“Siapa di sini yang ingin menjadi anak yang keren?”
“Siapa di sini yang merasa keren?”
Dua pertanyaan ini menjadi pembuka dalam rangkaian acara pembinaan yang dilakukan oleh tim kerohanian dan karakter di kelas VIII dan IX awal Desember lalu.
Selama dua hari di kelas VIII dan satu hari di kelas IX, para siswa diajarkan mengenai konsep keren atau cool. Konsep keren dibahas setelah melihat begitu banyak remaja yang melihat konsep keren hanya sebatas penampilan luar dan melupakan karakter yang juga harus dimiliki seorang pribadi yang keren.
Perubahan jaman dan era globalisasi tanpa disadari telah mengubah begitu banyak budaya di negara kita. Pengaruh budaya luar seperti budaya Barat maupun Korea yang masuk melalui media telah membuat serangan bertubi-tubi pada generasi muda sekarang ini. Berbondong-bondong anak-anak remaja mulai fokus hanya pada memperhatikan penampilan dan pergaulan mereka. Konsep mengenai profil pribadi yang popular dan disukai oleh masyarakat pun mulai bergeser sedikit demi sedikit.
Para pria mulai membentuk tubuh dengan pergi ke gym dan juga anak-anak perempuan mulai mencoba bereksperimen dengan baju-baju yang sedang tren di pasaran. Sebelumnya orang tua hanya perlu mengkhawatirkan dan memerhatikan pergaulan anak-anak mereka, tetapi sekarang mereka juga harus memperhatikan dan mengurus penampilan anak-anak mereka. Namun tak hanya dari segi penampilan, konsep keren yang salah seperti merokok ataupun mem-bully orang lain agar dianggap keren atau dihargai orang juga harus diperbaiki.
Anak remaja saat ini perlu memahami bahwa keren itu seharusnya tidak hanya sebatas mengikuti tren yang ada di masyarakat, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang memberkati orang lain dengan talenta yang kita miliki. Bagaimana kita bisa menjadi contoh dan teladan tidak hanya dari penampilan, tetapi juga dari sikap, perkataan, serta perbuatan kita.
Pak Benny sebagai pembawa renungan meminta para siswa merenungkan sebuah ayat dari Pengkhotbah 11:9 yang berbunyi demikian,
“Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!”
Para siswa tidak dilarang untuk menikmati masa muda mereka, tetapi mereka juga harus memahami bahwa hidup mereka bukanlah milik mereka sendiri melainkan milik Tuhan. Maka dari itu segala apa yang mereka lakukan harusnya sesuai dengan kehendak dan ketetapan yang telah Tuhan berikan. Kita juga harus menjaga dan merawat diri kita sebagai bentuk rasa syukur dan menggunakannya hanya untuk kemuliaan Tuhan.
Para siswa kemudian diminta untuk menuangkan kembali pemahaman yang telah mereka terima dalam bentuk pembatas buku, poster, maupun drama. Melalui proyek ini siswa juga diminta untuk mengkampanyekan konsep keren yang benar sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari. Melalui kegiatan ini dapat terlihat bagaimana para siswa sebenarnya sudah menyadari apa yang seharusnya dilakukan. Namun meski begitu mereka tetap memerlukan arahan dan bimbingan dari para guru serta orang tua dalam menghadapi setiap pergumulan mereka sehari-hari.
Orang tua maupun para guru tetap harus waspada dalam mengarahkan anak remaja. Kita harus menyadari bahwa mereka sedang berada dalam masa pembentukan identitas diri. Remaja dari usia 12 hingga 22 tahun berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mulai bermunculan dalam diri mereka, contohnya seperti siapakah aku? Apakah aku? Aku ingin menjadi pribadi yang bagaimana nantinya?
Oleh karena itu bimbingan dan arahan orangtua maupun guru adalah hal yang krusial bagi para remaja dalam menghadapi perkembangan pesat yang terjadi dalam diri mereka. Masa-masa ini akan menentukan masa depan mereka dan yang berarti juga menentukan masa depan bangsa kita.
Maka dari itu marilah kita bersama-sama berusaha merangkul pribadi setiap anak untuk membangun generasi yang lebih berkarakter dan mau hidup seturut pimpinan Tuhan. (LDS)