Cas Camp Kelas 8: Belajar Peduli dan Berbagi

Oleh: Beryl Sadewa, guru SMP

Pada 17–18 Januari, Sekolah Athalia mengadakan Caring and Sharing Camp yang diikuti siswa-siswi kelas 8. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran siswa-siswi kelas 8 untuk mengasihi sesama (caring), menerima mereka dan rela berkorban (sharing) bagi mereka, seperti Allah juga sudah mengasihi mereka dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal menggantikan mereka sehingga mereka tidak binasa dan beroleh hidup kekal.

Melalui kegiatan ini mereka diharapkan dapat mengaplikasikan Caring and Sharing kepada teman-teman mereka, lingkungan sekolah, dan orang tua. Untuk itu, ada beberapa kegiatan yang dilakukan, meliputi permainan, seminar, group sharing, dan kerja bakti di lingkungan sekolah.

Kegiatan permainan di hari pertama dirancang untuk menarik minat siswa, sekaligus sebagai sarana mereka belajar, bahwa tiap orang memiliki peran masing-masing, yang harus dijalankan dengan baik. Permainan ini dilakukan dalam kelompok, dan tiap kelompok terdapat beberapa orang dengan peran yang berbeda-beda. Tiap kelompok kemudian harus menyelesaikan misi yang diberikan kepada mereka di tiap pos yang mereka kunjungi.

Melalui seminar dan group sharing, mereka belajar untuk memahami diri sendiri dan teman-teman mereka sehingga mereka mulai belajar untuk memperhatikan kebutuhan teman-temannya, dan berusaha membantu mereka memenuhi kebutuhan tersebut. Sementara kegiatan kerja bakti di lingkungan sekolah mengajarkan mereka untuk peduli terhadap lingkungan.

Pada sesi group sharing, siswa membagikan pengalaman mereka selama mengikuti kegiatan di hari pertama. Mereka terlihat menikmati kegiatan ini, terutama saat permainan. Beberapa dari mereka terlihat terkejut ketika mereka melihat teman-teman mereka yang sehari-hari terlihat tidak terlalu menonjol dalam pergaulan, ternyata juga bisa menjalankan peran dalam kelompok dengan baik. Beberapa di antara mereka juga bahkan terkejut ketika mereka ternyata juga mampu mengerjakan tanggung jawab yang dipercayakan kepada mereka dengan baik. Mereka terlihat lebih percaya diri setelah menyadari hal tersebut.

Mereka juga membagikan pengalaman mereka, bahwa saat kegiatan, terutama saat permainan, mereka melihat banyak tindakan teman-teman mereka (terutama yang sekelompok) yang menunjukkan kepedulian kepada sesama anggota kelompok. Saat group sharing mereka juga belajar lebih memahami teman-teman mereka, kelebihan dan kekurangan mereka. Mereka juga membuat komitmen untuk lebih peduli kepada teman-temannya, terutama yang membutuhkan bantuan.

Memaknai arti keluarga
Pada hari Sabtu, anak-anak mendapatkan pengarahan mengenai makna keluarga bagi mereka. Dalam sesi seminar bersama Riggruben, mereka diajak untuk menggali alasan kenapa selama ini terjadi miskomunikasi antara mereka dan orang tua. Dengan mengetahui posisi orang tua dan berusaha memahami pola pikir orang tua, diharapkan anak-anak bisa memahami bahwa orang tua mereka pun masih terus belajar dan kasih orang tua untuk mereka tak akan pernah surut.

Di tempat lain, di saat yang bersamaan, para orang tua siswa kelas 8 dikumpulkan di Aula F untuk mendapatkan insight dari Ibu Charlotte.Orang tua diajak untuk merenungi: berapa harga anakku? Bagaimana aku memandang keberhargaan mereka?

Harga seorang anak bukan dari pencapaiannya, tetapi karena kasih Tuhan kepada mereka. Dalam sesi ini, orang tua juga diajak untuk memahami satu konsep penting, yaitu Tuhan menciptakan setiap manusia dengan tujuan tertentu—dan bersifat spesifik. Jadi, mengasihi anak perlu dilakukan secara penuh, tanpa melihat kepintaran, kemolekan wajah, dan lain sebagainya.

Di akhir sesi, anak dan orang tua dipertemukan. Mereka diharapkan melakukan rekonsiliasi, saling menyampaikan isi hati. Sesi pemberian hadiah oleh orang tua bisa dimaknai sebagai simbol kasih orang tua kepada anak—walau tidak melulu kasih dilambangkan dengan hadiah.

Harapannya, kegiatan kali ini mampu memberikan kesan mendalam untuk anak maupun orang tua, khususnya dalam hal memelihara relasi di antara mereka.

Rekoleksi SMP Belajar Menerima dan Memaafkan


Oleh: Felicia

Tidak terasa, sebentar lagi angkatan X SMP Athalia akan naik ke jenjang pendidikan berikutnya, yaitu SMA. Begitu banyak kenangan yang sudah tercipta selama 3 tahun mereka berada di jenjang SMP. Datang masa mereka mengikuti kegiatan Rekoleksi. Rekoleksi berasal dari bahasa Inggris yaitu recollect yang berarti mengingat kembali atau mengumpulkan kembali. Mengingat kembali tentu saja akan membawa kita kepada kejadian-kejadian yang paling berkesan, baik peristiwa yang menyenangkan maupun tidak. Melalui kegiatan ini, para siswa diharapkan dapat melakukan refleksi diri dan rekonsiliasi sehingga akhirnya memiliki relasi yang lebih baik dengan teman-temannya dan guru.

Rekoleksi SMP Athalia diadakan pada Kamis, 2 Mei 2019–Jumat, 3 Mei 2019. Hari pertama, kegiatan diawali dengan sharing Firman Tuhan oleh Bapak Hery Ciu tentang acceptance dan forgiveness. Sharing ini dimaksudkan sebagai “bridging” bagi anak menghadapi tahapan berikutnya: melakukan rekonsiliasi dengan teman, guru, dan orangtua. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan talkshow yang dimoderatori oleh Bu Nosta dan sharing dari salah seorang guru, yaitu Bapak Beryl Sadewa, yang memberikan kesaksian tentang relasi dengan orangtua.

Pada hari pertama ini, para siswa juga diberikan waktu khusus untuk melakukan rekonsiliasi dengan guru yang diawali dengan sharing oleh Ibu Ni Putu Mustika Dewi dari PK3 mengenai pengalamannya ketika bersekolah di SMP. Rekonsiliasi dengan teman dimulai dalam kelas yang didampingi wali kelas dan partnernya masing-masing kemudian dilanjutkan rekonsiliasi dengan teman seangkatan.

Pada hari kedua, anak-anak diajak untuk mengikuti acara kebersamaan yang diadakan di Taman Impian Jaya Ancol. Siswa dibagi dalam kelompok yang akan singgah ke tiga tempat, yaitu Pasar Seni, Outbondholic, dan pantai. Di tiap tempat ada kegiatan khusus yang harus mereka lakukan bersama kelompok. Kegiatan ini diharapkan bisa merekatkan relasi antarsiswa agar mereka bisa semakin mengenal satu sama lain dan belajar bekerja sama dalam tim.



Every Life has a Story

“Every life has a story.. setiap orang memiliki cerita kehidupannya masing-masing jika kita mau menyediakan waktu untuk mencari tahu..” Rasa empati dibutuhkan untuk kita mau lebih peduli pada cerita dan perasaan orang lain. Empati inilah yang sebenarnya ingin dibangun dalam Caring and Sharing Camp kelas VII tahun ini. Selama dua hari satu malam, para siswa terus-menerus didorong untuk mau lebih care atau peduli pada orang lain, secara khusus pada teman-teman sekelas.

Kegiatan diawali dengan pemaparan fenomena-fenomena yang banyak terjadi di sekitar siswa. Fenomena seperti kekerasan secara verbal atau fisik yang biasa disebut bullying, ketidakpedulian siswa pada pergumulan yang dialami teman-temannya ataupun tidak adanya keinginan untuk menerima teman mereka apa adanya. Karakter caring dan sharing, itulah dua hal yang dibutuhkan para siswa.

Karakter caring dan sharing memang merupakan karakter yang menjadi profil dari para siswa SMP. Diharapkan ketika mereka lulus dari SMP Athalia, mereka sudah menjadi pribadi yang memiliki keinginan dan keterbebanan untuk lebih peduli dan mau berbagi pada orang lain.

Pada hari pertama, siswa diberikan penjelasan mengenai perlunya menjadi pribadi yang peduli dan langkah-langkah untuk menjadi pribadi yang peduli dan mau berbagi. Mulai dari hal-hal kecil, seperti tersenyum dan mau mendengarkan atau memperlakukan orang lain sebagaimana mereka ingin diperlakukan hingga menjadi sukarelawan dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Para siswa juga diajak untuk mau memberi penguatan dalam bentuk pujian, semangat atau motivasi pada teman-teman mereka. Salah satunya adalah melalui permainan Human and Angel dimana masing-masing siswa menjadi angel atau malaikat sekaligus menjadi human. Setiap angel mendapat tugas untuk memberikan tulisan-tulisan penyemangat/ motivasi/ pujian pada satu human yaitu teman sekelas mereka sendiri. Tulisan dalam bentuk surat diberikan secara anonim sehingga para human tidak akan mengetahui identitas angel mereka. Selain melalui Human and Angel setiap kelas juga secara bergantian melayani kelas lain saat jam makan dengan membantu mengambilkan atau membagikan makanan.

Melalui beberapa tugas ini, diharapkan setiap siswa yang tadinya sama sekali tidak peduli pada temannya mau mulai memperhatikan teman-teman di sekitar mereka. Mengetahui apa yang teman-temannya butuhkan dan inginkan serta mau merendahkan hati untuk melayani mereka. Begitu pula halnya yang diajarkan melalui games atau permainan yang dilakukan pada hari kedua.

salah satu kelompok pemenang poster
Bersama teman kelompok mereka harus bisa melalui beberapa tantangan yang membutuhkan kerjasama dan pengertian akan masing-masing anggota kelompok. Bila masing-masing siswa hanya mau menang sendiri maka mereka tidak akan bisa berhasil memenangkan permainan tersebut. Mereka juga diajarkan untuk mau berkorban bagi kelompok mereka dan bahwa tidak ada satu pun siswa yang tidak berguna dalam kelompok. Setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing.

Kelompok yang memenangkan permainan juga diberikan apresiasi atas kerja keras mereka dengan pemberian hadiah. Memang diharapkan para siswa tidak hanya melihat hadiah yang diberikan. Hadiah hanyalah bonus dari kerja keras mereka dan bahwa yang terpenting adalah berbuat sebaik mungkin untuk menjadi pribadi yang lebih peduli. Selain itu, para siswa juga diberi waktu untuk membuat poster untuk mengkampanyekan karakter caring dan sharing. Poster-poster tersebut akan ditempel di kelas mereka masing-masing untuk menjadi pengingat bagi mereka agar tetap terus menjalankan karakter tersebut dalam kehidupan mereka.

salah satu kelompok pemenang poster
Menjadi pribadi yang empati adalah modal untuk membawa kedamaian di dunia. Khususnya di jaman sekarang ini dimana setiap orang seakan hidup dalam dunianya sendiri dengan segala fasilitas yang mereka miliki. Seharusnya justru dengan kemudahan dalam berinteraksi dan bersosialisasi kebaikan itu dapat dengan lebih cepat dan luas disebarkan. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Kita terjebak untuk selalu memikirkan hal-hal yang jauh dari kita dan melupakan orang-orang di dekat kita yang membutuhkan perhatian ataupun pertolongan.

Mengatasi hal tersebut maka anak-anak sejak kecil harus dibiasakan untuk mau memperhatikan orang di sekitar mereka. Biarkan anak-anak kita bermain dengan teman-teman mereka dan tidak hanya bermain di dunia maya. Biarkan mereka merasakan dinamisnya pergolakan emosi yang dimiliki setiap orang dan mau mengambil waktu untuk memikirkan apa yang dirasakan orang lain. Tuhan ingin agar kita dapat menjadi berkat bagi sesama dan bukan hanya mementingkan kesejahteraan diri sendiri. Mau peduli dan berbagi dengan penuh belas kasih, kerendahan hati, dan murah hati, sehingga melalui kita pun berkat Tuhan dapat terus tercurah. Mari peduli, mari berbagi. (LDS)

“Too often we underestimate the power of a touch, a smile, a kind word, a listening ear, an honest compliment, or the smallest act of caring, all of which have the potential to turn a life around.”

– Leo Buscaglia –