Oleh: Loura Palyama, guru Agama Kristen SMP
Mungkin kita pernah mendengar peribahasa, “Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya.” Peribahasa ini sudah terbukti dari masa ke masa. Ketika masih sekolah maupun kuliah, barangkali seseorang memiliki IQ yang tinggi, namun orang itu malas. Pada gilirannya, ia tidak berhasil. Sebaliknya orang yang waktu sekolah, barangkali nilainya pas-pasan, tetapi berhasil, karena kerajinannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rajin berarti suka bekerja (belajar dsb); getol; sungguh-sungguh bekerja; selalu berusaha giat; kerapkali; terus-menerus; Suatu kegiatan yang terus dilakukan tanpa mudah menyerah. Dalam Yohanes 5:17 tertulis “Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus punya karakter rajin bekerja dan Tuhan juga menginginkan kita mempunyai karakter seperti Dia. Dalam Alkitab, kita tidak akan menemukan tulisan yang menjelaskan bahwa Tuhan Yesus sedang bersantai atau bermalas-malasan atau libur pelayanan mau jalan-jalan dulu. Tuhan Yesus menggunakan waktu yang diberikan Bapa dengan semaksimal mungkin. Ia tidak menyia-nyiakan waktu yang ada, sehingga dikatakan seandainya semua pelayanan Yesus dituliskan maka buku sedunia tidak akan cukup (Yoh. 21: 25).
Kalau kita perhatikan semua orang yang Yesus panggil untuk menjadi mitra kerja-Nya, baik orang terpelajar, maupun orang tidak terpelajar, rakyat biasa, orang kaya, laki-laki atau perempuan, maka kita akan mendapati bahwa mereka adalah orang yang rajin bekerja.
Seringkali banyak orang yang mengerjakan sesuatu namun tidak semangat, loyo-loyo. Dan pada akhirnya, hasilnya tidak maksimal. Untuk itu, perlu kita menyimak apa yang dikatakan seorang psikolog bernama Alan Fine. Ia mengingatkan kita bahwa manusia normal mempunyai 3 unsur F yang sangat penting untuk terus berkembang. Tiga F itu adalah faith (keyakinan), focus dan fire (api semangat). Kita tidak boleh lupa akan kekuatan ketiga F itu, yang menciptakan dan memproduksi energi kita. Pencapaian tujuan itu tentu membutuhkan kerajinan yang luar biasa.
Dari hal di atas, kita melihat bahwa RAJIN adalah hal yang sangat penting. Sebelum dunia menunjukkannya dalam berbagai filsafat dan pandangan dunia, Tuhan sudah mengatakannya kepada kita. Bahkan dalam firman Tuhan banyak teguran pedas yang diberikan pada orang-orang yang malas. Firman Tuhan dalam Amsal 10:4-5 mengatakan “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu.” Dan para pemalas diminta oleh Salomo untuk belajar kepada para semut, agar tidak terjadi kemalangan kepada diri mereka (Ams. 6:6-11).
Jika kita memperhatikan aktivitas semut, mereka tidak pernah berhenti bekerja. Mereka selalu mengumpulkan makanan yang mereka perlukan. Dan mereka tidak pernah kekurangan makanan, karena mereka selalu menjaga agar suplai makanan selalu tersedia. Demikianlah halnya kita dalam bekerja. Rajinlah bekerja seperti semut, sehingga berkat berkelimpahan akan mendatangi kehidupan kita. Tentunya dengan tidak melupakan persekutuan pribadi kita dengan Tuhan.
Banyak juga umat Tuhan yang mengaku sudah rajin beribadah dan bahkan aktif dalam pelayanan tetapi mereka mengeluh karena tidak pernah berhasil dalam pekerjaan atau usaha yang mereka jalani. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan rajin bersekutu dengan Tuhan, maka berkat akan tercurah bagi mereka. Padahal selain hubungan intim dengan Tuhan, Tuhan ingin agar kita juga tetap bekerja dengan giat seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia, sebagaimana yang Paulus katakan dalam Kolose 3:23-24 menuliskan, “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya”.
Salah satu tokoh Alkitab yang dapat diteladani dalam hal kerajinannya yaitu Paulus. Rasul Paulus tidak hanya giat dalam pelayanan saja, tetapi dia juga giat dalam bekerja agar tidak menyusahkan orang lain. Dia menjadikan dirinya teladan tidak hanya dalam pelayanan, tetapi juga dalam bekerja untuk menghidupi kebutuhannya. Keseimbangan antara pelayanan dan pekerjaan juga harus diperhatikan, jangan sampai kita hanya mengutamakan satu hal saja tetapi menelantarkan hal yang lainnya. Dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan pelayanan, maka kita dapat menjadi terang bagi setiap orang yang ada di sekeliling kita dan menjadi saksi di dalam lingkungan sekuler, di mana banyak orang-orang yang tidak mengenal Tuhan akan melihat kebesaran Tuhan terjadi dalam hidup kita.
Bekerjalah dengan rajin agar kita dapat menjadi saluran berkat untuk banyak orang, bekerja juga dalam memberitakan Injil Tuhan, agar banyak orang yang mendengar tentang keselamatan dan mendapatkan keselamatan itu. Giatlah selalu, rajin dalam bekerja dan rajin dalam memuliakan Tuhan, maka hidupmu akan dipenuhi dengan rasa sukacita.