20 Strategi Menolong Anak untuk Mengembangkan Karakter Baik

20 saran di bawah ini dikutip dari buku Dr. Helen LeGette, Parents, Kids & Character: Twenty-One Strategies to Help Your Children Develop Good Character. Dia membagikan kepada kita ilmu dan pengalaman yang berasal dari kesuksesan 33 tahun karirnya sebagai pemimpin di bidang pendidikan-sebagai guru, konselor, dan pengelola. Dia tahu bahwa anak-anak yang memiliki batasan-batasan di rumah dan memiliki orang tua dengan harapan akan karakter yang baik, memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses di sekolah dan dalam karir pekerjaan mereka. Bukunya menawarkan ide-ide yang dapat diterapkan di berbagai bentuk keluarga.

1. Jadilah contoh atau teladan karakter di rumah.

Seperti pengamatan William Bennet dalam The Book of Virtues, “tidak ada satupun yang lebih berpengaruh, dan lebih menentukan dalam hidup anak selain kekuatan moral dari contoh yang bisu”. Jika kita ingin mencoba mempengaruhi karakter anak secara positif, maka hal yang sangat penting untuk  dilakukan adalah “Melakukan apa yang kita katakan”.

2. Perjelas nilai-nilai kita

Beritahukan kepada anak-anak mengenai sikap kita terhadap isu-isu penting di sekitar kita. Karakter sebenarnya berkembang di seputaran mengajar dan menangkap apa yang diajarkan. Jika kita ingin anak-anak menginternalisasi kebajikan yang kita hargai, kita harus mengajarkan kepada mereka apa yang kita yakini dan mengapa kita menyakini hal tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak sekali kesempatan untuk mengikutsertakan anak-anak dalam pembicaraan moral.

3.  Tunjukkan rasa hormat pada pasangan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.

Orang tua yang menghormati satu sama lain, yang berbagi tanggung jawab, dan yang memecahkan perbedaan dengan cara damai, menyampaikan pesan yang sangat kuat mengenai rasa hormat. Jika anak-anak mendapatkan pengalaman rasa hormat langsung dari dalam keluarga, lebih mudah bagi mereka untuk dapat menghormati orang lain. Sederhananya adalah, rasa hormat melahirkan rasa hormat.

4. Contohkan dan ajarkan sopan santun pada anak-anak

Minta seluruh anggota keluarga menggunakan sopan santun di rumah. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan sopan santun dan norma-norma sosial berasal dari rumah, dimana sikap sungguh-sungguh memperhatikan orang lain itu berakar dan berawal.

5.  Sesering mungkin makanlah bersama keluarga tanpa televisi.

Waktu makan adalah waktu yang sangat baik bagi orang tua untuk berbicara dengan anak, mendengar anak, dan memperkuat ikatan keluarga. Tidak jadi masalah apakah makanan tersebut masakan rumah atau makanan yang dibeli di luar, namun unsur yang terpenting adalah waktu berbagi bersama-waktu yang disisihkan untuk memperkuat rasa memiliki satu sama lain dan rasa peduli pada keluarga.

6.  Rencanakan sebanyak mungkin kegiatan-kegiatan  bersama keluarga.

Libatkan anak-anak dalam perencanaan. Kegiatan keluarga yang awalnya terlihat sangat biasa, seringkali ketika dilihat dan ditinjau kembali kegiatan itu sebenarnya adalah potongan memori keluarga yang sangat spesial dan mengesankan. “Kencan” antara ayah dan anak perempuan remaja, piknik keluarga di taman, darma wisata untuk membeli es krim di hari Minggu dapat memberikan waktu yang bermakna bagi kebersamaan dan saling berbagi sebagai sebuah keluarga.

7.  Jangan berikan akses pada anak untuk alkohol maupun obat-obat terlarang.

Teladankan perilaku yang benar mengenai alkohol dan obat-obat terlarang. Meskipun tekanan teman sebaya, kecemasan remaja, keinginan remaja akan hal-hal duniawi, dan pesan-pesan media mengagung-agungkan penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, namun keluarga memiliki pengaruh yang paling kuat apakah anak muda akan menyalahgunakan bahan-bahan tersebut atau tidak. Contoh dan teladan orang tua sangat penting dalam persoalan-persoalan yang berkaitan dengan obat-obat terlarang dan alkohol.

8.  Rencanakan proyek pelayanan keluarga atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebangsaan.

Inti dari karakter baik adalah perasaan peduli dan memperhatikan orang lain. Berbagai kesempatan proyek pelayanan keluarga tersedia di setiap komunitas, bahkan anak-anak kecil pun dapat berpartisipasi. Tindakan sederhana seperti membawakan makanan untuk tetangga yang sakit, memotong rumput di pekarangan rumah orang yang sudah tua, atau mengumpulkan baju-baju dan mainan untuk disumbangkan, akan menolong anak remaja belajar tentang sukacita menolong orang lain dan mengembangkan kebiasaan melayani.

9.  Membacakan buku untuk anak-anak kita dan menyimpan atau menyediakan bacaan yang baik di rumah.

Guru yang hebat selalu menggunakan cerita untuk mengajar, memotivasi, dan menginspirasi. Membaca bersama adalah bagian yang penting untuk menyampaikan warisan moral budaya dari generasi ke generasi. Pertanyaan dan pendapat anak-anak mengenai cerita memberikan pemahaman yang penting bagi orang tua mengenai pikiran, keyakinan, dan fokus perhatian anak-anak mereka.

10.  Batasi  pengeluaran atau belanja anak-anak.

Bantu anak-anak mengembangkan rasa menghargai pada hadiah, penghargaan atau reward yang bersifat non-material. Dalam budaya konsumerisme saat ini, anak remaja mudah untuk memercayai bahwa image-menggunakan baju yang “pantas”, mengendarai mobil yang “pantas”, dll-menggambarkan kesuksesan dan kebahagiaan. Orang tua dapat membuat sebuah pernyataan kuat tentang apa yang mereka hargai dengan menunjukkan bagaimana mereka mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dan bagaimana anak-anak mereka menghabiskan dana yang dipercayakan kepadanya.

11.  Diskusikan mengenai liburan dan maknanya.

Milikilah perayaan keluarga dan bangunlah tradisi keluarga. Abraham Lincoln mengamati bahwa dengan berpartisipasi dalam perayaan nasional menyebabkan orang-orang Amerika “merasa lebih terikat satu sama lain, dan terikat lebih kuat pada Negara dimana ia tinggal.” Memperhatikan liburan dan merayakan tradisi keluarga tidak hanya mengembangkan rasa keterikatan dan kekeluargaan dengan orang lain, tetapi hal ini juga menjadi perekat khusus yang mengikat kita bersama-sama sebagai manusia, anggota keluarga, dan warga negara.

12.  Memanfaatkan “saat mendidik”

Gunakan berbagai situasi untuk memicu diskusi keluarga tentang isu-isu penting. Beberapa pendidikan karakter yang paling efektif dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sedang berlangsung di dalam keluarga. Orang tua dan anak berinteraksi satu sama lain, mereka juga berinteraksi dengan orang lain di luar rumah, tak terhitung situasi yang dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran berharga tentang tanggung jawab, empati, kebaikan, dan belas kasih.

13.  Berikan tanggung jawab pekerjaan rumah untuk seluruh anggota keluarga.

Meskipun seringkali lebih mudah melakukan sendiri tugas-tugas rumah-membersihkan meja, membuang sampah, menaruh piring kotor di mesin cuci piring-daripada menunggu anak-anak kita mengerjakannya, namun kita memiliki kewajiban untuk menolong anak-anak belajar menyeimbangkan kebutuhan dan harapan mereka  terhadap anggota keluarga lain-dan pada akhirnya pada anggota masyarakat lainnya.

14.  Tetapkan ekspektasi untuk anak-anak dan pertahankan agar mereka bertanggung jawab atas tindakannya.

Menentukan batasan yang rasional dan menerapkannya dengan benar akan menjadikan orang tua sebagai pemimpin moral di dalam rumah. Hal ini akan memberikan rasa aman bagi anak dan remaja. Hal ini juga memungkinkan anak-anak tahu bahwa kita peduli pada mereka dan ingin mereka menjadi orang yang memiliki karakter baik.

15.  Jaga anak-anak tetap sibuk dalam kegiatan-kegiatan positif.

Anak-anak dan remaja memililki tingkat energi yang luar biasa, dan tantangannya adalah bagaimana menyalurkan energi tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti olah raga, hobi, musik, seni, atau ke dalam kelompok komunitas gereja atau anak muda, atau kepramukaan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempromosikan sikap memperhatikan orang lain, peduli, kerja sama dan juga memberikan anak perasaan berhasil.

16.  Belajar untuk mengatakan TIDAK dan jelaskan mengapa.

Sangat alami bagi anak-anak-khususnya remaja-untuk menguji batasan orang tua dan menantang otoritas orang tua. Terlepas dari protes yang diajukan anak, tindakan kasih sayang terbesar  yang dapat diberikan oleh orang tua adalah dengan selalu bersikap tegas dan melarang keterlibatan anak dalam kegiatan yang berpotensi melukai mereka.

17.  Ketahuilah anak-anak sedang berada dimana, melakukan apa, dan dengan siapa.

Orang dewasa perlu mengkomunikasikan dengan berbagai cara bahwa kita peduli pada anak-anak dan mengharapkan yang terbaik dari mereka, tetapi kita juga menganggap serius tanggung jawab kita untuk membangun standar, memonitor, mendampingi, dan mengawasi mereka. Dengan resiko dianggap “kuno”, bersikeraslah untuk bertemu teman-teman dan orang tua dari teman-teman anak kita.

18.  Jangan menutup-nutupi atau membuat alasan untuk membenarkan perilaku anak yang tidak pantas.

Melindungi anak-anak dan remaja dari konsekuensi logis atas tindakan mereka akan membuat kita gagal mengajarkan mereka tentang tanggung jawab individu. Hal ini juga akan merusak kebiasaan/ budaya sosial dan hukum, karena kita memberi kesan pada mereka bahwa mereka entah bagaimana caranya dapat dibebaskan dari peraturan yang mengatur perilaku orang lain.

19.  Ketahuilah acara televisi, video, dan film apa yang ditonton oleh anak-anak.

Meskipun ada beberapa bahan tontonan yang baik, namun informasi pornografi dan informasi yang penuh dengan kebencian semakin marak dan menjamur, sehingga sangat mudah diperoleh oleh anak remaja kita. Dengan perkataan dan contoh, ajarkan anak-anak kebiasaan bertanggung jawab dalam menonton. Jika kita mengetahui bahwa anak telah menonton sesuatu yang  tidak pantas, berterus teranglah dan bagi perasaan kita mengenai hal itu, kemudian diskusikan mengapa bahan tontonan yang tidak pantas itu menyakiti dan mengganggu nilai-nilai keluarga.

20.  Ingat bahwa kita adalah orang dewasa.

Anak-anak tidak membutuhkan kita sebagai teman lain, tetapi mereka sangat membutuhkan kita sebagai orang tua yang peduli untuk mengatur dan menetapkan batas-batas yang tepat untuk perilaku mereka. Terkadang mengatakan “ayah saya tidak mengijinkan saya” dapat memberikan anak-anak remaja pelarian yang nyaman ketika mereka tidak ingin ikut serta dalam kegiatan yang meragukan.

Adapted from Parents, Kids, & Character by Helen LeGette. – Available from the National Center for Youth Issues or from the Character Development Group. Used by permission.

Sumber: http://charactered.net -IB/ Tim karakter

 

Be on Time Day Kelas I SD Athalia

Dengan antusias seluruh siswa/i SD kelas 1 melihat dan mendengar cuplikan kisah hidup Tito; seorang anak laki-laki yang tidak mau bersegera sehingga ia terlambat datang ke sekolah dan membuahkan penyesalan pada akhirnya.  Kisah ini dikemas secara sederhana namun menarik dalam pementasan panggung boneka. Sesi ini merupakan sesi pembukaan sekaligus pengantar ibadah acara karakter kelas 1 “Be On Time (BOT) day”. Sesi demi sesi diikuti oleh siswa/i dengan antusias sepanjang hari Senin, 5 September 2018 sejak pukul 07.00 hingga pukul 15.00WIB.

Diharapkan siswa/i mulai memahami pentingnya karakter “Tepat Waktu” di dalam hidup mereka, meski masih kanak-kanak. Dengan belajar tepat waktu berarti siswa/i menghargai waktu yang Tuhan berikan kepada dirinya dan kepada orang lain sekaligus menghargai keberadaan orang lain. Kebenaran tentang tepat waktu dipaparkan melalui beragam aktivitas; role play, nonton film, silent reading dan 4 macam permainan di dalam kelompok. Tak ketinggalan tagline tepat waktu pun diulang di tiap sesi, “Waktuku istimewa… waktumu istimewa… karena Tuhan yang memberikannya!”

Penting diketahui bersama bahwa belajar menghargai waktu adalah proses yang panjang bagi siswa/i kelas 1, oleh sebab itu penting bagi para guru, staf dan orang tua untuk membimbing anak-anak dalam proses ini. (Ni Putu Mustika Dewi – Staf PK3).

Be On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time DayBe On Time Day

Sekilas tentang Retret Kelas VII SMP Athalia 2018

Seperti tahun sebelumnya, tahun ini kelas VII SMP Athalia kembali mengadakan retret untuk seluruh siswa baru. Retret ini bertujuan agar setiap siswa dapat mengawali perjalanannya di SMP Athalia untuk senantiasa bertumbuh dan menjadi serupa dengan Kristus.

Tema retret SMP Athalia tahun ini adalah He Changes Me”. Diharapkan setiap peserta yang ikut, baik murid ataupun guru dapat semakin bertumbuh dalam hal pengenalan akan Tuhan dan dapat berubah menjadi semakin baik, dengan kesadaran dan keyakinan bahwa perubahan itu dimulai karena Kristus yang telah mengubahkan kita. Semua yang kita miliki di dunia ini, bahkan keselamatan yang kita miliki berasal daripada Kristus.

Dalam retret kali ini, kegiatan lebih banyak difokuskan pada kelompok-kelompok kecil. Siswa berkumpul dalam kelompok kecil bersama guru pendamping mereka. Di dalam kelompok kecil itu para siswa dapat sharing tentang pengalaman mereka dan apa yang berkesan bagi mereka. Selain sharing tentang pengalaman, juga ada sesi bermain games bersama. Banyak siswa yang menyukai kegiatan ini karena di sini mereka belajar untuk lebih mengenal satu dengan yang lain. Melalui kelompok-kelompok kecil ini, mereka juga diajak untuk saling berpendapat tentang materi yang diterima dalam setiap sesi, yang tentunya didampingi dan diarahkan oleh guru pendamping kelompok.

Retret kelas VII bukan hanya sebagai ajang liburan atau refreshing bersama, namun dalam retret ini anak-anak dibentuk untuk belajar mandiri, belajar disiplin dan yang lebih penting adalah bertumbuh dalam Tuhan. Ya, guru-guru yang menjadi panitia retret sepakat bahwa selain untuk membawa anak-anak semakin mengenal Tuhan, kami juga berharap agar melalui retret ini, anak-anak semakin disiplin dalam menjalani kehidupannya. Dimulai dari tepat waktu, makan dengan teratur, dan tidak menyisakan makanan yang ada.

Setelah kegiatan retret ini banyak anak yang memberi kesaksian, bagaimana mereka belajar untuk mandiri, semakin berserah pada Tuhan, lebih disiplin dan berkomitmen untuk menggunakan kemampuan mereka untuk masa depan dan memuliakan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

(Unit SMP) 

Retret Kelas X SMA Athalia 2018

SMA Athalia mengadakan retret bagi siswa baru kelas X di Wisma Anugerah, Gunung Geulis, Bogor pada tanggal 1 s.d 3 Agustus 2018 dengan tema “NEW CREATION”. Retret ini bertujuan untuk memberitakan Injil dan meletakkan dasar-dasar pemuridan serta menumbuhkan karakter yang baik kepada siswa baru kelas X.

Retret tahun ini memadukan simulasi/games dan seminar. Simulasi, diskusi, dan sesi yang dibuat berotasi mengefektifkan penyajian materi yang padat dengan sistem yang dinamis.

Kesatuan hati dan kapasitas tim yang mumpuni mampu bersinergi dengan baik dalam mendukung pelaksanaan retret tahun ini. Salah satu penentu keberhasilan retret ini adalah adanya keterlibatan alumni yang sangat signifikan sebagai WL, pemusik dan fasilitator. Selain itu, pembicara internal dari Athalia juga menjadikan retret menjadi lebih kontekstual.

(Unit SMA)

Initiative Day kelas V SD Athalia

Initiative Day adalah salah satu program belajar yang diupayakan Sekolah Athalia untuk mengembangkan karakter inisiatif siswa-siswi kelas V. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Agustus 2018 pada pukul 07.00-16.30. Kegiatan diawali dengan foto per kelas dan dilanjutkan dengan senam di lapangan belakang SD Athalia, kemudian siswa-siswi diarahkan ke aula A untuk mengikuti acara selanjutnya. Tidak seperti Initiative Day biasanya, kali ini anak-anak dengan semangat memasuki ruangan dalam parade grup.

Acara dibuka oleh ibu Dewi selaku kepala SD Athalia dan dilanjutkan dengan ibadah. Firman Tuhan yang melandasi karakter inisiatif disampaikan oleh bapak Haries. Setelah itu, siswa/i mendapat pengarahan tata tertib dan pengumuman proyek dari bu Lisa. Proyek yang diberikan adalah membuat tempat pensil dan bingkai puzzle dari stik es krim dan bahan-bahan lain yang disediakan. Siswa/i tidak diberitahu kapan proyek tersebut harus dikerjakan ataupun dikumpulkan. Hal ini melatih mereka untuk berinisiatif menyelesaikan tugas. Kemudian, mereka dapat istirahat sejenak dengan menikmati snack yang disediakan.

Acara dimulai kembali dengan penjelasan perjalanan karakter siswa/i dan pemaparan sedikit materi; diikuti dengan briefing untuk permainan pos. Siswa/i yang terbagi dalam 8 kelompok ini akan bermain di 4 pos yang mengajarkan mereka untuk berinisiatif dalam menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan. Guru-guru yang menjaga pos tidak memberikan instruksi secara langsung pada mereka namun sesekali hanya menanyakan “Setelah selesai bermain, apa tanggung jawabmu?”atau mengingatkan bahwa kelompok lain juga akan bermain di pos tersebut. Setelah semua permainan selesai, siswa/i diberikan penjelasan secara singkat mengenai makna dari permainan yang telah mereka lakukan.

Setelah lelah bermain, siswa/i makan siang untuk mengisi kembali energi mereka kemudian berkumpul di aula untuk mendapat pemaparan materi yang akan disimulasikan dalam “pencarian harta karun”. Masing-masing kelompok mendapat sebuah peta yang menggambarkan lokasi-lokasi di mana mereka akan mengambil harta karun. Ada 4 amplop harta karun yang harus mereka kumpulkan yang kemudian akan disusun menjadi sebuah puzzle. Namun, selama dalam perjalanan dari 1 lokasi ke lokasi lainnya, mereka akan menemui berbagai macam kondisi yang membutuhkan inisiatif mereka dalam peduli pada sesama dan hal-hal yang terjadi di sekitar mereka, seperti: ada guru yang sakit, ada guru yang kesulitan membawa banyak sekali barang, ada kelas yang berantakan, dan ada sampah yang berserakan. Setelah semua harta karun terkumpul, mereka kembali ke aula untuk mendapat kesimpulan, kemudian diberikan waktu bebas.

Dalam waktu bebas, siswa/i tidak diberikan perintah – mereka dapat beristirahat, bermain, atau diharapkan mereka dapat berinisiatif mengerjakan proyek yang diberikan. Ketika siswa/i berkumpul kembali di aula, hampir semua kelompok telah menyelesaikan proyek mereka, lengkap dengan tempat pensil, 3 buah puzzle yang mereka dapat dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, serta bingkai yang telah dihias. Ibu Lisa memimpin pembahasan proyek dan memberi apresiasi atas inisiatif mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Hasil karya mereka dipajang di kelas untuk senantiasa mengingatkan mereka akan karakter inisiatif yang telah mereka pelajari.

Sebelum menutup serangkaian acara di Initiative Day, siswa/i diberikan snack sore. Initiative Day ditutup dengan pembagian souvenir sebagai bentuk apresiasi atas pembelajaran yang mereka telah lakukan selama satu hari itu. Mereka juga menuliskan komitmen pada lembar komitmen/ proyek yang akan mereka lakukan di sekolah/ di rumah selama semester 1.

Initiative Day telah berakhir, namun pembelajaran karakter akan terus berlangsung di keseharian mereka di kelas 5 ini, bahkan sampai seumur hidup. Ada banyak cerita menarik yang terjadi selama kegiatan Initiative Day. Ada anak yang sudah taat aturan, ada juga yang masih harus diberi waktu untuk akhirnya menyadari bahwa ia perlu mengikuti aturan tanpa terus diingatkan. Ada anak yang cuek terhadap guru yang sakit, namun ada juga yang rela tidak ikut melanjutkan permainan bersama kelompoknya untuk menemani guru tersebut. Ada yang peka membereskan kelas yang berantakan, ada pula yang awalnya tidak menyadari apa yang harus dilakukan namun mau kembali di tengah pengejaran “harta karun”-nya untuk membereskan kelas. Seberapapun perkembangan karakter anak-anak kita, kita percaya bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam hati setiap mereka. Tuhan yang menyatakan diri-Nya untuk mereka kenal, akan memampukan anak-anak kita untuk dapat bertumbuh dan membuahkan karakter Kristus dalam hidup mereka. (Bella – PK3).

initiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_dayinitiative_day

Karnaval SD Athalia 16 Agustus 2018

Tidak seperti biasanya, hari Kamis 16 Agustus 2018, anak-anak SD Athalia datang ke sekolah dengan mengenakan baju adat, baju batik, dan baju profesi. Ada yang mengenakan baju adat Bali, Papua, Jawa, Sunda, Betawi, baju tentara, baju pilot, dan lain-lain. Mereka juga datang dengan sepeda yang sudah dihias kertas hias berwarna merah dan putih. Suasana semakin meriah karena anak-anak membawa tutup kaleng yang dibuat sebagai alat musik untuk ditabuh. Seru ya… Ya, mereka akan melaksanakan karnaval dalam rangka memperingati HUT Republik Indonesia yang ke-73. Mereka berjalan sepanjang kurang lebih 1 Km mengitari area persekolahan Athalia. Dengan penuh semangat anak-anak berjalan sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu daerah. Iringan musik angklung dan genderang tutup kaleng terdengar membahana. Keringat yang mengalir deras tidak menyurutkan semangat siswa dan siswi SD Athalia untuk menyelesaikan karnaval ini. Melalui karnaval ini, kita ingin mengajak anak-anak untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi meraih kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita juga ingin menumbuhkan jiwa dan semangat patriotisme ke dalam sanubari anak-anak sejak usia dini. Generasi muda yang kuat dan pantang menyerah adalah pondasi yang dibutuhkan untuk membangun negara Indonesia ke arah yang lebih baik dan sejahtera. Merdeka!

 (Liputan & foto oleh: YS)

karnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnavalkarnaval

UPACARA BENDERA HUT RI ke-73

Rasa bangga dan haru melihat siswa dan siswi SMA Athalia yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera, melangkah tegap berderap serempak membawa Sang Saka Merah Putih untuk dikibarkan di langit Indonesia pada HUT Republik Indonesia yang ke-73. Sebagai generasi muda penerus bangsa, siswa dan siswi SMP dan SMA Sekolah Athalia bersama para guru dan karyawan Sekolah Athalia menyelenggarakan upacara bendera untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Bapak Presno Saragih, selaku Pembina Upacara menekankan kepada seluruh siswa dan siswi Sekolah Athalia untuk dapat menjaga dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan hal-hal yang positif. Contoh sederhana adalah karakter membuang sampah pada tempatnya. Tidak mudah membentuk karakter yang baik, dibutuhkan sikap kerendahan hati dan disiplin yang kuat yang harus dilatih dan diasah setiap hari.

Dokumentasi upacara bendera HUT RI ke-73 silahkan klik link berikut ini:

http://bit.ly/hutri73athalia

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-73,
Merdeka!

Dihimpun oleh Tim Publikasi

upacara_bendera

Devosi pagi sebelum upacara bendera dilaksanakan dipimpin oleh Pak Nove

upacara_bendera

Berdoa bersama sebelum upacara bendera

upacara_bendera

Pembawa acara membacakan protokol upacara

upacara_bendera

Pak Presno selaku pembina upacara menerima penghormatan dari peserta upacara

upacara_bendera

Penghormatan kepada sang Saka Merah Putih

upacara_bendera

Mengheningkan cipta

upacara_bendera

Foto Bersama Pasukan Paskibra

 

Diligent Day (DDay) kelas II SD Athalia

Pagi itu, di kala mentari mulai beranjak naik seluruh siswa-siswi kelas II SD Athalia dengan sigap mengisi plastik yang disediakan oleh guru dengan sampah-sampah yang mereka temukan di sepanjang jalan kawasan Sekolah Athalia hingga bundaran blok A. Acara jalan pagi ini merupakan satu dari beberapa acara Diligent Day (DDay) yang diadakan Jumat lalu tanggal 24 Agustus 2018. DDay dirancang bagi siswa-siswi kelas II untuk secara khusus belajar karakter rajin selama satu hari dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.

Saat ibadah pagi Bu Desni memperkenalkan satu tokoh Alkitab yaitu Yusuf yang dapat dicontoh karakternya yang rajin. Siswa-siswi juga belajar rajin dari kisah Si Semut Kecil yang dibawakan oleh Bu Dewi PK3.  Seusai mendengarkan beberapa fakta tentang semut, siswa mengurutkan comic strip acak sehingga menjadi satu rangkaian kisah yang baik. Sesi selanjutnya, di dalam kelompok siswa-siswi diberi kesempatan untuk dapat merasakan berbagai tantangan dalam menghidupi karakter rajin melalui 4 pos permainan yang disediakan selama 80 menit. Pada setiap pos, siswa-siswi harus secara kompak menyebutkan tagline atau menyanyikan lagu rajin kepada penjaga pos sebagai salah satu syarat agar dapat bermain.

Siswa-siswi pun dapat melihat dampak nyata dari kerajinan atau kemalasan yang dipaparkan melalui silent reading kisah “Si Burung Kecil” dan film “Ah Boy”. Beberapa siswa terlihat menitikkan air mata seusai menonton film “Ah Boy”. Sesi dilanjutkan oleh Bu Denise yang mengulas seluruh pembelajaran rajin yang sudah dilalui siswa-siswi pada pos-pos permainan tadi. Akhirnya, DDay ditutup dengan sesi sharing antara Wali Kelas dan siswa-siswi, dengan leluasa siswa-siswi dapat menceritakan pengalaman mereka selama satu hari itu.

Kiranya melalui DDay ini siswa-siswi mulai mengerti arti penting, tantangan dan akibat dari karakter rajin dalam hidup mereka. (Dewi – PK3).

diligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_day

diligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_daydiligent_day

Honesty Day kelas III SD Athalia

Selasa 14 Agustus 2018 pukul 16.45 WIB bertempat di Aula A menggema lagu

“Aku senang jadi anak Tuhan…

anak Tuhan haruslah jujur!

jujur jujur jujur itu… keren”

sebagai tanda berakhirnya acara Honesty Day hari itu.

Honesty Day merupakan satu hari yang dikhususkan bagi siswa-siswi kelas III SD Athalia untuk belajar tentang karakter “JUJUR”. Tim PK3 dan guru kelas III secara bergantian mengajar dengan menggunakan berbagai macam metode penyampaian. Di awal hari, siswa belajar kejujuran melalui kisah tokoh Alkitab yang dibawakan oleh Bu Netty, selanjutnya Bu Denise memaparkan secara interaktif definisi kejujuran dan dampak atau akibat dari ketidakjujuran melalui berbagai macam ilustrasi yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh siswa-siswi. Selain itu, diadakan permainan-permainan yang dapat diikuti oleh semua peserta Honesty Day dalam kelompok; yang bertujuan untuk melatih dan melihat sejauh mana pemahaman siswa-siswi mengenai karakter jujur. Di akhir hari, siswa-siswi diberi kesempatan untuk menjawab berbagai pertanyaan sebagai ulasan atas peristiwa yang terjadi sepanjang hari itu, yang kembali menguji  dan membutuhkan kejujuran siswa.

Kiranya antusiasme dalam berproses untuk menghidupi karakter jujur terus dimiliki oleh siswa-siswi dan para guru meski Honesty Day telah berakhir. (Dewi – PK3).

honesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camp

honesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camphonesty_camp

Orderly Camp kelas IV SD Athalia

Karakter Tertib adalah karakter yang dipelajari dan dikembangkan di kelas IV, jadi selama satu tahun di kelas IV mereka akan terus belajar karakter ini. Tanggal 10-11 Agustus 2018, siswa-siswi kelas IV SD Athalia mengikuti pembelajaran pengembangan karakter dalam bentuk kegiatan Orderly Camp. Orderly Camp ini adalah salah satu sarana untuk melatih para siswa agar memiliki karakter tertib. Selain agar mereka dapat belajar lebih dalam mengenai karakter tertib ini, para siswa juga dapat semakin menyadari tentang pentingnya memiliki karaker tersebut. Diharapkan karakter tertib dapat semakin tertanam dalam diri setiap siswa dan mereka dapat semakin mengembangkannya dengan terus-menerus belajar mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan Orderly Camp dimulai dengan kegiatan outbound di Buni Ropes, Ciputat. Tujuan dari kegiatan outbound ini adalah untuk melatih para siswa untuk tertib mengikuti aturan keselamatan, belajar tertib mengikuti aturan games, belajar tertib mengantri, dan tertib mengikuti jadwal kegiatan. Dilanjutkan dengan berenang (yang bersifat tidak wajib) dan mandi di sana. Ini melatih mereka untuk tertib dalam menjaga barang-barang mereka. Setelah itu mereka kembali ke Sekolah Athalia dan menginap semalam di sekolah.

Begitu tiba kembali di sekolah, semua siswa dipersilahkan untuk beristirahat, yang kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama. Acara berikutnya adalah refleksi outboud yaitu merefleksikan kegiatan selama sehari tadi dengan mengingat bilamana mereka telah bertindak tidak tertib dan dalam hal apa saja mereka telah berlaku tidak tertib. Setelah itu, kegiatan diteruskan dengan menonton film dan belajar karakter tertib dari film tersebut. Kegiatan camp hari pertama tersebut ditutup dengan doa malam.

Keesokan harinya, semua siswa peserta Orderly Camp ini mengikuti ibadah. Di dalam ibadah itu mereka belajar tentang dasar dan alasan mengapa setiap kita perlu memiliki karater tertib, yaitu karena Allah kita adalah Allah yang memang menyukai keteraturan, sehingga oleh karena itu dengan menjadi tertib berarti kita telah menyenangkan hati-Nya yang juga sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan. Setelah ibadah, diteruskan dengan sesi dari Tim Pengembangan Karakter. Dalam sesi ini dibagikan tentang perjalanan pembelajaran karakter dengan mengambil contoh dari tokoh Alkitab. Melalui tokoh Alkitab yang memiliki karakter tertib itu para siswa dapat mengambil keteladanan dari tokoh tersebut yang dapat berguna bagi kehidupan mereka. Kegiatan diteruskan dengan permainan dadu yang isinya studi kasus tentang penerapan karakter tertib dalam kehidupan sehari-hari mereka baik di rumah maupun di sekolah.

orderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camporderly_camp