20 saran di bawah ini dikutip dari buku Dr. Helen LeGette, Parents, Kids & Character: Twenty-One Strategies to Help Your Children Develop Good Character. Dia membagikan kepada kita ilmu dan pengalaman yang berasal dari kesuksesan 33 tahun karirnya sebagai pemimpin di bidang pendidikan-sebagai guru, konselor, dan pengelola. Dia tahu bahwa anak-anak yang memiliki batasan-batasan di rumah dan memiliki orang tua dengan harapan akan karakter yang baik, memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses di sekolah dan dalam karir pekerjaan mereka. Bukunya menawarkan ide-ide yang dapat diterapkan di berbagai bentuk keluarga.
1. Jadilah contoh atau teladan karakter di rumah.
Seperti pengamatan William Bennet dalam The Book of Virtues, “tidak ada satupun yang lebih berpengaruh, dan lebih menentukan dalam hidup anak selain kekuatan moral dari contoh yang bisu”. Jika kita ingin mencoba mempengaruhi karakter anak secara positif, maka hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah “Melakukan apa yang kita katakan”.
2. Perjelas nilai-nilai kita
Beritahukan kepada anak-anak mengenai sikap kita terhadap isu-isu penting di sekitar kita. Karakter sebenarnya berkembang di seputaran mengajar dan menangkap apa yang diajarkan. Jika kita ingin anak-anak menginternalisasi kebajikan yang kita hargai, kita harus mengajarkan kepada mereka apa yang kita yakini dan mengapa kita menyakini hal tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak sekali kesempatan untuk mengikutsertakan anak-anak dalam pembicaraan moral.
3. Tunjukkan rasa hormat pada pasangan, anak-anak, dan anggota keluarga lainnya.
Orang tua yang menghormati satu sama lain, yang berbagi tanggung jawab, dan yang memecahkan perbedaan dengan cara damai, menyampaikan pesan yang sangat kuat mengenai rasa hormat. Jika anak-anak mendapatkan pengalaman rasa hormat langsung dari dalam keluarga, lebih mudah bagi mereka untuk dapat menghormati orang lain. Sederhananya adalah, rasa hormat melahirkan rasa hormat.
4. Contohkan dan ajarkan sopan santun pada anak-anak
Minta seluruh anggota keluarga menggunakan sopan santun di rumah. Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan sopan santun dan norma-norma sosial berasal dari rumah, dimana sikap sungguh-sungguh memperhatikan orang lain itu berakar dan berawal.
5. Sesering mungkin makanlah bersama keluarga tanpa televisi.
Waktu makan adalah waktu yang sangat baik bagi orang tua untuk berbicara dengan anak, mendengar anak, dan memperkuat ikatan keluarga. Tidak jadi masalah apakah makanan tersebut masakan rumah atau makanan yang dibeli di luar, namun unsur yang terpenting adalah waktu berbagi bersama-waktu yang disisihkan untuk memperkuat rasa memiliki satu sama lain dan rasa peduli pada keluarga.
6. Rencanakan sebanyak mungkin kegiatan-kegiatan bersama keluarga.
Libatkan anak-anak dalam perencanaan. Kegiatan keluarga yang awalnya terlihat sangat biasa, seringkali ketika dilihat dan ditinjau kembali kegiatan itu sebenarnya adalah potongan memori keluarga yang sangat spesial dan mengesankan. “Kencan” antara ayah dan anak perempuan remaja, piknik keluarga di taman, darma wisata untuk membeli es krim di hari Minggu dapat memberikan waktu yang bermakna bagi kebersamaan dan saling berbagi sebagai sebuah keluarga.
7. Jangan berikan akses pada anak untuk alkohol maupun obat-obat terlarang.
Teladankan perilaku yang benar mengenai alkohol dan obat-obat terlarang. Meskipun tekanan teman sebaya, kecemasan remaja, keinginan remaja akan hal-hal duniawi, dan pesan-pesan media mengagung-agungkan penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, namun keluarga memiliki pengaruh yang paling kuat apakah anak muda akan menyalahgunakan bahan-bahan tersebut atau tidak. Contoh dan teladan orang tua sangat penting dalam persoalan-persoalan yang berkaitan dengan obat-obat terlarang dan alkohol.
8. Rencanakan proyek pelayanan keluarga atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebangsaan.
Inti dari karakter baik adalah perasaan peduli dan memperhatikan orang lain. Berbagai kesempatan proyek pelayanan keluarga tersedia di setiap komunitas, bahkan anak-anak kecil pun dapat berpartisipasi. Tindakan sederhana seperti membawakan makanan untuk tetangga yang sakit, memotong rumput di pekarangan rumah orang yang sudah tua, atau mengumpulkan baju-baju dan mainan untuk disumbangkan, akan menolong anak remaja belajar tentang sukacita menolong orang lain dan mengembangkan kebiasaan melayani.
9. Membacakan buku untuk anak-anak kita dan menyimpan atau menyediakan bacaan yang baik di rumah.
Guru yang hebat selalu menggunakan cerita untuk mengajar, memotivasi, dan menginspirasi. Membaca bersama adalah bagian yang penting untuk menyampaikan warisan moral budaya dari generasi ke generasi. Pertanyaan dan pendapat anak-anak mengenai cerita memberikan pemahaman yang penting bagi orang tua mengenai pikiran, keyakinan, dan fokus perhatian anak-anak mereka.
10. Batasi pengeluaran atau belanja anak-anak.
Bantu anak-anak mengembangkan rasa menghargai pada hadiah, penghargaan atau reward yang bersifat non-material. Dalam budaya konsumerisme saat ini, anak remaja mudah untuk memercayai bahwa image-menggunakan baju yang “pantas”, mengendarai mobil yang “pantas”, dll-menggambarkan kesuksesan dan kebahagiaan. Orang tua dapat membuat sebuah pernyataan kuat tentang apa yang mereka hargai dengan menunjukkan bagaimana mereka mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dan bagaimana anak-anak mereka menghabiskan dana yang dipercayakan kepadanya.
11. Diskusikan mengenai liburan dan maknanya.
Milikilah perayaan keluarga dan bangunlah tradisi keluarga. Abraham Lincoln mengamati bahwa dengan berpartisipasi dalam perayaan nasional menyebabkan orang-orang Amerika “merasa lebih terikat satu sama lain, dan terikat lebih kuat pada Negara dimana ia tinggal.” Memperhatikan liburan dan merayakan tradisi keluarga tidak hanya mengembangkan rasa keterikatan dan kekeluargaan dengan orang lain, tetapi hal ini juga menjadi perekat khusus yang mengikat kita bersama-sama sebagai manusia, anggota keluarga, dan warga negara.
12. Memanfaatkan “saat mendidik”
Gunakan berbagai situasi untuk memicu diskusi keluarga tentang isu-isu penting. Beberapa pendidikan karakter yang paling efektif dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang sedang berlangsung di dalam keluarga. Orang tua dan anak berinteraksi satu sama lain, mereka juga berinteraksi dengan orang lain di luar rumah, tak terhitung situasi yang dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran berharga tentang tanggung jawab, empati, kebaikan, dan belas kasih.
13. Berikan tanggung jawab pekerjaan rumah untuk seluruh anggota keluarga.
Meskipun seringkali lebih mudah melakukan sendiri tugas-tugas rumah-membersihkan meja, membuang sampah, menaruh piring kotor di mesin cuci piring-daripada menunggu anak-anak kita mengerjakannya, namun kita memiliki kewajiban untuk menolong anak-anak belajar menyeimbangkan kebutuhan dan harapan mereka terhadap anggota keluarga lain-dan pada akhirnya pada anggota masyarakat lainnya.
14. Tetapkan ekspektasi untuk anak-anak dan pertahankan agar mereka bertanggung jawab atas tindakannya.
Menentukan batasan yang rasional dan menerapkannya dengan benar akan menjadikan orang tua sebagai pemimpin moral di dalam rumah. Hal ini akan memberikan rasa aman bagi anak dan remaja. Hal ini juga memungkinkan anak-anak tahu bahwa kita peduli pada mereka dan ingin mereka menjadi orang yang memiliki karakter baik.
15. Jaga anak-anak tetap sibuk dalam kegiatan-kegiatan positif.
Anak-anak dan remaja memililki tingkat energi yang luar biasa, dan tantangannya adalah bagaimana menyalurkan energi tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti olah raga, hobi, musik, seni, atau ke dalam kelompok komunitas gereja atau anak muda, atau kepramukaan. Kegiatan-kegiatan tersebut mempromosikan sikap memperhatikan orang lain, peduli, kerja sama dan juga memberikan anak perasaan berhasil.
16. Belajar untuk mengatakan TIDAK dan jelaskan mengapa.
Sangat alami bagi anak-anak-khususnya remaja-untuk menguji batasan orang tua dan menantang otoritas orang tua. Terlepas dari protes yang diajukan anak, tindakan kasih sayang terbesar yang dapat diberikan oleh orang tua adalah dengan selalu bersikap tegas dan melarang keterlibatan anak dalam kegiatan yang berpotensi melukai mereka.
17. Ketahuilah anak-anak sedang berada dimana, melakukan apa, dan dengan siapa.
Orang dewasa perlu mengkomunikasikan dengan berbagai cara bahwa kita peduli pada anak-anak dan mengharapkan yang terbaik dari mereka, tetapi kita juga menganggap serius tanggung jawab kita untuk membangun standar, memonitor, mendampingi, dan mengawasi mereka. Dengan resiko dianggap “kuno”, bersikeraslah untuk bertemu teman-teman dan orang tua dari teman-teman anak kita.
18. Jangan menutup-nutupi atau membuat alasan untuk membenarkan perilaku anak yang tidak pantas.
Melindungi anak-anak dan remaja dari konsekuensi logis atas tindakan mereka akan membuat kita gagal mengajarkan mereka tentang tanggung jawab individu. Hal ini juga akan merusak kebiasaan/ budaya sosial dan hukum, karena kita memberi kesan pada mereka bahwa mereka entah bagaimana caranya dapat dibebaskan dari peraturan yang mengatur perilaku orang lain.
19. Ketahuilah acara televisi, video, dan film apa yang ditonton oleh anak-anak.
Meskipun ada beberapa bahan tontonan yang baik, namun informasi pornografi dan informasi yang penuh dengan kebencian semakin marak dan menjamur, sehingga sangat mudah diperoleh oleh anak remaja kita. Dengan perkataan dan contoh, ajarkan anak-anak kebiasaan bertanggung jawab dalam menonton. Jika kita mengetahui bahwa anak telah menonton sesuatu yang tidak pantas, berterus teranglah dan bagi perasaan kita mengenai hal itu, kemudian diskusikan mengapa bahan tontonan yang tidak pantas itu menyakiti dan mengganggu nilai-nilai keluarga.
20. Ingat bahwa kita adalah orang dewasa.
Anak-anak tidak membutuhkan kita sebagai teman lain, tetapi mereka sangat membutuhkan kita sebagai orang tua yang peduli untuk mengatur dan menetapkan batas-batas yang tepat untuk perilaku mereka. Terkadang mengatakan “ayah saya tidak mengijinkan saya” dapat memberikan anak-anak remaja pelarian yang nyaman ketika mereka tidak ingin ikut serta dalam kegiatan yang meragukan.
Adapted from Parents, Kids, & Character by Helen LeGette. – Available from the National Center for Youth Issues or from the Character Development Group. Used by permission.
Sumber: http://charactered.net -IB/ Tim karakter