Jujur dalam Seribu Lidah Memuji

Hari Jumat, 29 Oktober 2010 merupakan moment tak terlupakan bagiku. Saat itu aku mendampingi anak-anak kelas III yang akan mengikuti gladi bersih acara pentas karakter “Seribu Lidah Memuji”. Anak-anak kelas III ini tergabung dalam kelompok tarian “Jujur”. Saat di dalam bus hingga tiba di gedung CNI, tidak terjadi sesuatu yang istimewa. Tapi, begitu aku membawa barisan anak-anak kelas III itu masuk ke dalam gedung CNI, kudengar celoteh seorang anak laki-laki kepada temannya, “Aku tuh termasuk kelompok tarian Jujur, tapi aku merasa diriku belum jadi anak jujur.” Duh, aku terharu buanget mendengar kalimat sederhana itu. Celotehan anak itu menjadi perenungan buatku sendiri hingga saat ini. Seorang anak yang yang masih kecil sudah bisa mengintrospeksi dirinya, walaupun dengan bahasa dan cara anak itu sendiri. Mungkin anak itu tidak hafal definisi kejujuran, tapi telah dapat mengaplikasikannya dengan cara mengintrospeksi dirinya, jujur pada dirinya sendiri.

Melalui celoteh anak kecil itu, aku pun terpacu untuk selalu jujur pada diriku sendiri, sehingga jujur juga pada dunia di sekitarku. Akhirnya terangkai dalam hatiku, “Ternyata saat Tuhan pakai sebuah lidah yang tahu mengungkapkan arti kejujuran, akhirnya seribu bahkan lebih lidah akan terus memuji kebesaran Tuhan yang telah menciptakan manusia itu.

Satu harapanku, semoga ada anak-anak, juga orang dewasa lainnya yang mendapatkan perenungan karakter-karakter lain yang bermanfaat bagi dirinya melalui acara pentas karakter “Seribu Lidah Memuji” ini. Proficiat Sekolah Athalia! Selamat ulang tahun ke-15. Allah semakin ditinggikan.

Oleh: Shelly (Staf Bidang Pendidikan Sekolah Athalia)