kita melewati mereka begitu saja. “Merekalah orangnya,” kata Yesus- yang biasa kalian abaikan- kepada merekalah khususnya Aku ingin kalian memberi salam!
Kisah ini dapat ditemukan dalam buku Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat. Melalui buku ini Jim Petersen dan Mike Shamy berusaha memaparkan bagaimana kita sebagai manusia sebenarnya dapat terus berbuah serta menjadi garam dan terang bagi lingkungan sekitar kita. Bahkan lewat hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita. Buku ini tersedia di perpustakaan SMP/SMA Sekolah Athalia atau anda bisa membelinya di toko buku terdekat. Selamat membaca!