Allah yang Merendahkan Diri Menjadi Manusia

Oleh: Ruth Irene Chateline Chandra

“…betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, … melampaui segala pengetahuan…”
Efesus 3:18-19

Natal selalu mengingatkan kita akan kasih Allah bagi manusia. Ketika Allah mengutus Yesus Kristus datang ke dunia, Ia tidak lahir di istana raja walaupun ia adalah raja di atas segala raja. Tidak ada penyambutan bagi kelahirannya selayaknya seorang anak raja, hanya beberapa binatang dalam sebuah kandang, gembala-gembala, dan orang Majus dari Timur saja yang menjadi saksi awal peristiwa kelahiran Kristus. Herodes terkejut ketika mengetahui berita ini dari orang Majus yang bertanya-tanya “Di manakah Dia, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?” Ia menyelidiki bukan untuk ikut menyambut, namun merencanakan melenyapkan bayi tersebut. Reaksi yang dipicu dari rasa tidak aman karena kedudukan (tahtanya) terancam.

Tidak ada seorang pun yang mau mengalami penolakan demi penolakan, sekali pun dia mengatakan “Saya sudah terbiasa dengan penolakan.” Di dalam hatinya, manusia selalu ingin diterima keberadaannya. Kristus adalah Anak Allah yang Maha Tinggi (Luk 1:32), Ia adalah Allah itu sendiri yang penuh kuasa, yang mulia, dan tak terbatas namun rela menanggalkan segala kenyamanan. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan. Ia bahkan mengosongkan diri-Nya sendiri, membatasi diri dalam wujud manusia, menerima penolakan demi penolakan dari sejak lahir sampai mati-Nya. Ia menjalani semua itu hanya untuk satu misi: menebus dan menyelamatkan manusia dari dosa dengan cara yang paling hina: mati di kayu salib, di antara para penjahat yang terjahat dengan mengalami terlebih dahulu serentetan cemoohan, fitnah, caci maki, diludahi bahkan pengkhianatan dari murid-Nya. Layakkah Ia menerima semua itu? Sang Pencipta yang telah merendahkan diri-Nya namun direndahkan oleh ciptaan-Nya. Ia yang tidak berdosa, diperlakukan sebagai pendosa berat. Namun Yesus dalam ketaatan kepada Bapa dan demi kasih-Nya kepada manusia, rela mati di kayu salib.

Merenungkan hal ini, saya tidak akan pernah habis pikir dan hanya bisa setuju dengan Paulus yang mengatakan “Betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus.” Kasih yang melampaui segala pengetahuan, melampaui segala kemampuan berpikir manusia, kasih yang begitu mulia. Tanpa Allah yang mau merendahkan diri untuk menyelamatkan kita manusia yang berdosa, maka hanya ada murka Allah yang menimpa kita. Patutkah Ia melakukannya? Jika saja ada konsultan raja, pasti akan menegur dan menasehati Anak Raja yang melakukan tindakan merendahkan diri, karena tidak patut bagi keluarga raja berperilaku demikian. Tidak ada alasan bagi Allah untuk merendahkan diri seperti itu, kecuali satu: kasih-Nya. Kita telah menerima anugerah mulia, kasih tak terbandingkan, penerimaan tak terbatas dari Allah yang luar biasa ini. Patutkah setelah semua yang Allah berikan tanpa syarat itu, kita menempatkan diri lebih tinggi dari sesama kita untuk alasan apa pun? Kiranya kita bukan saja bersyukur atas tindakan Allah merendahkan diri menjadi manusia demi menganugerahkan keselamatan tersebut, namun kita juga perlu menghidupi keselamatan yang telah dianugerahkan-Nya itu dengan mau rendah hati menerima satu dengan yang lainnya dan menyalurkan anugerah Allah tersebut kepada sesama kita, tidak peduli siapa dan bagaimana pun dia.

The Christmas message is that there is hope for a ruined humanity–hope of pardon, hope of peace with God, hope of glory–because at the Father’s will Jesus became poor, and was born in a stable so that thirty years later He might hang on a cross. – J.I Packer

Christmas is based on an exchange of gifts, the gift of God to man – His unspeakable gift of His Son, and the gift of man to God – when we present our bodies a living sacrifice. – Vance Havner

 

Filed Trip kelas IV dan kelas V SD Athalia

Pada tanggal 12 September 2018, siswa-siswi kelas V SD Athalia melakukan kegiatan field trip ke Aquarium, New Soho, Jakarta. Mereka mempelajari dan melakukan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan ekologi, konservasi biologi, dan banyak hal tentang kehidupan bawah laut.

. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.field trip kelas Vfield trip kelas V field trip kelas V

Tanggal 14 September 2018 siswa-siswi SD Athalia kelas IV, filed trip ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, untuk menambah wawasan mereka di mana mereka belajar lebih dekat dan lebih dalam tentang dunia reptil.

field trip kelas IV

Field Trip kelas II SD Athalia ke Kuntum Farm Field, 18 September 2018.

Belajar tidak hanya di dalam kelas. Untuk itu kali ini, tanggal 18 September 2018, siswa-siswi kelas II SD Athalia belajar di luar kelas dengan melakukan field trip mengunjungi Kuntum Farm Field, Jl. Raya Tajur No.291, Sindangrasa, Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat, di mana mereka mengenal dunia berkebun dan beternak.

Foto-foto selengkapnya dapat dilihat dan di-download di link berikut:

https://www.flickr.com/photos/sekolah-athalia/albums/72157703127590874/with/45741238851/

https://www.flickr.com/photos/sekolah-athalia/albums/72157697378867570

atau klik pada foto-foto di bawah ini:

field trip kelas II (1)

 

Field Trip Kelas II SD Athalia

Seminar & Open House Penerimaan Siswa Baru di Sekolah Athalia

Pada hari Sabtu, 27 Oktober 2018, Sekolah Athalia mengadakan acara Seminar dan Open House Penerimaan Siswa Baru (PSB) dengan sistem semi online”. PSB “semi online” hadir untuk memberikan mutu pelayanan pendidikan yang lebih baik, terutama dalam menjamin penerimaan peserta didik baru secara objektif, akuntabel, transparan, dan tanpa diskriminasi (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2017).

Mengapa dikatakan “semi online”, karena orang tua masih kami wajibkan untuk hadir ke sekolah. Dengan alasan, melalui kehadiran orang tua ke sekolah, pihak sekolah dapat menyapa, bertatap muka, dan berkomunikasi secara langsung. Kehadiran orang tua ke sekolah merupakan bentuk keseriusan orang tua yang ingin memilihkan dan akan memutuskan sekolah terbaik bagi putra dan putrinya.

Kehadiran orang tua ke Sekolah Athalia disambut oleh aksi baris-berbaris Boys’ Brigade dan Paduan Suara dari unit SMP. Kemudian orang tua juga disuguhkan aksi musikalitas dan tari oleh siswa-siswi dari unit SMA. Acara dilanjutkan dengan seminar yang dibawakan oleh Ibu Anne Kartawidjaja, dengan tema Harga Diri or Diri Berharga? Ibu Anne datang bersama tim mini operet yang membawakan kisah Punchinello yang sangat inspiratif dan menghibur anak-anak.

Secara singkat, Ibu Anne menyampaikan pesan kepada orang tua, bahwa setiap anak itu unik dan memiliki talentanya masing-masing. Tidak perlu merasa minder dan cemas apabila putra dan putri kita belum bisa apa-apa. Percayalah, bahwa kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2 : 10). Tuhan memiliki rencana yang lebih utama dan Dia berkuasa untuk membentuk putra-putri kita sesuai dengan rancangan-Nya.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Ibu Charlotte Priatna yang menjelaskan tentang visi dan misi Sekolah Athalia. Sekolah Athalia dibentuk dengan semangat pemuridan. Guru, staf, orang tua, dan siswa adalah murid-murid Kristus. Kita semua harus terus belajar kepada Kristus Sang Guru Agung. Sekolah Athalia adalah komunitas belajar berbasis karakter. Sekolah Athalia mengutamakan pembinaan karakter bagi setiap siswa dan siswinya, benar sejak awal (Right From The Start). Setiap siswa itu adalah milik Tuhan, setiap siswa itu berharga, unik, cerdas, dan memiliki tujuan hidup masing-masing. Melalui Open House ini, diharapkan orang tua dan pihak sekolah memiliki kesatuan hati, memiliki visi dan misi yang sama dalam hal mendidik anak-anak. Sehingga pada akhirnya, orang tua dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan pilihan untuk mendaftarkan atau tidak putra dan putrinya ke Sekolah Athalia.

Sistem PSB “semi online” ini merupakan hal baru bagi kami, para guru, staf dan orang tua. Kami sangat mengapresiasi kepada orang tua yang rela bersabar dan mau belajar bersama-sama untuk mengadaptasi sistem baru ini. Meskipun pada awalnya masih banyak pertanyaan dan permasalahan dalam hal teknis, namun semuanya dapat diatasi satu per satu.

Banyak sekali manfaat yang kami dapatkan dengan sistem PSB “semi online” ini. Basis data sekolah lebih akurat dan transparan. Terjadi sinergitas data antara Dinas Pendidikan dan sekolah. Meningkatkan reputasi sekolah, efisiensi dalam pembiayaan, dan meningkatkan SDM dalam penguasaan teknologi informasi.

Dengan pengalaman ini, kami akan terus melakukan evaluasi dan penyempurnaan sistem sehingga menjadi lebih baik lagi ke depan. Terima kasih kepada guru, staf, dan orang tua atas kerja sama yang baik dalam proses pelaksanaan PSB TP 2019/2020, tetap semangat! Tuhan Yesus memberkati.

Informasi lebih lengkap tentang PSB TP 2019/2020, silakan klik link berikut ini:

https://sekolahathalia.sch.id/penerimaan-siswa-baru-tahun-ajaran-2025-2026-sekolah-athalia/

Berikut cuplikan video Seminar & Open House Sekolah Athalia, selamat menyaksikan:

Penutupan Bulan Bahasa 2018 SD Athalia

Pada hari Jumat, 26 Oktober 2018, diselenggarakan acara seremonial dalam rangka menutup kegiatan Bulan Bahasa di SD Athalia.

Bulan Bahasa secara rutin diselenggarakan setiap bulan Oktober sebagai salah satu bentuk memperingati hari lahirnya Sumpah Pemuda, yang menyepakati Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tema Bulan Bahasa tahun ini adalah “Gema Karya Bahasa”.

Ibu Charlotte Priatna dalam sambutannya menuturkan, “Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia itu mempersatukan kita. Karena dengan bahasa Indonesia, kita dapat mengerti satu dengan yang lain, kita dapat saling bersahabat dan berkomunikasi. Meskipun kita dapat menguasai bahasa lain, namun jangan lupa ketika kita menggunakan bahasa Indonesia, kita menunjukkan identitas diri kita sebagai bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari, seyogyanya menyatu dengan identitas diri kita dan sudah selayaknya kita bangga berbahasa Indonesia”. 

Kegiatan selama Bulan Bahasa di SD Atahalia dimeriahkan dengan lomba-lomba dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 yaitu lomba menyusun cerita gambar, menceritakan teks cerita, mendongeng, drama, membuat iklan, bercerita, puzzle, singing, spelling bee, writing, story telling, mewarnai, membuat majalah dinding, membuat kartu ucapan, dan lain-lain. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat menumbuhkan rasa bangga berbahasa Indonesia secara baik dan benar di dalam diri siswa dan siswi SD Athalia sejak usia dini.

Dalam acara ini, ditampilkan beberapa performa talenta dari siswa dan siswi SD Athalia. Persembahan kolaborasi musik akustik dan musik angklung terdengar sangat kompak mengiringi duo penyanyi. Dilanjutkan dengan performa drama Malin Kundang yang diperankan dengan apik oleh siswa dan siswi SD Athalia.

Nampak raut muka ceria dan gembira saat nama-nama mereka dipanggil, naik ke panggung untuk mendapatkan medali dan penghargaan bagi setiap pemenang lomba. Hm.. selamat ya untuk para juara.. teruslah berlatih dan teruslah berkarya!

Selamat merayakan Bulan Bahasa, banggalah berbahasa Indonesia!

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

AKSEN 2018

Setelah sukses melaksanakan perhelatan Athalia Cup 2018, sekitar satu minggu berlalu, pada hari Sabtu, 20 Oktober 2018 menjadi hari yang sangat dinanti-nantikan oleh semua siswa-siswi Sekolah Athalia. Ya, pertunjukan AKSEN 2018 digelar. AKSEN (Ajang Kreativitas & Seni) adalah puncak dari seluruh rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh siswa-siswi SMA Athalia. Tema kali ini adalah “Tara Miti Tomi Nuku”, yang diambil dari bahasa Alor, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu hati.

AKSEN 2018 dibuka oleh sambutan dari Ketua Panitia Yosua Sinulingga dan Guru Pembina Ibu Krisanti Buana. Dilanjutkan dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh Bapak Victor. Tanpa berlama-lama, AKSEN 2018 dihentak oleh penampilan dari grup band SENJA yang membawakan lagu-lagu rock kekinian. Setelah itu ada penampilan gerak dan tari oleh SIXTEENS. Dengan memadukan tarian tradisional dan tarian modern, keserasian dan kekompakan gerak, SIXTEENS mampu membuat mata penonton terpana..wow. Tak kalah seru, adalah penampilan dari grup band UNRAVEL dengan trio vokalisnya yang sangat harmonis dalam melantunkan lagu.

Hidup tiada mungkin, tanpa perjuangan, tanpa pengorbanan, mulia adanya…, itulah sepenggal lirik lagu Indonesia Jaya ciptaan Chaken M.  Lagu ini dibawakan dengan apik oleh paduan suara siswa-siswi SMP Athalia untuk membakar jiwa patriotisme generasi muda bangsa.

Dan tibalah drama musikal “Tara Miti Tomi Nuku”. Drama musikal ini disutradarai oleh Theana Dominica (kelas XII IPS) dan musik oleh Rio Manuel (kelas XII IPA). Pemeran utama dalam drama musikal ini adalah Mikha Ananda (kelas XI IPA) sebagai Samuel Tobias (anak-anak) dan Yonathan Prajogi (kelas XII IPS) sebagai Samuel Tobias (remaja). Naskah ditulis oleh Theana Dominica, Kristian Abraham Duka, Abayomi Maleakhi, Metta Clarissa, Steven Raffael C, Christopher Devon, dan Danita Sherry. Koreografer oleh Carlo Amadeo, Estervania, Sherryl Gracella, Denaira.

Terima kasih Tuhan Yesus, melalui hadirat kasih-Nya, acara Athalia Cup dan AKSEN 2018 dapat terselenggara dengan baik dan sukses. Terima kasih pula kami sampaikan kepada segenap Yayasan Athalia, Kepala Sekolah SMA Athalia, guru pembina, orang tua, panitia, dan para donatur. Tiada kata yang dapat terucap, hanya sebait doa semoga melalui kegiatan ini, kita sebagai generasi muda penerus bangsa, selalu bersatu padu membangun negeri kita tercinta Indonesia dengan semangat “Tara Miti Tomi Nuku #Satu” dan kegiatan ini, semata-mata hanya untuk memuliakan nama-Mu Tuhan, Amin.

Salam Tara Miti Tomi Nuku.. #Satu..

 

PENGUMUMAN PEMENANG PERTANDINGAN ATHALIA CUP 2018

Tak terasa satu minggu gegap gempita Athalia Cup telah berlalu. Hari Sabtu, 13 Oktober 2018 adalah puncak dari keseluruhan rangkaian kegiatan pertandingan-pertandingan. Semangat sportivitas masih terus bergema hingga saat yang dinanti-nantikan pun tiba yaitu penyerahan medali dan piala bagi para pemenang pertandingan. Berikut pengumuman hasil pertandingan Athalia Cup 2018 :

PENGUMUMAN PEMENANG PERTANDINGAN BASKET ATHALIA CUP 2018

Basket Putra SMP
Juara 1: Saint John’s
Juara 2: Tarakanita GS
Juara 3: Ipeka Puri

Basket Putri SMP
Juara 1: Athalia A
Juara 2: Ipeka BSD
Juara 3: Saint John’s

Basket Putra SMA
Juara 1: SHB
Juara 2: SMAN 7
Juara 3: Penabur GS

Basket Putri SMA
Juara 1: SMAN 2
Juara 2: Penabur GS
Juara 3: Ora et Labora

PENGUMUMAN PEMENANG PERTANDINGAN FUTSAL ATHALIA CUP 2018

Futsal Putra SMP
Juara 1: SMPN 16
Juara 2: SMPN 1 Tangsel
Juara 3: Strada

Futsal Putri SMP
Juara 1: SMPN 1
Juara 2: SMPN 16
Juara 3: Tarakanita GS

Futsal Putra SMA
Juara 1: YP Karya
Juara 2: SMAN 5
Juara 3: SMK Pembangunan

Futsal Putri SMA
Juara 1: SMAN 7
Juara 2: SMKN 2
Juara 3: SMAN 12

PENGUMUMAN PEMENANG PERTANDINGAN MURAL ATHALIA CUP 2018

Mural SMP
Juara 1: Athalia A
Juara 2:  Athalia C

Mural SMA
Juara 1: Ipeka B
Juara 2: Athalia C

PENGUMUMAN PERTANDINGAN FOTOGRAFI ATHALIA CUP 2018

Fotografi
Juara 1: Santa Ursula (Jason Julian)
Juara 2: Athalia (Josh Emmanuel)

Selamat kepada para pemenang! Tetap semangat dan mengembangkan bakat kalian ya! Sampai jumpa di Athalia Cup berikutnya.

OPENING ATHALIA CUP 2018

Gempita opening Athalia Cup 2018 menggema di Sekolah Athalia pada hari Sabtu, 6 Oktober 2018. Ucapan selamat datang dan selamat bertanding kepada seluruh kontingen Athalia Cup 2018 disampaikan oleh Bapak Agus Riyanto, selaku perwakilan guru pembina Sekolah Athalia. 

Simbol seremonial opening Athalia Cup ditandai dengan  tembakan busur oleh Pak Beryl dan Pak Iwan. Ujung panah melesat dan menghujam sasaran menandakan dimulainya kompetisi Athalia Cup. Perhelatan ini akan berlangsung hingga tanggal 13 Oktober 2018 mendatang. Athalia Cup tahun ini diikuti oleh 39 kontingen dari sekolah-sekolah di wilayah Tangerang Selatan, tingkat SMP dan SMA.

Olah raga adalah kompetisi yang menjunjung tinggi sportivitas dan solidaritas di dalam dan di luar lapangan. Olah raga juga dapat dijadikan ajang menjalin tali kasih sehingga harmonisasi keakraban dan persaudaraan tetap terjalin dengan baik, tanpa mengesampingkan semangat kompetisi. 

Masih terngiang di telinga kita, ketika bangsa kita menjadi tuan rumah pesta olah raga se-Asia “Asian Games”. Sepenggal lirik lagu “… kalau kalah jangan frustasi, kalau menang itu prestasi”. 

Athalia Cup kali ini juga masih menjunjung tinggi nilai sportivitas itu. Jenis pertandingan yang dilombakan adalah Basket, Futsal, Mural, dan Fotografi.

Kita juga merasakan, kondisi bangsa yang yang sedang dilanda bencana. Dari gempa Lombok yang masih dalam tahap relokasi, sudah disusul dengan gempa Palu, Sigi, dan Donggala. 

Harapan kita, melalui ajang Athalia Cup ini, anak-anak kita semakin dapat menumbuhkan nilai-nilai sosial dan sikap kepedulian yang dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan semangat kebersamaan dalam keanekaragaman berbangsa dan bernegara. 

“Tara Miti Tomi Nuku, berbeda-beda tapi tetap satu”, itulah semangat kami!

Selamat bertanding, sukses dan junjung tinggi sportifitas!

 

(Agus Riyanto – Guru Pembina)

Hari Kunjung Perpustakaan

Bulan September sangat spesial buat perpustakaan, bagaimana tidak? Ada dua momen yang spesial di bulan ini, yaitu “Bulan Gemar Membaca” dan “Hari Kunjung Perpustakaan”. Dua momen tersebut penting untuk mendongkrak minat baca guru, staf, dan siswa Sekolah Athalia.

Untuk memperingati hari spesial tersebut, khususnya “Hari Kunjung Perpustakaan” pada tanggal 14 September, Perpustakaan Sekolah Athalia mengadakan games yang bisa diikuti oleh guru, staf, siswa, office boys & girls dan juga guru yang sedang mengadakan studi banding ke Sekolah Athalia. Games ini adalah mencari harta karun yang ada di perpustakaan dengan menjawab pertanyaan yang sudah disediakan Pustakawan. Selain itu games ini juga mewajibkan pengunjung perpustakaan untuk meneliti sebuah gambar dan mencari kesalahan pada gambar tersebut. Antusias pengunjung perpustakaan luar biasa untuk mencari harta karun tersebut, karena ada hadiah menarik yang sudah menanti.

Pustakawan menyediakan 25 buah buku fiksi dan nonfiksi, 42 buah topi keren, 20 buah poster dan 2 buah tas. Selain itu setiap pengunjung perpustakaan akan mendapatkan makanan ringan dan juga pembatas buku. Semua hadiah dan makanan ringan yang disediakan sudah habis tidak bersisa :).

Semoga minat baca guru, staf, dan siswa tetap terpelihara, semakin antusias ke perpustakaan dan semakin banyak pengunjung Perpustakaan.

(Dihimpun oleh: Hana Kristina Purba, koordinator Perpustakaan Sekolah Athalia)

hari kunjung perpushari kunjung perpushari kunjung perpushari kunjung perpus

Transformasi Komunitas Belajar

Oleh: Nostalgia Pax Nikijuluw – Kasie Pengembangan Kerohanian, Karakter, dan Konseling Sekolah Athalia

Education doesn’t need to be reformed-it needs to be transformed, demikian yang dituliskan oleh Dr. Ken Robinson, seorang ahli pendidikan berkebangsaan Inggris. Bagi Dr. Ken bukanlah reformasi yang dibutuhkan oleh pendidikan melainkan transformasi. Sebuah pemikiran ulang yang ingin melihat pendidikan sebagai proses yang hidup, penuh dinamika dengan adanya transformasi. Kata transformasi bahkan telah terlebih dahulu dituliskan oleh Rasul Paulus dalam Roma 12:2, ”Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kata ‘berubah’ diambil dari kata Metamorfosis (μεταμopφόω-kata berbahasa Yunani), yang oleh Alkitab berbahasa Inggris diterjemahkan dengan transformation atau transformasi. Perubahan yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah perubahan yang dialami oleh orang percaya menuju pada pembaharuan budi (pikiran, perasaan, perbuatan) yang terwujud dalam ketidakserupaan dengan dunia. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal tersebut adalah tanda hidup yang kudus yang berkenan kepada Allah dan itu adalah ibadah yang sejati (Roma 12: 1). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang menyenangkan hati Tuhan, dengan mempersembahkan hidup yang berubah oleh pembaharuan budi yaitu: pembaharuan pikiran, perasaan, dan perbuatan. Tiga hal yang mendorong orang untuk mengalami pembaharuan budi adalah: visi, ketekunan, dan pelayanan.1

Visi
Transformasi tidak dapat diabaikan oleh komunitas Athalia. Selain karena hal ini adalah kebenaran Firman Tuhan, alasan lain dari pentingnya transformasi adalah Visi Sekolah Athalia: menjadi murid Tuhan. Seluruh anggota komunitas Athalia terikat pada visi ini. Menjadi murid Tuhan, tidak dapat dicapai hanya dengan upaya diri sendiri, diperlukan adanya komunitas yang saling membangun, dan ketaatan atas bimbingan Roh Kudus yang menyertai kehidupan orang percaya. Maka benarlah jika dikatakan bahwa pendidikan membutuhkan transformasi. Transformasi pikiran, hati, dan tingkah laku seluruh anggota komunitas Athalia yaitu: guru/staf, siswa, dan orang tua yang terikat pada visi tersebut.

Ketekunan
Upaya mencapai visi atau tujuan, membutuhkan ketekunan (perseverance), sebuah tekad kuat melakukan sesuatu meskipun menghadapi tantangan. Ketekunanlah yang mendorong orang untuk tetap melangkah mencapai tujuan. Berbagai rintangan pasti menghadang, menghambat perjalanan mencapai visi/tujuan. Tetapi, seseorang yang memiliki ketekunan akan bertahan menghadapi rintangan. Berubah dalam pembaharuan budi, akan mendorong seseorang untuk membuka hatinya terhadap berbagai masukan, mempertimbangkan masukan tersebut untuk tujuan mengambil langkah perbaikan yang diperlukan, tanpa menjadi terombang-ambing oleh karena situasi yang menghadang, melainkan tetap teguh berjalan mencapai visi atau tujuan yang Tuhan berikan, sekalipun dengan pengorbanan.

Ketekunan, akan mendorong orang tua tidak hanya berperan dalam menyediakan kebutuhan materi anaknya, tetapi berjuang untuk hadir dalam kehidupan anak, memenangkan hati mereka, sekalipun di tengah berbagai kesibukan dan pergumulan yang dihadapi.

Ketekunan, akan mendorong para guru dan staf untuk terus berjuang melawan kelemahan diri untuk hidup dengan integritas, menjadi teladan bagi anak-anak.

Ketekunan, akan mengarahkan siswa untuk berjuang menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi dengan pertolongan Tuhan. Memiliki semangat untuk berprestasi tanpa kehilangan relasi bersama teman dan bertumbuh di dalam karakter mereka.

Pelayanan
Guru/staf dan orang tua adalah para pemimpin atau pembimbing yang diberikan Tuhan bagi anak-anak yang sedang bertumbuh. Berubah dalam pembaharuan budi, akan memampukan kita sebagai para pembimbing untuk memandang peran tersebut sebagai sebuah pelayanan yang Tuhan percayakan. Karena Tuhan yang memberikan peran tersebut, maka para pembimbing akan melayani dengan hati. Hati yang tulus dalam memperhatikan anak-anak yang didampingi. Berubah dalam cara pandang yang tidak berpusat pada ketertarikan/kepentingan diri sendiri. Menegur dengan kasih. Membimbing anak dengan berusaha memahami kesulitannya terlebih dahulu. Hadir dalam kehidupan mereka, ikut serta dalam setiap pergumulan yang mereka hadapi, dan membawa mereka kepada Tuhan dalam doa-doanya. Jika prinsip-prinsip ini dibangun sebagai bentuk pembaharuan budi para pembimbing yaitu para guru/staf dan orang tua, maka anak-anak pun tidak akan mudah berputus asa menghadapi berbagai tantangan, memiliki keinginan yang kuat untuk ditransformasi menggapai visi melalui ketekunan, yang berujung pada keserupaan dengan-Nya. Jika relasi ini dapat bertumbuh dengan baik, maka benarlah jika Sekolah Athalia sebagai institusi pendidikan memperkenalkan diri sebagai komunitas belajar.