Peringkat Mutu Pendidikan Indonesia di Dunia

The Learning Curve Pearson 2014 , sebuah laporan yang dikeluarkan oleh firma pendidikan Pearson, yaitu sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia, menunjukkan bahwa:

  • Indonesia adalah negara dengan mutu pendidikan yang terendah. Dengan kata lain Indonesia menempati urutan terakhir diantara negara-negara di dunia.
  • Korea selatan adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.

Adapun urutan ranking lengkap adalah sebagai berikut:

Ranking

Negara

Ranking

Negara

Ranking

Negara

Ranking

Negara

1

SOUTH KOREA

11

DENMARK

21

NORWAY

31

ROMANIA

2

JAPAN

12

GERMANY

22

HUNGARY

32

CHILE

3

SINGAPORE

13

RUSSIA

23

FRANCE

33

GREECE

4

HONG KONG-CHINA

14

UNITES STATES

24

SWEDEN

34

TURKEY

5

FINLAND

15

AUSTRALIA

25

ITALY

35

THAILAND

6

UNITED KINGDOM

16

NEW ZEALAND

26

AUSTRIA

36

COLOMBIA

7

CANADA

17

ISRAEL

27

SLOVAKIA

37

ARGENTINA

8

NETHERLANDS

18

BELGIUM

28

PORTUGAL

38

BRAZIL

9

IRELAND

19

CZECH REPUBLIC

29

SPAIN

39

MEXICO

10

POLAND

20

SWITZERLAND

30

BULGARIA

40

INDONESIA

 

Berikut perbandingan keadaan antara Indonesia dan Korea Selatan:

Aspek yang diukur Indonesia Korea Selatan
Harapan masa studi 12,72 Tahun Pemerintah memasang target siswa Indonesia harus lulus pendidikan minimal setingkat SMA, hal ini sesuai dengan program belajar 12 tahun. 16,97 Tahun Pemerintah memasang target anak-anak usia sekolah di negaranya menempuh studi hingga perguruan tinggi.
Rasio guru dan murid 1:15,94 pada jenjang pendidikan dasar 1:19,05 pada jenjang pendidikan dasar
Alokasi dana pendidikan dari total APBN 20% 15.77%
Alokasi dana pendidikan dari PBD (Produk Domestik Bruto) 11,08 % dari PBD untuk membiayai pendidikan para siswa23,82 % per PDB di level pendidikan tinggi 22,12 persen dari PDB untuk membiayai pendidikan para siswa 13,16 persen per PDB di level pendidikan tinggi
Gaji guru 0,79 % lebih rendah (di bawah) rata-rata gaji nasional (Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah) 1,93% lebih tinggi (di atas) rata-rata gaji nasional (Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah)
Indikator keluaran pendidikan
  • Pemeringkatan PISA: Skor 384,38

(Tingkat literasi membaca, matematika dan sains pelajar dunia)

  • Pemeringkatan TIMS : Skor 461,31

(Kemampuan matematika dan sains)

  • Pemeringkatan PISA: Skor 542,45

(Tingkat literasi membaca, matematika dan sains pelajar dunia)

  • Pemeringkatan TIMS : Skor 595,80

(Kemampuan matematika dan sains)

Produktivitas Pendapatan: USD9,52 juta Pengangguran: 1,43 % lulusan perguruan tinggi menganggur Pendapatan: USD56,72 juta Pengangguran: 0,55 % lulusan perguruan tinggi menganggur
Indikator sosioekonomi Indeks Pembangunan Manusia (IPM): 0.63 Tingkat kejahatan: 0,61 kasus pembunuhan per 100 ribu orang Indeks Pembangunan Manusia (IPM): 0,91 Tingkat kejahatan: 2,69 kasus pembunuhan per 100 ribu orang
Aspek ekonomi PDB per kapita: USD4,86 juta PDB per kapita: USD30,81 juta
Angkatan kerja Angkatan kerja: hanya 7.10% angkatan kerja lulusan perguruan tinggi Pengangguran: 6.14% Angkatan kerja: 35% dari populasi Pengangguran: 3.23%

 

Beberapa skill baru yang dicari dunia adalah:

  1. Leadership
  2. Digital literacy
  3. Communication
  4. Emotional intelligence
  5. Entrepreneurship
  6. Global citizenship
  7. Problem solving
  8. Team-working

Sumber: http://kampus.okezone.com

http://thelearningcurve.pearson.com

Freedom Writers

Film ini diangkat dari kisah nyata, dari sebuah buku yang berjudul Freedom Writers Diary. Film ini menceritakan tentang kehidupan seorang guru bernama Erin Gruwel dan murid-muridnya di kelas 203 sekitar tahun 1990an. Pada masa itu, terjadi kerusuhan dan konflik antar ras. Kerusuhan dan konflik ini telah merenggut banyak jiwa dan menebarkan kebencian dan dendam pada hampir seluruh masyarakat Long Beach.

Erin Gruwel baru saja akan mengawali karirnya sebagai guru Bahasa Inggris. Ia ditugaskan untuk menangani sebuah kelas di ruang 203, dimana murid-muridnya berasal dari berbagai ras yang berbeda. Hampir seluruh muridnya rasis dan saling membenci satu sama lain. Hari pertama mengajar bukanlah awal yang menyenangkan bagi Erin, keadaannya sebagai seorang kulit putih membuat murid-muridnya sulit untuk menerima dan bahkan justru menaruh kecurigaan dan rasa benci padanya. Hal ini memengaruhi bagaimana murid bersikap dan bertingkah laku di kelas. Tak ada rasa hormat yang ditunjukkan murid kepada Erin, bahkan sering kali murid-muridnya berkelahi di tengah-tengah pelajaran sehingga Erin harus memanggil petugas untuk melerai mereka. Tekanan dan tantangan untuk mengajar tidak hanya diperoleh Erin dari murid-murid di kelasnya, tetapi juga dari suami dan ayahnya.

Pada awal mengajar, Erin hanya berusaha menyampaikan materi dan membuat murid-muridnya mengerti mengenai materi yang ia sampaikan. Ia tidak menyadari keadaan yang sedang dialami dan dihadapi oleh murid-muridnya yang menjadi tembok penghalang mereka untuk dapat menjadi seorang murid yang baik. Pada suatu hari, Erin menemukan sebuah gambar salah seorang muridnya. Gambar itu adalah gambar seorang kulit hitam dengan bibir yang sangat tebal. Disinilah akhirnya Erin melihat betapa seriusnya isu rasis yang ada di kelasnya. Erin akhirnya memutuskan untuk menjadikan isu rasis menjadi media pengajaran Bahasa Inggrisnya. Erin berharap ini tidak hanya akan meningkatkan nilai akademis mereka, namun juga dapat menolong mereka terbebas dari belenggu benci dan dendam akibat rasisme.

Berbagai macam cara dilakukan Erin untuk menjangkau murid-muridnya. Seringkali cara yang ia lakukan sangat berbeda dari yang dilakukan oleh rekan sekerjanya yang lain. Namun cara-cara itu ditambah dengan ketulusan dan kasih sayang dari Erin berhasil menyentuh hati murid-muridnya. Hubungan antara Erin dan murid-muridnya juga menjadi semakin dalam pada saat Erin meminta mereka untuk menulis jurnal. Erin meminta murid-muridnya untuk menceritakan apapun tentang diri mereka di jurnal; masa lalu, saat sekarang, masa depan, hal-hal baik, hal-hal buruk, puisi, lagu, dll. Erin mengatakan bahwa ia tidak akan menilai tugas tersebut, sehingga siswa tidak perlu khawatir akan isi tulisannya, namun jika mereka ingin agar Erin membaca tulisan mereka, maka mereka dapat meletakkannya di dalam lemari terkunci yang telah disediakan Erin sebelumnya. Tanpa disangka ternyata hampir seluruh murid meletakkan jurnal mereka di lemari tersebut dan ingin agar Erin membacanya. Lewat jurnal inilah Erin mulai mengenal murid-muridnya lebih dalam secara pribadi. Lewat tulisan mereka, Erin akhirnya mengerti apa yang mereka alami, rasakan, dan penyebab kebencian serta dendam yang ada di dalam diri mereka. Hal ini sangat menolong Erin untuk memahami keadaan murid-muridnya sehinggga ia dapat menerapkan metode mengajar yang lebih tepat.

Usaha Erin untuk mengajar dan menolong murid-muridnya ternyata tidak mendapat dukungan dari pihak sekolah. Pihak sekolah sudah terlanjur memiliki cap tertentu pada murid-murid Erin. Pihak sekolah menilai murid-murid Erin tidak memiliki harapan dan masa depan. Hal ini menyebabkan sangat sulit bagi Erin untuk memperoleh bahan ajar yang ia perlukan. Bahkan ijin untuk meminjam buku di perpustakaan sekolah pun tidak Erin dapatkan. Pihak sekolah merasa bahwa murid-murid Erin tidak dapat membaca dan hanya akan menghilangkan, mencoret atau merusak buku tersebut.

Tantangan dan hambatan yang dialami Erin tidak membuatnya menyerah. Erin sudah bertekad untuk melakukan yang terbaik bagi murid-muridnya. Oleh karena itu Erin memutuskan untuk bekerja di dua tempat lainnya (menjadi pramuniaga di sebuah toko Bra dan menjadi penjaga pintu Hotel) agar ia dapat memiliki uang yang cukup untuk membelikan buku-buku yang dibutuhkan murid-muridnya, membiayai perjalanan tour mereka, dan hal-hal lainnya.

Pada suatu kesempatan, Erin mengadakan sebuah perjamuan untuk para murid yang ia sebut sebagai “Toast for Change”. Pada perjamuan ini, setiap siswa diminta untuk merayakan kebebasan mereka dan mengambil sebuah arah baru di dalam hidup mereka. Satu per satu murid-murid Erin maju ke depan untuk membagikan pandangan, harapan, dan komitmen mereka. Perlahan tapi pasti, kini murid-murid Erin mulai terbebas dari rasisme serta kebencian dan dendam yang ditimbulkannya. Kini mereka memiliki pengharapan dan tujuan yang baru di dalam hidup mereka.

Di akhir film dijelaskan bahwa murid-murid Erin akhirnya dapat lulus dari SMU dan menjadi orang pertama di keluarga mereka yang lulus SMU dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Jurnal yang pernah ditulis oleh murid-murid Erin akhirnya dibuat menjadi sebuah buku dan dipublikasikan pada tahun 1999. Buku ini diberi nama “The Freedom Writers Diary”. Beberapa tahun kemudian Erin dan murid-muridnya mendirikan sebuah yayasan yang diberi nama “Yayasan Freedom Writers”. Yayasan ini mereka dedikasikan untuk mengulang kesuksesan ruang kelas 203 di ruang kelas di seantero negeri.

Film ini sangat baik untuk kita tonton khususnya ketika kita bekerja dalam dunia pendidikan. Lewat film ini kita dapat belajar bagaimana perhatian dan kasih sayang dari seorang guru dapat mengubah hidup banyak murid, dan bagaimana perubahan dari setiap murid ini membawa perubahan-perubahan bagi lebih banyak orang. Kita juga akan mendapatkan banyak sekali inspirasi mengenai metode-metode mengajar yang efektif, belajar mengenai hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses belajar-mengajar, dan bagaimana kekuatan sebuah kepedulian dapat merobohkan tembok-tembok pemisah dan memberi harapan baru dalam hidup seorang murid.

Selamat menonton…!

IB/ Tim Karakter

 

Tips Komunikasi Efektif dengan Anak

Kita sebagai orang tua ingin agar anak kita dapat membicarakan segala hal dengan kita-baik ataupun buruk. Hal ini membutuhkan banyak kesabaran dan kerja keras. Bagaimanapun, keterbukaan, kejujuran dan komunikasi yang efektif dapat menyatukan keluarga dan menciptakan situasi yang baik untuk membangun komunikasi dan relasi yang positif dengan anak-anak kita.

Berikut ini beberapa tips dalam menjalin komunikasi yang baik dengan anak:

  1. Secara terbuka tunjukkan cinta, perasaan dan penerimaan. Anak yang merasa aman dan terlindungi lebih terbuka untuk membagikan pikiran dan perasaan mereka.
  2. Investasikan waktu untuk berhubungan dengan anak. Buatlah diri kita tersedia (available) untuk mengajar anak dan membuat mereka tahu bahwa waktu untuk dapat bersama-sama mereka itu penting dan berharga bagi kita.
  3. Luangkan waktu tiap harinya untuk mengobrol. Hal ini dapat dilakukan secara informal, contohnya saat mengendarai mobil, makan malam, sebelum tidur, atau pada pertemuan keluarga yang lebih formal. Pastikan juga untuk memeriksa kelanjutan dari setiap diskusi.
  4. Mulailah pembicaraan. Bicarakan dengan anak mengenai hal-hal dimana mereka terlibat atau hal-hal yang menarik perhatian mereka. Untuk menghindari respon singkat, tanyakan pertanyaan terbuka dan minta mereka menjelaskan lebih lanjut jawaban mereka.
  5. Untuk anak yang lebih muda, berkomunikasilah sesuai dengan level mereka. Secara fisik, rendahkan tubuh (jongkok, duduk, berlutut, dll) dan gunakan kata-kata yang lebih mudah dan sederhana.
  6. Dengarkan baik-baik. Hilangkan segala gangguan dan berikan anak kita atensi atau perhatian yang penuh- tidak terbagi-bagi. Buatlah kontak mata dan biarkan mereka tahu bahwa mereka didengar. Ijinkan mereka untuk mengekspresikan perasaan dan tidak memotong perkataan mereka.
  7. Jangan merasa gagal/ tak bisa, khususnya saat berhubungan dengan anak remaja. Meskipun anak remaja menunjukkan perilaku seperti tak peduli dan tak mau bicara, mereka tetap butuh untuk berbicara dengan kita. Cari tahu situasi dimana anak merasa nyaman dan bersedia untuk mengatakan perasaan dan pikiran mereka, contohnya dengan duduk bersampingan saat berkendara, saat membuat makan malam atau ketika melakukan tugas-tugas rumah bersama. Dengarkan dengan sabar dan siap ketika mereka juga telah siap untuk berbicara.
  8. Perhatikan dengan seksama, tidak hanya kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi juga bahasa tubuh, perilaku, emosi, dan intensitas. Hal-hal ini akan membantu kita untuk dapat memahami anak dengan lebih baik dan menolong kita untuk mengawasi perilaku mereka.
  9. Akui dan terimalah apa yang anak bagikan pada kita. Simpati, empati, dukungan dan pengertian. Jangan menyalahkan atau mengkritik mereka dengan berlebihan. Tunjukkan penerimaan untuk setiap anak.
  10. Ekspresikan perasaan dan nilai-nilai yang kita miliki dengan cara yang tidak menghakimi.
  11. Hindari komunikasi negatif. Contohnya, menguliahi, mengomel, mengancam, atau berkata-kata kasar, berbohong, dan memberi tahu anak apa yang harus dilakukan tanpa memikirkan perasaan mereka.
  12. Pujilah anak atas usaha mereka untuk berkomunikasi. Buat mereka tahu bahwa kita menghargai apa yang mereka katakan dan keterbukaan mereka pada kita.

Konsistensi dan komunikasi yang efektif dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat dengan anak kita. Penghargaan dan kepercayaan yang terbangun dapat memudahkan mereka untuk membagikan lebih banyak informasi dengan kita saat mereka bertumbuh. Selain itu, kemampuan yang dipelajari melalui komunikasi sehari-hari (berbicara dan mendengarkan) dapat menolong untuk membangun harga diri, kepercayaan diri serta memampukan mereka untuk lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Diterjemahkan dari: www.barringtonyouthandfamilyservices.org/uploads/LDS/karakter

PENUH PERHATIAN

Penuh perhatian dalam bahasa latinnya disebutkan sebagai attente, yang atinya listen carefully. Penuh perhatian adalah sebuah sikap yang serius, memusatkan perhatian, fokus untuk menyimak suatu hal yang penting. Dalam Lukas 8:18, melalui perumpamaan tentang pelita, Yesus menyampaikan bahwa betapa pentingnya kehidupan kita sebagai terang. Makna penting ini harus diperhatikan dengan penuh perhatian. Dikatakan oleh Yesus bahwa konsep penuh perhatian harus diwujudkan dari konsep mendengar yang attentive.

Yesaya 54:3 menyatakan bahwa sikap penuh perhatian adalah sikap yang selalu diminta oleh Allah. Allah meminta agar kita memberikan perhatian yang sungguh-sungguh untuk mendengar suaraNya. Ketika kita mendengarNya dengan penuh perhatian, maka kita akan hidup.

Paulus menegaskan di dalam 1Timotius 4:15, bahwa Timotius harus memusatkan perhatiannya kepada ajaran Kitab Suci dan hidup di dalamnya agar ada kemajuan yang nyata.

Dengan demikian sikap yang penuh perhatian bila dilakukan akan memberikan kehidupan, dan kehidupan itu bukan hidup yang biasa-biasa saja melainkan kehidupan yang penuh dengan kemajuan.

 Definisi

Penuh perhatian adalah sikap yang sungguh-sungguh mau mengerti, dengan cara  memusatkan perhatian dan mendengar hal-hal yang baik dan benar.

“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

Lukas 8:18

Apakah Fokus Utama Hidup Anda?

Bacaan: 1 Kor 9: 24-27

Oleh: Prasasti Perangin-angin, M.Div

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti sebuah pembinaan di sebuah kampus di Central Park Jakarta Barat. Inti dari pembinaan tersebut adalah bagaimana kita mampu membangun relasi keintiman dengan Allah. Namun yang menarik dari sesi pembinaan empat hari tersebut adalah satu sesi dimana peserta dilatih untuk mampu mengalami keintiman dengan Allah tidak saja di tempat pembinaan namun di dalam realitas hidup yang akan dijalani setiap hari. Karena itu, panitia merancang satu sesi, di mana setiap peserta diberikan kesempatan untuk berjalan melalui hiruk pikuk Mall Central Park yang kebetulan satu lokasi dengan tempat pembinaan. Tugas yang diberikan adalah menuliskan bagaimana relasi atau perhatian peserta selama di mall tersebut. Pesan pokok yang ingin diperoleh dari sesi tersebut, yakni sejauh mana keintiman dengan Allah tetap bertahan di tengah kebisingan dunia. Karena itulah realitas yang sesungguhnya dimana fokus dan perhatian hidup akan terus ditantang. Tetap kepada Tuhan atau terhanyut oleh dunia ini.

…saya menyadari bahwa kebisingan dunia setiap saat dapat saja menarik kita pada hilangnya fokus utama di dalam kehidupan ini.

Melalui pengalaman itu, saya menyadari bahwa kebisingan dunia setiap saat dapat saja menarik kita pada hilangnya fokus utama di dalam kehidupan ini. Persekutuan yang intim dengan Tuhan dapat saja tergantikan dengan fokus kita kepada media sosial yang tidak pernah ada habisnya. Kerinduan kita kepada kebutuhan hidup yang semakin menggunung dapat menggantikan perhatian kita kepada kerinduan akan kehadiran Allah. Teknologi yang serba lengkap dapat membuat kepenuhan hidup rasa-rasanya adalah jawaban akan kehampaan kehidupan. Karena itu tidak heran seorang siswa di Taiwan mendeklariskan pernikahannya dengan sebuah benda mati bernama laptop. Ternyata di dalam sebuah laptop seorang manusia dapat memenuhi semua keinginan dan kebutuhan hidup yang dicarinya.

Di dalam konteks jemaat Korintus, Paulus sangat menyadari di dalam pemberitaan injil yang sedang dilakukannya, setiap saat fokus dan perhatiannya dapat direnggut oleh berbagai bentuk kehampaan. Begitu juga dengan jemaat Korintus di tengah modernisasi kota Korintus dan liturgika ibadah jemaat yang semakin ‘maju’ telah membuat jemaat kehilangan fokus dan perhatian utama. Sehingga bila itu terjadi akan terjadi penolakan terhadap Injil. Atau dengan kata lain, kesaksian hidup jemaat akan menjadi kesaksian yang palsu.

Penolakan terhadap Injil sama saja dengan penolakan terhadap keberadaan Kristus sebagai Tuhan satu-satunya yang patut disembah…

Penolakan terhadap Injil sama saja dengan penolakan terhadap keberadaan Kristus sebagai Tuhan satu-satunya yang patut disembah oleh setiap umat manusia. Karena itulah Paulus mendorong jemaat Korintus untuk menjadi seperti seorang pelari yang terus terfokus kepada tujuan yang sedang dituju. Atau seperti seorang petinju yang tidak sembarang saja memukul. Butuh perhatian khusus. Fokus yang tidak tergoyahkan.

Metafora petinju dan pelari menggambarkan bahwa ada dua hal yang harusnya dimiliki oleh setiap kita untuk dapat menjadi saksi Kristus yang hidup. Pertama, terus terfokus kepada tujuan. Tujuan akan mendasari pertanyaan, kenapa dan untuk apakah kehidupan kita jalani (1 Korintus 9:26). Tujuan harus menjadi pemimpin dan pendorong satu-satunya kita hidup. Dengan istilah lain, tujuan ini dapat juga digambarkan sebagai sebuah panggilan hidup yang memimpin langkah dan tindakan hidup kita.

Panggilan hidup adalah alasan. Termasuk pekerjaan. Sebagai guru atau karyawan di dunia pendidikan (Athalia), landasan utama yang menjadi alasan kita untuk memutuskan memilih pekerjaan ini harusnya adalah panggilan untuk mendidik anak bangsa menjadi seorang murid Kristus. Ketika panggilan yang mendasari, maka pekerjaan ini dapat dinikmati. Fokus yang utama akhirnya apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki. Namun sebaliknya, ketika pekerjaan hanyalah sebagai tempat bagi kita untuk mencari nafkah maka pekerjaan itu dapat menjadi konsentrasi kesekian bagi kita. Atau hanyalah berjalan begitu saja, tanpa ada spirit yang menggerakkan.

Fokus yang utama akhirnya apa yang Tuhan kehendaki, bukan apa yang kita kehendaki.

Begitu juga gaya hidup yang kita pilih. Kenapa saya katakan, kita pilih, karena bagi saya gaya hidup adalah pilihan. Apakah perhatian utama dari gaya hidup kita? Konsumtif dan hedonis? Tren dan kesenangan hidup menjadi tujuan? Atau sebaliknya, nilai-nilai kesederhanaan. Membeli sesuatu berdasarkan fungsi. Pendekatan kebutuhan bukan keinginan.

Fokus kita adalah kemuliaan Allah. 1 Kor 10 :31 mengatakan Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.’ Perjalanan hidup akhirnya diterjemahkan hidup untuk kemuliaan Allah. Apapun itu, tanyakan apakah menjadi kemuliaan bagi Allah atau tidak? Dengan demikian perhatian kita akan kita tujukan kepada perkara surgawi.

Kedua, menguasai diri (1 Korintus 9:25). Penguasaan diri menjadi kunci utama bagaimana kita mampu terus memusatkan perhatian kepada tujuan. Penguasaan diri seperti penangkal segala bentuk godaan. Seperti seorang atlet harus mampu untuk menguasai diri untuk terus berlatih untuk menggapai hasil yang terbaik. Penguasaan diri berarti mampu menolak keinginan diri. Menyangkal diri.

… dunia ini semakin hari akan terus berusaha menarik kita kepada jalan yang dunia kehendaki.

Bila kita perhatikan, dunia ini semakin hari akan terus berusaha menarik kita kepada jalan yang dunia kehendaki. Nilai-nilai yang ditawarkan iklan televisi, media sosial, atau tulisan diskon di tempat perbelanjaan adalah bentuk usaha dunia menarik kita semakin jauh dari dari nilai-nilai kebenaran yang Allah rindukan dari kita. Bila kita lengah, maka kita akan larut di dalamnya.

Lihatlah, sungguh disayangkan, nilai-nilai tersebut akhir-akhir ini telah merasuki gereja Tuhan di berbagai tempat. Gereja-gereja seakan mulai berlomba menawarkan hiburan untuk menarik semakin banyak para pengikut datang ke gereja, dan menghalalkan cara-cara manipulatif yang dunia pakai. Semoga saja ini bukan merupakan gejala yang telah lama diingatkan oleh Paulus kepada Timotius; karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya ( 2 Tim 4:3). Ketika hal ini yang terjadi maka perhatian gereja yang harusnya terpusat kepada kebenaran Alkitab atau identitas sejati di dalam salib berubah menjadi filosofi dunia dan identitas kemakmuran yang umumnya menjadi perhatian manusia yang telah dipenuhi oleh dosa.

Kunci dari penguasaan diri adalah terus berfokus kepada kebenaran Allah.

Kunci dari penguasaan diri adalah ketika kita terus berfokus kepada kebenaran Allah. Ketika waktu dan energi kita investasikan kepada hal-hal yang bernilai kekal. Ketika itulah suara Tuhan akan semakin jernih di dalam pendengaran kita. Bersamaan dengan itu, bisik rayu dunia ini tidak membuat fokus kita berubah daripada-Nya.

 

Pendayaguna

Dasar Pemikiran

Pada saat penciptaan, Tuhan bekerja enam hari lamanya untuk menciptakan segala sesuatu. Ketika Tuhan selesai menciptakan, Ia melihat segala yang diciptakannya itu “sungguh amat baik” (Kej 1:31). Oleh karena Tuhan menciptakan semua ciptaan-Nya “sungguh amat baik”, maka kebaikan dan kasih Tuhan tidak dibatasi oleh keadaan ciptaan itu apakah bagus atau tidak, pintar atau bodoh, kaya atau miskin, hitam atau putih, lengkap atau cacat, dll. Di mata Tuhan semua “sungguh amat baik” dan Tuhan menciptakan semuanya dengan tujuan, yaitu tujuan yang baik.

Manusia sendiri adalah ciptaan Tuhan yang paling berharga (Yes 43:4a, 1 Tim 4:12). Manusia berharga di mata Tuhan, terlepas dari siapa dia, apa yang ia miliki, dan apa yang telah ia lakukan. Kasih Tuhan yang paling besar terbukti ketika Dia turun ke dunia merendahkan dirinya mati di kayu salib untuk menanggung dosa dan menyelamatkan manusia (Yoh 3:16).

Karena Tuhan memandang ciptaannya “sungguh amat baik” dan berharga, maka kita tidak akan menilai ciptaan Tuhan dari rupa, fisik, pendidikan, harta, dll. Namun kita akan menilai dengan melihat bagaimana Tuhan berkarya di dalam ciptaan itu, sehingga kita juga akan memandangnya “sungguh amat baik” dan berharga.

Tuhan memberikan tugas khusus kepada manusia untuk menjaga dan memelihara ciptaan-Nya (Kej 1:28-29). Namun manusia seringkali tidak menghargai ciptaan Tuhan, baik itu dirinya sendiri, orang lain, dan ciptaan lainnya dengan meremehkan, merusak, bahkan menggunakannya untuk tujuan yang salah.

Wahyu 3:16 mengatakan bahwa hendaknya jemaat di Laodikia tidak menjadi pribadi yang suam-suam kuku. Pada saat itu di Laodikia dilewati oleh 2 aliran sungai, masing-masing sungai dialiri air dingin dan air hangat. Penduduk Laodikia menetapkan sungai yang dialiri air dingin digunakan untuk kebutuhan air minum, sementara sungai yang dialiri air hangat digunakan untuk kebutuhan mandi. Bila itu dilakukan            dengan benar, maka fungsi sungai-sungai itu dianggap “useful”. Bila dicampur menjadi air suam-suam kuku, maka tindakan itu bukanlah tindakan yang benar sesuai dengan fungsinya.

Sama seperti kedua sungai di Laodikia, setiap kita telah diberikan fungsi yang baik oleh Tuhan, sebagaimana dikisahkan pada kisah penciptaan. Segala sesuatu yang ada pada diri kita atau sekitar kita adalah pemberian Tuhan. Tuhan memiliki tujuan mengapa menciptakan kita, orang lain dan benda-benda di sekitar kita sesuai dengan keberadaan kita saat ini (kaya atau miskin, pintar atau bodoh, bertubuh lengkap atau tidak, cantik atau tidak, dll), yaitu untuk melakukan pekerjaan yang baik. Maka sudah menjadi kewajiban kita untuk bertindak sesuai dengan apa yang sudah diberikan kepada kita.

Salah satu yang dapat kita lakukan adalah dengan mendayaguna diri, orang lain, dan benda-benda sekitar kita. Mendayaguna berarti melihat sesuatu secara positif dan mampu menemukan nilai lebih dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memaksimalkan pemanfaatannya untuk kebaikan. Kita dilatih untuk mendayagunakan segalanya sesuai dengan fungsinya sehingga menghasilkan sesuatu yang baik untuk diri kita dan orang lain. Hal itu kita lakukan sebagai bentuk hormat dan terima kasih kita kepada sang pemberi dan pencipta yaitu Tuhan.

Oleh karena engkau berharga di mata-Ku, dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,

Yes 43:4a

Definisi

Melihat sesuatu secara positif dan mampu menemukan nilai lebih dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memaksimalkan pemanfaatannya untuk kebaikan.

Mengambil Prakarsa-Prakarsa Kecil

Dari Senin sampai Jumat Marcie selalu bangun pagi-pagi, berjalan ke stasiun kereta, dan naik kereta selama empat puluh lima menit ke Boston sebagai seorang pelaju atau komuter (Penumpang ulang-alik/ bolak-balik). Di sana ia pindah ke subway yang membawanya ke kantor. Hal yang sama dilakukannya setiap hari selama setahun. Kemudian ia berhenti dari pekerjaannya untuk belajar sebagai asisten dokter. Di minggu-minggu terakhir kerjanya, petugas subway  memberinya tiket gratis untuk dua minggu terakhir. Pada hari terakhir ia pergi bekerja, para penumpang di kereta mengadakan pesta perpisahan untuknya.

Menurut Anda, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa yang memotivasi sekelompok orang pelanggan komuter kereta mengadakan sebuah pesta untuk seorang penumpangnya? Biasanya, para penumpang menyibukkan diri dengan surat kabar, buku, dan walkman, atau mereka akan langsung menuju kantor virtual mereka dengan menyalakan laptop mereka segera setelah mereka duduk di kereta. Bagaimana ceritanya?

Marcie berumur dua puluh dua tahun. Menurut penuturannya, ia “bukanlah seorang yang mudah bergaul.” Tetapi sebagai pengikut Kristus, ia memutuskan untuk mengikuti perintah Yesus. Ia memutuskan untuk menumpang kereta dan bus yang sama setiap hari. Ia juga memilih untuk ada di antara penumpang-penumpang lainnya. Ia mulai tertarik menyapa mereka. Ia menghafal nama-nama mereka dan tertarik untuk mengenal keluarga mereka, berbagai keprihatinan mereka, serta minat mereka. Beberapa obrolan berlanjut dari satu kesempatan perjalanan ke kesempatan lainnya. Orang-orang mulai tahu. Marcie senang dan peduli pada mereka! Karena imannya merupakan bagian alami dari dirinya, maka hal iman pun menjadi bagian dari obrolan-obrolannya. Pesta spontan yang terjadi dalam kereta para komuter tersebut menunjukkan suatu jenis tanggapan bahwa prakarsa-prakarsa kecil Marcie diterima.

Dalam rangkaian kehidupan sehari-hari kita berpapasan dengan banyak orang yang sama. Saat bertemu dengan beberapa orang kita berhenti dan menyapanya. Kita bertanya mengenai akhir pekan mereka dan mengucapkan selamat ulang tahun pada mereka. Beberapa kita sapa dengan menyebut nama mereka, beberapa orang lainnya kita sapa dengan senyuman dan anggukan. Beberapa lainnya mungkin kita acuhkan.  Kita melewati mereka begitu saja. “Merekalah orangnya,” kata Yesus- yang biasa kalian abaikan- kepada merekalah khususnya Aku ingin kalian memberi salam!
Buku Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat
Kisah ini dapat ditemukan dalam buku Menjadi Garam dan Terang bagi Kalangan Terdekat. Melalui buku ini Jim Petersen dan Mike Shamy berusaha memaparkan bagaimana kita sebagai manusia sebenarnya dapat terus berbuah serta menjadi garam dan terang bagi lingkungan sekitar kita. Bahkan lewat hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita. Buku ini tersedia di perpustakaan SMP/SMA Sekolah Athalia atau anda bisa membelinya di toko buku terdekat. Selamat membaca!

Menghargai Alam, Menghargai Tuhan

Kejadian 2:15

“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

Ulangan 20: 19

“Apabila dalam memerangi suatu kota, engkau lama mengepungnya untuk direbut, maka tidak boleh engkau merusakkan pohon-pohon di sekelilingnya dengan mengayunkan kapak kepadanya, buahnya boleh kaumakan, tetapi batangnya janganlah kautebang; sebab, pohon yang di padang itu bukan manusia, jadi tidak patut ikut kau kepung.”

Ketika sedang menjelajah internet beberapa waktu lalu saya menemukan satu event atau gerakan yang unik. Gerakan ini setiap tahun menjadi satu event besar di beberapa negara dan sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa diantara kita mungkin pernah mendengar atau justru pernah terlibat dalam gerakan ini. Gerakan Earth Hour. Gerakan Earth Hour adalah salah satu gerakan yang diprakarsai oleh WWF (World Wildlife Foundation)- organisasi konservasi lingkungan hidup yang independen dan terbesar di dunia. Setiap orang di seluruh dunia dapat berpartisipasi dalam gerakan ini. Pada tahun ini, tepatnya pada tanggal 28 Maret 2015, kita dapat ikut berpartisipasi dengan mematikan listrik atau lampu di rumah maupun di tempat kerja kita selama satu jam atau lebih, mulai dari pukul 08.30-09.30 malam waktu setempat. Bila seluruh penduduk dunia melakukannya, maka perubahan besar tentu dapat terjadi.

Berbicara mengenai pendayaguna memang tidak dapat lepas dari kontribusi kita sebagai manusia pada kelestarian alam atau lingkungan hidup. Dalam kitab Kejadian, Tuhan Allah dengan jelas mengatakan agar kita harus mengusahakan dan memelihara taman atau bumi ini. Tuhan memang menganugerahkan kita kuasa atas alam dan segala isinya. Namun kembali lagi bahwa semua ini merupakan ciptaan dan milik Tuhan saja (Mazmur 24:1) yang seharusnya kita hargai dan pelihara dengan segenap hati.

Adakala memang kita sebagai manusia lupa. Lupa bahwa apa yang kita makan dan gunakan sehari-hari berasal dari alam yang juga merupakan makhluk hidup. Lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses untuk tumbuh. Bila direnungkan kembali, manusia sebenarnya tidak dapat hidup tanpa alam, tanpa tumbuhan dan hewan, tetapi alam dapat terus tumbuh dengan baik tanpa adanya manusia. Oleh karena itu Adam dan Hawa diciptakan pada urutan terakhir ketika semua telah tersedia bagi kehidupan mereka. Bukan berarti alam adalah segalanya, tetapi manusia harus lebih menghargai alam sebagai ciptaan Tuhan yang menyediakan seluruh kebutuhan kita di bumi.

Perlu kita ketahui juga bahwa ternyata menghargai alam dan isinya juga merupakan salah satu bagian dalam mengembangkan karakter anak. Hal ini tertera dalam buku Let The Children Come-Along The Virtuous Way (buku yang dipakai dalam Parenting Class-Teen). Mengajarkan anak untuk menghargai alam juga berarti mengajarkan anak untuk menghargai orang lain dan terutama menghargai Allah sendiri. Mengenalkan keindahan yang telah Tuhan ciptakan pada anak dapat membangun kepekaan dan tanggung jawab anak untuk mau terlibat menjaga dan menciptakan lingkungan yang sehat untuk kehidupan mereka. Bukan justru merusak dan mengeksploitasi alam yang sudah semakin hancur ini. Tuhan sendiri mengingatkan kita dalam Ulangan 20:19 untuk tidak melibatkan alam dalam peperangan kita.

Oleh karena itu alangkah baiknya bila kita semua sebagai manusia dapat hidup harmonis bersama dengan alam. Jangan biarkan bencana-bencana yang harus datang mengingatkan kita untuk berubah, tapi biarlah apa yang telah kita terima dari Tuhan juga dapat kita bagikan melalui perilaku kita sehari-hari. Pertumbuhan yang baik hanya dapat terjadi ketika kita mau belajar untuk berubah menjadi lebih baik. Sadari bahwa setiap gerakan dan perubahan-perubahan kecil yang kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan anak cucu kita nanti. Think wise and action! (LDS/karakter kerohanian)

Front of the Class

“Wak..wakk… hup..hup!!”

Bukan, itu bukanlah suara-suara bebek atau kawan-kawannya. Suara-suara itu adalah milik Brad Cohen. Sejak kecil Brad telah didiagnosis menderita Tourette Syndrome. Tourette Syndrome atau sindrom Tourett adalah gangguan saraf pada otak yang mengakibatkan terjadinya tik vokal dan otot yang tidak terkontrol. Hal ini tergantung pada tingkat stress dan kondisi di lingkungan sekitar. Tanpa sengaja, seperti bersin yang tak tertahan, kapan saja Brad dapat melontarkan kata-kata/ celotehan seperti “wak..wak.. “ atau sekedar “Hup” sambil menyentak-nyentakkan kepala atau wajahnya seperti sedang kejang.

Hal ini membuatnya sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain karena orang-orang merasa terganggu dengan kelakuannya itu. Ketika ia duduk di sekolah dasar, orang-orang belum mengerti gangguan yang dimiliki Brad. Mereka mengira itu memang kelakuan nakal Brad. Hampir setiap hari ia dihukum atau diperintahkan untuk menghadap kepala sekolah karena kelakuannya yang dianggap mengganggu kelas. Brad tidak mengerti, ia sendiri tidak memiliki niat untuk mengganggu kelas, namun semua itu tak dapat ia kendalikan.

Untungnya Brad memiliki seorang ibu yang sangat perhatian dan sayang padanya. Ibu Brad percaya pada penjelasan Brad dan akhirnya membawa Brad menemui dokter dan bahkan psikiater. Tetapi ternyata mereka pun tak dapat menemukan gangguan yang dimiliki Brad. Ibu Brad tak putus asa, ia pergi ke perpustakaan dan membaca buku-buku kesehatan hingga akhirnya setelah lama mencari ia pun menemukan Tourette Syndrome. Meski belum ada obat yang dapat mengobatinya, Brad tidak sedih dan menyerah.

Suatu hari di sekolah, gangguan Brad terjadi lagi dan guru Brad yang kesal menghukumnya untuk menghadap kepala sekolah. Brad pun terpaksa menemui kepala sekolah baru yang kemudian meminta Brad untuk hadir mengikuti konser sekolah. Brad kaget, ia tahu benar kalau ia pasti akan mengganggu konser itu, namun kepala sekolah bersikeras agar Brad hadir. Benar saja, saat konser berlangsung seisi aula terganggu dengan tik Brad. Di akhir konser, kepala sekolah memanggil Brad ke depan dan dengan lembut bertanya pada Brad mengenai gangguan yang dimilikinya. Brad pun menjelaskan gangguan yang dimilikinya dengan jelas hingga kemudian kepala sekolah bertanya mengenai satu hal,

“Lalu apa yang dapat kami lakukan untukmu Brad?” tanyanya.
“Aku hanya minta agar diperlakukan seperti anak-anak normal lainnya..” jawab Brad.

Hal ini membuat seisi sekolah bertepuk tangan untuk Brad, untuk ketabahan dan semangatnya. Brad tak pernah melupakan kejadian itu, suatu hal kecil yang dilakukan kepala sekolahnya menjadi begitu berarti bagi kehidupan Brad. Pengalamannya selama di sekolah inilah yang membuat Brad akhirnya bertekad untuk menjadi seorang guru.

Perjalanan Brad tidak mudah, meski ia mendapat nilai tinggi saat sekolah dan kuliah, ia ditolak oleh 24 sekolah ketika melamar menjadi guru karena kekurangannya. Sekolah-sekolah itu merasa anak-anak justru akan terganggu saat belajar karena suara-suara yang ditimbulkan Brad.

Brad sudah hampir putus asa, tetapi keluarga dan teman Brad terus memberinya semangat. Mereka mengingatkannya kembali pada impiannya menjadi guru dan ia pun mencoba lagi. Akhirnya usaha Brad tidak sia-sia. Salah satu sekolah menjawab lamaran Brad dan memberinya kesempatan untuk wawancara. Melalui wawancara tersebut, kepala sekolah melihat semangat, dedikasi, dan filosofi Brad yang benar dalam mendidik anak-anak. Akhirnya Brad diterima untuk mengajar. Brad begitu gembira. Ia bertekad untuk menjadi guru yang baik bagi siswa-siswanya. Meski di awal ia mengalami banyak kesulitan, ia tetap berusaha mengajar tiap siswanya dengan sukacita.

Siswa-siswa Brad sangat tertarik pada setiap pelajaran yang diajarkan karena metode-metode pembelajaran Brad yang menyenangkan. Brad terbuka pada anak-anak mengenai sindrom Tourett yang dimilikinya dan berusaha menjangkau serta membesarkan hati anak-anak yang kesulitan dalam belajar. Usaha dan kerja keras Brad itu tak sia-sia. Setelah beberapa lama mengajar, ia mendapat penghargaan sebagai Teacher of the Year untuk negara bagian Georgia.

“Aku ingin menjadi guru hebat yang tak pernah kumiliki selama ini. Aku ingin menjadi sosok panutan yang baik dan penuh perhatian bagi anak-anak dan dapat mendatangkan perubahan positif dalam hidup mereka.”

Brad tak hanya menjadi inspirasi bagi murid-muridnya, ia juga menjadi inspirasi bagi para guru dan orang-orang penyandang disabilitas lainnya. Ia membuktikan keterbatasan yang dimilikinya tak akan dapat membatasi impiannya.

buku Front of the Class

Apabila bapak/ibu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut cerita Brad dan metode pembelajaran yang Brad gunakan, bapak/ibu dapat membeli dan membaca bukunya yang juga berjudul Front of the Class di toko buku terdekat. (LDS/karakter kerohanian)