Dalam bahasa Indonesia, kata ‘tertib“ bisa berarti teratur; aturan; rapi; peraturan yang baik. Sedangkan kata “tertib” dalam bahasa Yunani adalah taksis, bisa berarti urutan tetap, pengalihan kekuasaan yang berurut (untuk imam), ketertiban, keteraturan (seperti dalam I Korintus 14:40, segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur), sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.
Dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus kita mendapat pemahaman bahwa Allah yang kita kenal adalah Allah yang menghendaki ketertiban. Karena itu kepada jemaat Tesalonika yang tidak tertib ia menasehati “Saudara-saudara, tegurlah mereka yang hidup dengan tidak tertib” (I Tesalonika 5:14). Kata ‘tidak tertib’ dalam bahasa Yunani adalah ataktos. Kata ini dalam bahasa Indonesia artinya adalah malas, mengacu pada orang yang tidak mau bekerja dan suka mencampuri urusan orang lain (periergazomai, mengerjakan yang sia-sia/hal-hal yang tidak berguna; mereka sibuk tetapi tidak melakukan apa-apa; mereka sibuk dengan hal-hal yang bukan urusannya sendiri), tidak disiplin, tidak mengikuti peraturan, pemberontak (II Tesalonika 3:11). Mereka aktif bahkan hiperaktif tetapi tidak produktif.
Dengan demikian, ketika kita hidup secara tidak teratur, maka sebenarnya kita sedang menjalani hidup yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Sebagaimana dalam hal kemalasan, ada banyak orang beranggapan itu hanya sebuah sifat yang menjadi kekurangan dan tidak melihat sebagai dosa, banyak orang percaya yang juga berpikir bahwa hidup tidak tertib itu bukanlah dosa. Namun, ketika kita memahami bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka kita mengerti bahwa hidup tidak tertib sebenarnya adalah melawan kehendak Tuhan, melenceng dari tujuan Allah, dan itu artinya dosa.
Semua yang diciptakan Tuhan itu tertib. Amsal 30:27 mengajarkan agar kita belajar dari belalang yang walaupun tidak ada raja atau atasannya, mereka sangat tertib, berangkat dan pergi bisa bersama-sama dengan teratur sekali. Begitu juga orang yang dewasa (matang rohaninya) akan hidup tertib, sebab ia hidup takut akan Allah dan taat akan Firman-Nya. Sekalipun tidak ada pengarah, supervisor atau orang yang mengawasinya, ia tetap hidup kudus dan taat akan Firman Tuhan seperti belalang ini.
Ketertiban orang percaya bukanlah karena sistem atau taat pada perintah pimpinan, tetapi karena takut, cinta akan Tuhan. Ia ingin diperkenan Tuhan sehingga berjuang untuk hidup tertib dan baik. Inilah yang harus terus dikembangkan dan ditingkatkan yaitu tertib karena Tuhan. Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa (Kol 3:17). Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Timotius 1:7).
Dengan demikian sesungguhnya hidup tertib bukan hanya cerminan bahwa kita adalah orang-orang yang telah dilahirbarukan oleh Allah, dimana salah satu buktinya adalah mau menaati kehendak Tuhan untuk hidup tertib, tetapi juga sekaligus itu merupakan bentuk ucapan syukur dan kasih kita kepada Tuhan.
Dalam hal apa saja kita perlu hidup tertib? Dalam segala aspek kehidupan. Tertib pada peraturan yang berlaku secara lisan ataupun tidak lisan, selama itu tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan, tertib dalam perjanjian, tertib waktu, tertib dalam pengelolaan keuangan, dan seterusnya. Marilah kita bersama-sama terus belajar dan bertumbuh dalam hidup tertib sehingga melalui hal tersebut kita boleh menyenangkan hati Allah dan nama Tuhan dipermuliakan.
(Oleh: Ruth Irene Chandra, staf Pengembangan Karakter)