Is the wise use of that which others would normally overlook or discard.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil,
ia setia juga dalam perkara-perkara besar…” (Lukas 16:10).
Siapa tak pernah dengar tentang Laskar Pelangi? Siapa tak tahu bukunya? Atau filmnya? Siapa tak kenal Andrea Hirata penulis cerita tersebut? Film yang menelan biaya 8 miliar rupiah ini sukses meraup 1,1 juta penonton hanya dalam 10 hari pemutaran. Ada sekitar 116 layar bioskop yang secara serentak memutar film ini di tahun 2008, dan dalam kondisi itu pun antrian penonton tetap luar biasa. “Laskar Pelangi” mendapat Penghargaan Film di Iran. Film ini diputar di Festival Film Jepang dan memborong penghargaan dalam festival itu. Dan saat JIFFest 2009, “Sang Pemimpi”, novel kedua Andrea Hirata yang juga difilmkan, menjadi film pembuka; sebuah posisi terhormat yang tak bisa diraih sembarang film.
Novelnya tak kalah populer. Selama berminggu-minggu berbagai toko buku besar memajang “Laskar Pelangi” di bagian “best-seller book”. Buku ini bersama 3 tetraloginya yang lain, “Sang Pemimpi”, “Edensor”, dan “Maryamah Karpov” tercatat sebagai novel terlaris sepanjang sejarah sastra Indonesia.
Siapakah Andrea Hirata? Seorang sastrawan? Bagian dari komunitas Sastra Indonesia? Penulis kawakan? Wartawan? Seorang dari lingkungan elit yang punya akses mudah untuk masuk ke industri penerbitan atau industri film besar?
Bukan. Andrea Hirata bukan siapa-siapa hingga dia memutuskan untuk menjadi pendaya guna. Yang dia daya gunakan bukanlah sesuatu yang luarbiasa, bukan kekayaan melimpah atau jejaring sosial tingkat tinggi yang mungkin tak semua orang memilikinya. Bukan itu. Yang dia daya gunakan adalah sesuatu yang dimiliki semua orang, sesuatu yang seringkali dianggap tak berarti dan mungkin dibuang oleh orang lain: kisah masa kecil.
Semester ini kita belajar mengenai karakter pendaya guna. Seorang pendaya guna akan menggunakan dengan bijaksana segala sesuatu yang dianggap tak bernilai oleh orang lain, yang dianggap tak berharga sehingga diabaikan begitu saja, bahkan mungkin dibuang oleh orang lain.
Lawan dari karakter ini adalah penyia-nyia. Artinya, bila kita tak mengembangkan karakter pendaya guna, kita akan berakhir sebagai penyia-nyia.
Apakah selama ini kita telah mendayagunakan hidup kita, waktu kita, bakat kita, uang kita, atau apa pun yang telah diberikan pada kita? Yang lebih mendasar lagi, apakah kita tahu apa saja yang sesungguhnya kita miliki dan apakah kita mendayagunakannya? Lebih jauh mendasar lagi, tahukah kita bagaimana menemukan hal-hal dalam diri kita, dan lingkungan kita, yang bisa kita dayagunakan?
Atau jangan-jangan selama ini tanpa sadar kita telah menjadi penyia-nyia kehidupan…
You are one of your most important resources.
Apply yourself,
learn what you can,
and exercise your talents.