Padus SD Athalia Berpartisipasi dalam Penorehan Rekor MURI

Paduan suara SD Athalia telah berpartisipasi dalam penorehan rekor MURI Paduan Suara Marathon Terlama selama 12 jam, sebagai salah satu peserta dari keseluruhan 12 peserta yang ikut dalam paduan suara marathon tersebut. Acara yang berlangsung pada hari Sabtu, 10 Desember 2011 ini diselenggarakan oleh Mall Ciputra, Jakarta. Selamat untuk kreativitas dan talenta yang luar biasa dari paduan suara SD Athalia!

padus sd athalia dalam rekor muri











piagam muri

Athalia Cup 2 Berlangsung Sukses

Pertandingan olahraga Futsal dan Basket tingkat SMP dan SMA se-Tangerang, Athalia Cup 2, yang diselenggarakan oleh Sekolah Athalia berlangsung sukses.

Dalam pertandingan tersebut, tim olahraga sekolah Athalia berhasil menyabet kejuaraan sebagai berikut:

Juara 1 SMP Basket Putra
Juara 1 SMA Basket Putri
Juara 2 SMA Basket Putra
Juara 3 SMA Futsal

Semoga prestasi ini dapat terus dipertahankan dalam pertandingan-pertandingan selanjutnya…

Sampai ketemu dalam Athalia Cup 3!

We Love, We Forgive.

Berikut adalah kesaksian dari gembala jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo saat terjadi peledakan bom pada tanggal 25 September 2011, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai bencana ternyata dapat dipakai Tuhan untuk meneguhkan jemaat.

Silahkan baca testimoni berikut yang dapat meneguhkan iman kita bersama.


MUJIZAT 1053

Oleh Jonatan Jap Setiawan

MUJIZAT 1053

I. 10:53

Minggu 25 September 2011 jam 10:45. Ibadah baru saja usai. Doa berkat telah selesai disampaikan. Jemaat sedang berjalan keluar dari dalam gedung Gereja. Pemuji dan pemusik sedang menaikkan puji-pujian.

Baru saja, Pdt. Sigit Purbandoro dari Surabaya menyampaikan Firman Tuhan mengenai “Pertolongan Tuhan” yang terambil dari Mazmur 121:1-8. Semuanya kelihatannya berjalan dengan lancar sepereti biasanya.

Tiba-tiba terdengar ledakan keras. Puji-pujian langsung berhenti. Saya berpikir speaker sound system yang meledak. Saya langsung berlari ke tengah mimbar dan dari atas mimbar terlihat ada asap putih mengepul dari pintu depan. Asap cukup tebal sehingga pandangan ke luar pintu tidak terlihat. Saya langsung berpikir “Wah bom!” Langsung saya berlari seperti melompat dari mimbar ke tempat kejadian.

Pikiran saya cuma satu, “Tuhan jangan sampai ada korban jiwa dari jemaat” dan kalau ada korban luka, itu yang harus secepatnya ditolong. Tidak kepikiran kalau ada bom susulan atau hal lain. Hanya satu perkara yang ada di pikiran “Selamatkan secepatnya yang terluka!”

Pada waktu itu, jemaat berteriak-teriak panik dan berlarian. Apalagi asap putih cukup tebal menghalangi pandangan. Bau mesiu menyengat dan darah berceceran di lantai.

Sampai di dekat kejadian, saya melihat hanya ada seorang yang tergeletak dengan perut hancur. Saya langsung berpikir, “Itu pasti pelakunya”. Secara sekilas saya tidak menemukan korban lain yang tergeletak, spontan saya langsung berkata dalam hati, “Syukur Tuhan, tidak ada korban jiwa jemaat”.

Lalu saya lihat beberapa jemaat yang terluka. Saya pegang tangan salah satunya dan saya katakan “Kamu pasti tertolong. Jangan takut! Tuhan melindungimu.” Tapi saya tidak boleh hanya berkutat di situ. Sekarang, ada beban di pundak saya sebagai gembala untuk mengendalikan situasi yang kacau dan menenangkan jemaat yang panik. Langsung saya berteriak “Semuanya keluar lewat pintu samping”. Sekarang, prioritas utama adalah melarikan korban yang terluka secepat-cepatnya ke rumah sakit. Tidak usah memanggil ambulan, karena pasti butuh waktu cukup lama. Sedangkan korban, harus secepatnya dibawa ke rumah sakit.

Terdengar teriakan dari Pdm. Joko Sembodo yang mengatur keamanan di tempat kejadian perkara. Dia berteriak kepada petugas parkir di luar “Tutup pintu gerbang cepat!” agar jangan sampai ada orang luar masuk.

“Bawa semua korban lewat kantor. Pakai mobil Gereja untuk membawa korban ke rumah sakit” teriak saya. Langsung beberapa jemaat dengan sigap tanpa rasa takut menggendong para korban ke kantor. Mereka ini betul-betul orang-orang yang siap melayani seperti Kristus. Tidak mempedulikan resiko bom ke dua ataupun kengerian yang muncul, mereka sigap untuk memberikan pertolongan kepada korban-korban yang berjatuhan.

Sayapun segera berlari ke kantor. Di kantor, saya menyuruh Bapak Yohanes dan Bapak Yulianto untuk mengatur parkir agar kendaraan di parkir yang tidak berkepentingan bisa langsung cepat keluar. Begitu kosong, ada dua kendaraan yang siap dipakai, milik Bapak Budi dan Bapak Gideon. Langsung para korban diangkat dinaikkan ke mobil Bapak Budi. Namun ada kesulitan untuk menaikkan korban ke mobil Bapak Gideon, karena pintunya terhalang mobil lain. Tidak menunggu waktu, saya langsung naik ke belakang setir dan memajukan mobil Bapak Gideon, sehingga pintu bisa terbuka lebar.

Begitu korban dimasukkan, mobil segera melaju dengan cepat ke Rumah Sakit Dr. Oen. Ada yang sempat bertanya, “Nanti kalau di tanya siapa yang menanggung dan bertanggungjawab, bagaimana jawabnya?” Saya langsung berteriak “Gereja yang akan bertanggungjawab untuk semua biayanya. Yang penting, korban harus segera ditolong!” (Biaya pengobatan dan rumah sakit ditanggung oleh pemerintah dan oleh pihak Rumah Sakit Dr. Oen). Dalam waktu kira-kira lima belas menit sejak ledakan, semua korban sudah bisa sampai ke Rumah Sakit Dr. Oen.

Setelah sebentar membagi tugas di kantor, saya dan Pdm. Wim Agus Winarno langsung menyusul ke Rumah Sakit Dr. Oen. Urusan peledakan dan korban tewas biarlah urusan polisi dan orang lain yang sudah saya serahi tugas untuk itu. Sedangkan tugas saya adalah gembala. Saya harus berada di dekat domba-domba yang terluka secepatnya.

Di luar, masa yang begitu banyak sudah memadati jalan di sekitar Gereja, sehingga kendaraan saya sukar untuk bergerak. Sesampainya di rumah sakit, ruang UGD sudah penuh dengan korban-korban yang terluka dan keluarganya. Suasana hiruk pikuk. Langsung saya usahakan untuk mendekati mereka satu per satu. Saya berikan kata-kata kekuatan dan yang paling penting saya doakan mereka satu per satu. Itulah tugas saya sebagai gembala.

Korban pertama yang saya jumpai adalah Bapak Sugiyono dan anaknya Defiana. Secara sepintas mereka kelihatannya tidak terluka parah, karena mereka masih bisa tersenyum. Namun kemudian saya baru tahu bahwa luka Defiana cukup parah, di mana ada 3 mur yang bersarang di tempurung kepalanya. Saya doakan mereka dan saya kuatkan.

Lalu saya jumpai Bapak Go Sing Gwan yang terluka dibahunya. Sebuah metal besi telah menghantam tulang bahunya sehingga hancur. Bapak Go Sing Gwan harus menjalani operasi untuk mengganti tulang bahunya yang hancur dengan sebuah plat.

Dikamar sebelah saya menjumpai Olivia Putri yang terluka di kakinya. Urat kakinya putus dan dia menangis. Pasti rasanya sangat menyakitkan sekali dan hati saya turut tersayat melihat gadis remaja ini menangis kesakitan. Saya pegang tangannya dan saya doakan.

Berlari keluar saya masuk ke kamar di samping dan di situ saya melihat Noviyanti tergeletak di atas ranjang dengan kepala yang bercucuran darah begitu banyak. Terlihat sepintas lukanya cukup parah dan dia hanya diam saja tanpa respon. Hati saya kuatir melihatnya. Tapi saya meneguhkan iman dan berdoa. Saya bisikkan kata-kata kekuatan dan saya doakan dia. Luar biasanya, nanti terlihat bahwa pemulihannya begitu cepat dan dia termasuk yang cepat pulang dari Rumah Sakit.

Septiana saya jumpai sedang terbaring kesakitan. Benda tajam telah menembus salah satu kakinya sampai berlubang dan mencucurkan darah. Tidak berhenti sampai di situ, benda tajam itu masih melaju dan bersarang di kaki yang satunya lagi. Ke dua kakinya terluka parah.

Selanjutnya saya berlari ke kamar sebelah dan saya melihat Ibu Feriana yang terluka parah, ada pecahan metal yang menembus dan merobek kandung kemihnya. Pendarahan terjadi dan harus segera dihentikan sebelum menjadi fatal. Segera dia diprioritaskan untuk menerima tindakan operasi lebih dahulu untuk menghentikan pendarahan. Dalam operasi itu, dokter juga harus memotong usus halusnya sebanyak dua cm. ketika didoakan sebelum masuk ke kamar operasi, dia masih bisa tersenyum sekalipun terluka parah.

Selesai mendoakan Ibu Feriana, saya keluar kamar dan di lorong saya menjumpai Ferdianta dan Boris yang terbaring di ranjang. Luka mereka berada di tangan, perut dan kaki, karena ada paku dan benda-benda lain yang menancap. Saya doakan dan saya teguhkan iman mereka. Mereka mengangguk lemah tanda percaya dan saya senang karena mereka tetap kuat.

Saat itu, saya melihat ada korban yang sedang didorong tergesa-gesa oleh petugas medis ke kamar operasi. Ternyata dia adalah Bapak Ristiyono yang punggungnya hancur karena ada dua belas paku yang menancap di punggungnya. Saya tidak sempat mendoakannya secara khusus, tapi saya berdoa dalam hati agar kemanapun dia dibawa, Tuhan menyertainya.

Dengan setengah berlari, saya masuki kamar selanjutnya. Di situ terbaring Ibu Yulianti yang sudah berusia tujuh puluh empat tahun. Dia merasakan sakit di kepalanya yang berdarah-darah dan berkata dengan suara memelas “Pak, kepalaku sakit sekali. Tolong Pak Yo, ndak kuat rasanya. Kepala ini sakit sekali!” Saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk meringankan penderitaannya, kecuali hanya dengan doa. Telinga Ibu Yulianti telah robek terhantam serpihan benda tajam dan mengucurkan banyak darah. Saya pegang tangannya dan dia menggenggam tangan saya erat-erat. Saya katakan, “Tante jangan kuatir. Tante pasti bisa sembuh total. Tetap kuat dan panggil nama Tuhan Yesus ya Tante.” Dia mengangguk dan saya doakan dia sambil kita ber dua berpegangan tangan.

Keluar dari kamar itu, saya melihat korban lain, yaitu Bapak Stefanus yang terbaring di ranjangnya tepat di tengah ruang UGD. Dia berusaha bangun. Saya tenangkan dia dan saya suruh tidur kembali. Saya lihat lengannya atas berdarah-darah. Saya pegang tangannya dan saya doakan dia di tengah-tengah ruangan UGD itu.

Sekalipun jatuh korban tiga puluh orang terluka, saya masih bisa bersyukur bahwa tidak ada satupun yang meninggal dunia. Dari tiga puluh orang itu, empat belas harus dirawat inap dan semuanya harus menjalani operasi. Operasi berlangsung marathon dari hari Minggu jam 14.00 sampai besoknya jam 12.00, selama dua puluh dua jam.

II. MELEDAK.

Jika direnungkan, dalam tragedi 1053 ini ada banyak mujizat dan pertolongan Tuhan. Jika tidak ada satupun korban jiwa, itu adalah karena campur tangan Tuhan semata-mata. Bukan kebetulan! Karena di dalam Tuhan Yesus, tidak ada yang kebetulan. Semua terjadi atas ijinNya.

Sebelum kejadian, berdasarkan rekaman kamera CCTV, pelaku diperkirakan masuk dari pintu kecil samping pintu utama. Dengan berbaju putih lengan panjang, celana panjang hitam, bertopi, berkacamata dan sebuah tas kecil di kalungkan di dadanya, pelaku sempat berjalan ke tengah dan mendekati tengah ruangan Gereja. Andaikata dia meledakkan bomnya di tengah ruangan Gereja, pasti ceritanya akan berbeda. Korban yang jatuh pasti akan lebih banyak.

Tapi entah mengapa (Pasti ada campur tangan Tuhan), pelaku sempat menoleh ke kanan ke kiri seperti kebingungan. Kemudian, dia berbalik dan berjalan menuju pintu keluar. Dia melangkah keluar pintu Gereja dan berdiri di depan pintu agak menyamping ke timur. Di teras Gereja itulah dia meledakkan bom yang dia bawa tepat pukul 10:53 (sesuai dengan waktu yang terekam di CCTV), menghamburkan proyektil-proyektil maut berupa paku, mur, lempengan logam tajam dan lain sebagainya.

Semata-mata pertolongan Tuhan kalau pelaku itu meledakkan bomnya dengan menghadap ke halaman parkir. Andaikata dia meledakkan bomnya dengan menghadap ke arah pintu Gereja, di mana jemaat sedang ramainya keluar melalui pintu itu, maka korban yang berjatuhan akan makin banyak dan bisa jadi ada yang kehilangan nyawanya.

Lebih ajaib lagi, ketika dia menyalakan bomnya, posisinya agak berubah, badannya memutar sedikit sehingga arahnya tepat menghadap ke dua pilar beton. Akibatnya, ketika bom yang menempel di perutnya meledak menghamburkan serpihan-serpihan, maka sebagian tertahan oleh dua tiang beton itu. Kalau bukan tangan Tuhan yang memutar tubuhnya sedikit, maka pasti akan jatuh korban lebih banyak lagi.

Serpihan bom itu ternyata menyebar kemana-mana dan ada sebuah pecahan pipa yang tajam dan sebesar kepalan tangan, telah terlontar menembus plafon teras Gereja. Andaikata pecahan itu tidak dilemparkan oleh Tuhan ke atas dan membabat orang, maka dipastikan orang itu tidak akan mengalami kesakitan. Tapi dia akan langsung tewas di tempat. Tapi puji syukur kepada Tuhan. Tuhan sudah melemparkan pecahan yang sangat berbahaya itu ke atas plafon Gereja, sehingga tidak menimbulkan korban.

III. MUJIZAT.

Satu hal yang saya kuatirkan dan saya doakan kepada Tuhan, “Jangan sampai ada satupun korban yang meninggal!” Kalau tidak ada yang kehilangan nyawa (kecuali pelaku), maka itu membuktikan bahwa tindakan bom bunuh diri itu adalah tindakan yang sia-sia dan tidak mencapai sasarannya, yaitu untuk mencabut nyawa korban sebanyak-banyaknya. Selamatnya para korban juga menunjukkan bahwa perlindungan Allah itu dahsyat dan ajaib! Perlindungan Allah tidak tertembus oleh bom yang bagaimanapun juga.

Oleh sebab itu, ketika diadakan doa di depan Gereja oleh saudara-saudara kita dari GP Ansor pada Minggu malam, sayapun ikut di situ. Pada saat itu, saya menerima tiga kabar yang membuat sesak nafas. Berita pertama yang muncul di sms adalah Defiana setelah operasi kepala untuk mengambil tiga mur, ternyata mengalami kejang-kejang dan kritis. Saat saudara-saudara kita dari GP Ansor berdoa, sayapun juga berdoa, “Tuhan Yesus jangan sampai anakMu ini meninggal. Sembuhkan dan pulihkan dia oleh karena bilurMu, bukan karena yang lain. Aku mohon mujizatMu Tuhan.”

Belum selesai saya berdoa, masuk sms ke dua dan disusul yang ke tiga yang mengatakan bahwa kaki dari salah satu korban yang bernama Hariyoko harus diamputasi karena terbabat obeng yang terlontar seperti roket. Lalu urat kaki Olivia Putri yang putus harus segera disambung sebelum dua puluh empat jam. Tapi sampai saat itu belum bisa segera dilakukan operasi karena ruang operasi penuh. Padahal waktu sudah semakin sempit.

Kembali saya berdoa agar jangan sampai ada satupun yang mengalami cacat! Apalagi mereka ini masih remaja dan masih memiliki perjalanan hidup yang panjang. Jangan sampai mereka kehilangan masa depannya karena mengalami kecacatan.

Berdoa bersama saudara-saudara kita dari GP Ansor dan mengingat korban-korban ini, tak terasa air mata ini menetes. Hanya satu doa yang saya panjatkan terus, “Jangan ada yang meninggal dan jangan ada yang cacat”, supaya nama Tuhan saja yang dipermuliakan dalam peristiwa ini.

Begitu selesai doa bersama, kira-kira jam 22.30, saya langsung bergegas ke Rumah Sakit bersama Pdm. Joko Sembodo untuk menjenguk korban.

Di depan ruang operasi, saya menjumpai Ibu Hung Me, yang suaminya, Bapak Go Sing Gwan sedang menjalani operasi karena tulang bahunya hancur. Di depan kamar operasi itu, kita berdoa bersama-sama memohon anugerahNya.

Lalu saya menuju kamar Olivia Putri yang harus dioperasi sesegera mungkin karena urat kakinya putus. Dia tertidur lelap, mungkin karena pengaruh obat bius untuk mengurangi rasa sakitnya. Saya katakan kepada ibunya, “Jangan kuatir bu. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Kaki Olivia pasti akan dioperasi tepat pada waktunya.” Akhirnya jam 01.00, Olivia bisa dioperasi kakinya dan tidak terlambat.

Di ruang ICU, ada dua korban, yaitu Ibu Feriana yang terluka parah. Kandung kemihnya yang pendarahan karena tertembus logam dan ususnya harus dipotong dua cm. Ketika saya doakan, Ibu Feriana justru berkata “Saya tetap kuat Pak Yo. Saya tetap cinta Tuhan dan Tuhan Yesus pasti sembuhkan saya.” Dia juga berpesan, “Pak Yo juga harus kuat. Tuhan akan pakai Pak Yo.” Saya terkejut dengan ketabahan Ibu Feriana. Saya betul-betul dikuatkan dan terharu. Di saat menderita dan menjadi korban, Ibu Feriana betul-betul tabah dan justru masih bisa memberikan kekuatan. Luar biasa!

Memang Tuhan punya rencana lain untuk Ibu Feriana. Ketika para dokter mengoperasi untuk menghentikan pendarahannya, dokter juga menemukan usus buntunya sudah infeksi. Karena itu, usus buntunyapun ikut diambil. Jadi Ibu Feriana ini juga mendapatkan pelayanan operasi usus buntu, tanpa biaya. Tuhan yang atur semuanya.

Defianapun juga berada di ruang ICU. Saya melihat sekarang dia telah bisa tidur tenang, sesudah sore tadi mengalami kejang-kejang. Saya bersyukur kepada Tuhan karena melihat Tuhan sudah melakukan mujizatNya.

Mamanya mengatakan bahwa Defiana ini dalam penderitaannya justru sangat tabah. Dalam keadaan tergeletak dan terluka parah, dia justru yang mengkuatkan orang tuanya untuk tetap kuat dan bersyukur kepada Tuhan, “Ma jangan takut. Aku pasti sembuh karena Tuhan Yesus pasti menolong.” Bahkan saat dia didorong masuk ke kamar operasi, dia menyanyikan pujian “Dalam nama Yesus! Dalam nama Yesus! Ada kemenangan!” Iman anak remaja ini betul-betul luar biasa. Dia sangat mencintai Tuhan. Saat sadar, yang dipikirkan pertama kali justru, bagaimana pelayanannya hari Senin, 3 Oktober nanti dalam acara Konser Pemuda? Luar biasa! Pada hari Senin, 3 Oktober, Defiana sudah bisa ikut acara konser pemuda di Gereja, sekalipun dengan kepala yang masih dibalut dengan perban. Mujizat!

Melihat kondisi Defiana yang cukup parah, sebuah lembaga sosial keagamaan dari Surabaya menawarkan bantuan dana dan pertolongan untuk membawa Defiana ke Singapore jika diperlukan. Tapi rencana Tuhan berbeda. Hari Senin, 3 Oktober, Defiana tidak berada di Singapore untuk diobati. Tapi pada Hari Senin, 3 Oktober, dia berada di GBIS Kepunton sedang memuji Tuhan. Haleluya!

Hariyoko yang menurut dokter harus diamputasi kakinya mengalami mujizat yang luar biasa. Besoknya, dokter berkata bahwa kakinya tidak jadi diamputasi dan bisa sembuh sempurna. Saya yakin dan percaya, bahwa malam itu, Tuhan Yesus sudah menyambung semua pembulu darah dan urat-urat yang terputus, sehingga kakinya bisa diselamatkan. Hariyoko yang masih muda tidak kehilangan kakinya.

Ayahnya, yaitu Bpk Ristiono adalah bapak yang punggungnya hancur tertebus dua belas paku tajam. Tapi puji Tuhan, tidak ada satupun paku itu yang menembus organ vitalnya. Sebelas paku diambil melalui operasi pertama. Tapi satu paku diambil pada operasi ke dua yang beresiko tinggi. Paku itu bersarang tepat di antara paru-paru dan hatinya. Jika paku itu tertancap sedikit bergeser saja, maka akan mengenai paru-paru atau hatinya dan hasilnya pasti fatal. Tapi karena tangan Tuhan saja, maka paku itu bisa tepat bersarang di antara dua organ vital itu.

Ibu Yuliati yang berusia tujuh puluh empat tahun telah terluka di kepalanya. Ada serpihan benda tajam yang melesat cepat merobek daun telinganya. Telinganya berdarah-darah. Tapi kita bisa bersyukur kepada Tuhan, karena seandainya benda itu selisih beberapa mili saja jaraknya, maka pecahan benda tajam itu akan menembus ke kepalanya dan berakibat fatal. Tangan Tuhan betul-betul menyatakan perlindunganNya.

Para korban bersaksi bahwa sepertinya ada tameng Ilahi yang melindungi mereka. Pecahan paku, mur boleh menembus daging, tapi tidak mengenai tulang atau organ penting. Ada tangan Tuhan yang tak terlihat yang telah menahan semua proyektil-proyektil maut itu.

IV. IMAN DI ATAS BATU KARANG.

Hal yang paling membahagiakan saya adalah semua korban yang dirawat ini memiliki iman yang kuat. Mereka menderita, tapi mereka tidak kecewa kepada Tuhan. Mereka disakiti, tapi mereka tidak dendam dan mau mengampuni. Ketika mereka ditanya, mereka tetap mencintai Tuhan Yesus dan akan tetap setia ke Gereja.

Seperti juga Defiana yang saat masih tergolek justru memikirkan pelayanannya, maka Olivia Putri juga berkata “Aku akan tetap ke Gereja. Kenapa harus takut?”

Bapak Stefanus dalam keadaan masih terbaring di tempat tidur bahkan sudah menanyakan, “Pak, Hari Sabtu ada kebaktian 464 (lansia)? Saya mau datang ibadah.”

Ibu Yulianti yang sudah berusia tujuh puluh empat tahun, awalnya mengalami trauma dan berkata “Tidak berani ke Gereja dulu”. Tapi besoknya dia sudah bisa berkata “Sesudah sembuh, saya pasti ke Gereja lagi. Saya tidak trauma lagi, karena Tuhan Yesus.”

Boris waktu ditanya wartawan tentang Firman Tuhan saat ibadah, dia menjawab dengan jawaban luar biasa, “Firman Tuhan tadi berbicara tentang pertolongan Tuhan dan sekarang saya langsung mengalami pertolongan Tuhan”.

Para korban tidak menolak jiwa diwawancarai oleh wartawan maupun dikunjungi oleh tamu-tamu penting. Salah satunya saya tanya, “Kenapa kok mau diwawancarai atau dijenguk oleh tamu-tamu yang begitu banyak? Apa tidak justru melelahkan?” Dia menjawab “Pak Yo, justru ini kesempatan buat saya untuk menyaksikan kehebatan Tuhan Yesus. Justru inilah kesempatan buat saya untuk menunjukkan kepada orang yang belum kenal Tuhan bahwa saya tidak takut untuk mengiring Tuhan Yesus dan menunjukkan bahwa saya mengampuni mereka.”

Kuatnya iman mereka, betapa cintanya mereka kepada Tuhan Yesus, tabahnya hati mereka, semuanya itu membuat saya semakin kuat. Bukan saya yang mengkuatkan mereka. Tapi merekalah yang justru telah mengkuatkan saya.

Jika mereka yang menjadi korban saja bisa begitu kuat dan tidak takut untuk kembali beribadah. Tentunya, kita yang tidak tergores sedikitpun pasti akan tetap kuat dan setia beribadah kepada Tuhan Yesus di tempat yang sudah Tuhan tempatkan kita.

Jangan sampai kesetiaan dan iman kita kalah dengan mereka yang menjadi korban. Biarlah mereka ini menjadi teladan iman buat kita. Inilah iman yang dibangun di atas fondasi batu karang.

V. WE LOVE, WE FORGIVE.

Setelah saya kembali dari Rumah Sakit, polisi sudah berdatangan mengamankan lokasi. Saya masuk ke dalam Gereja dan duduk di kursi tidak jauh dari pelaku pembomanan yang tergeletak di lantai. Saya amati dia cukup lama dan saya mulai merenung, “Haruskah hidupnya berakhir tragis dan sia-sia seperti ini?” Pada waktu itu, yang muncul di dalam benak saya bukan kebencian dan dendam. Perasaan yang muncul adalah belas kasihan kepada dia yang telah salah memilih jalan kehidupan.

Dari situlah inti pesan gembala itu muncul “Taburkanlah kasih dan pengampunan. Bukan dendam dan kebencian.” We love and we forgive.

Tidak ada persungutan yang kita berikan. Tapi ucapan syukur kepada Tuhan yang kita persembahkan. Habis gelap, terbitlah terang. Setelah musibah, timbulah mujizat. Karena itu, sekalipun di mata manusia, hal ini merupakan tragedi dan bencana. Tapi dengan mata iman, saya memandang bahwa tragedi 1053 pasti menjadi MUJIZAT 1053.

Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikkan bagi orang-orang yang mengasihi Dia. Tidak ada kemuliaan, tanpa melalui salib. Justru melalui peristiwa ini, dunia telah melihat bahwa Tuhan Yesus dahsyat dan ajaib.

Pdt. Jonatan Jap Setiawan

Peringatan Bulan Bahasa 2011 Sekolah Athalia

Di mana bumi dipijak di sana bumi dijunjung, peribahasa ini mungkin sering kita dengar. Pasti artinya pun sudah tahu, bukan? Mengapa peribahasa ini dimunculkan kembali? Hal ini berkaitan erat dengan bulan Oktober. Ada apa dengan bulan Oktober? Banyak peristiwa di bulan Oktober, khususnya untuk bangsa Indonesia. Kalau kita kembali mengingat 83 tahun yang lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, telah terjadi peristiwa bersejarah di bumi nusantara ini. Bagaimana tidak, kesadaran para pemuda saat itu dituangkan berupa sumpah pemuda. Mereka menyatakan bahwa bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia. Peristiwa inilah yang dikaitkan dengan peribahasa di atas. Di mana kita berada di sanalah tanah, bangsa maupun bahasa yang kita junjung. Sekarang…. kita sebagai keluarga besar sekolah Athalia mau berbuat apa dengan sumpah pemuda 83 tahun lalu, apa yang dapat kita lakukan? Sekedar memperingati peristiwa itu dengan upacara saja atau berjuang seperti para pemuda saat itu? Yang dapat kita lakukan tentunya melanjutkan perjuangan mereka dengan tetap mencintai tanah air kita tercinta Indonesia, membela bangsa kita bangsa Indonesia dan tetap bangga dengan bahasa Indonesia. Inilah yang melatar belakangi mengapa mulai tahun ini, sekolah Athalia mengadakan kegiatan bulan Bahasa pada bulan Oktober. Tujuannya tiada lain, ingin mengajak seluruh keluarga Athalia lebih kreatif dalam berbahasa baik dalam bahasa tercinta bahasa Indonesia maupun bahasa Internasional yaitu bahasa Inggris. Acara ini akan digelar sepanjang bulan Oktober. Berbagai lomba akan diadakan dari mulai TK sampai dengan SMA. Puncak perayaan bulan bahasa akan diadakan pada 28 Oktober 2011 di seluruh jenjang sekolah Athalia, mari kita sukseskan acara bulan Bahasa Sekolah Athalia tahun 2011, partisipasi kalian sangat dinantikan! Berikut jenis lomba yang dipertandingkan dalam acara tersebut:

TK A

1. Membaca puisi (bahasa Indonesia)

2. Sing an English Song

TK B

1. Merangkai suku kata menjadi kata (bahasa Indonesia) Spelling Bee SD kls 1 Membaca puisi (bahasa Indonesia)

2. Guessing Pictures

SD kls 2

1. Membaca puisi (bahasa Indonesia)

2. Spelling Bee

SD kls 3

1. Cerdas cermat (IPS)

2. Show & Tell

SD kls 4

1. Mengarang cerita dari gambar yang disediakan (bahasa Indonesia)

2. Show & Tell

SD kls 5

1. Mendongeng (bahasa Indonesia)

2. Spelling Bee

SD kls 6

1. Mengarang puisi (bahasa Indonesia)

2. Spelling Bee

SMP kls 7

1. Membuat dongeng berantai secara berkelompok

2. Spelling Bee

SMP kls 8

1. Menulis naskah drama & mementaskannya

2. Performing a Monologed Text

SMP kls 9

1. Menulis cerpen (bahasa Indonesia)

2. Who Dares Quiz

SMA kls 10-11

1. Menulis cerpen (bahasa Indonesia)

2. Musikalisasi puisi (bahasa Indonesia)

3. Giving Presentation

Babak penyisihan perlombaan ini sedianya akan dilaksanakan di kelas masing-masing pada awal bulan Oktober 2011. Untuk finalnya, akan dilaksanakan pada minggu ke-3 dan untuk sebagian perlombaan lagi finalnya akan dilaksanakan pada puncak acara, yaitu tanggal 28 Oktober 2011, pada pukul 10.30-14.30 WIB. (Lili).

Berkat PHK, Akhirnya Mendapatkan Penghargaan

Semula, di luar dugaan Eko Tjahyono, bahwa pada tahun 1998, dia harus ikut terkena imbas krisis moneter sehingga ia harus terkena PHK dari tempat ia bekerja, yaitu di sebuah  pabrik konfeksi. Untuk mengisi waktu luangnya yang tiba-tiba menjadi sangat banyak itu, ia menghabiskan waktunya dengan banyak sekali membaca. Berbagai bacaan ia lahap dan ternyata kebiasaannya ini membuat para tetangganya menjadi ikut-ikutan meminjam dan membaca bacaan yang dibaca oleh Eko. Lama kelamaan terlintas dalam benak Eko untuk memenuhi hasrat membaca orang-orang di sekitarnya tersebut dengan membuka sebuah perpustakaan mandiri yang ia kelola sendiri. Sebuah perpustakaan gratis yang terbuat dari bambu yang ia dirikan di atas tanah seorang tetangganya. Sebuah perpustakaan yang oleh pemuda asal Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini diberi nama “Perpustakaan Anak Bangsa”.

Lambat laun, perpustakaan gratis yang ia kelola ini semakin banyak koleksi bukunya dan anggotanya pun telah mencapai puluhan ribu orang. Eko memang tidak memungut biaya untuk tiap peminjaman buku-bukunya karena bagi Eko, semakin banyak orang yang mau membaca saja sudah menyenangkan hatinya. Dia berharap, agar setiap orang dapat mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki pemikiran yang terbuka agar semakin hari dapat semakin berkembang menjadi lebih baik dan dapat menjalani hidup yang lebih bahagia.

Perjuangannya yang pantang menyerah untuk mengembangkan perpustakaan ini pun akhirnya mendapatkan perhatian dari berbagai pihak sehingga akhirnya ia berhasil membeli lahan dan mendirikan bangunan berdinding bata untuk perpustakaannya tersebut. Karena dedikasinya yang benar-benar tulus dan tanpa lelah untuk menggiatkan kecintaan membaca pada masyarakat luas, Eko pun sempat mendapatkan penghargaan Nugra Jasadharma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI, Penghargaan Mutiara Bangsa Bidang Pendidikan, serta gelar Taman Bacaan Kreatif dan Rekreatif Se-Indonesia dari Direktorat Jenderel Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional.

(Sumber: Kompas, 9 September 2011)

Peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional

Memperingati bulan Kesehatan Gigi Nasional, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia yang didukung oleh PT Unilever, menyelenggarakan pemeriksaan gigi gratis. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 12 September – 29 Oktober 2011 dan bertempat di Fakultas-fakultas Kedokteran Gigi pada beberapa Universitas di Indonesia. Terdapat empat belas Fakultas Kedokteran Gigi yang menjadi tempat digelarnya acara tersebut yang meliputi:

–          Bandung: FKG UNPAD, 12-16 September 2011

–          Yogyakarta: FKG UGM, 15-17 September 2011; FKG UMY, 19-21 September 2011.

–          Makasar: FKG UNHAS, 22-24 September 2011

–          Jakarta: FKG Trisakti, 26-28 September 2011; FKG Moestopo, 29 September – 1 Oktober 2011; FKG UI, 10-12 Oktober 2011

–          Medan: FKG USU, 3-5 Oktober 2011

–          Surabaya: FKG Hang Tuah, 6-8 Oktober 2011; FKG UNAIR, 24-26 Oktober 2011

–          Bali: FKG Univ. Mahasaraswati, 13-15 Oktober 2011

–          Padang: FKG Univ. Baiturrahmah, 17-19 Oktober 2011

–          Jember: FKG Univ. Jember, 20-22 Oktober 2011

–           Menado: FKG UNSRAT, 27-29 Oktober 2011

Dalam acara itu akan disediakan layanan gratis berupa layanan pemeriksaan dan konsultasi, satu penambalan sederhana yang tidak melibatkan perawatan syaraf gigi; atau satu pencabutan tanpa komplikasi; atau pembersihan karang gigi; atau aplikasi fluoride atau Fissure Sealent.

Jika ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Suara Konsumen Unilever di nomor bebas pulsa: 0800-155-8000.

Revitalisasi Sains Murni

Bingung memilih jurusan di sekolah? Atau bingung mau pilih jurusan apa saat kuliah? Saat ini, banyak siswa yang lebih memilih jurusan yang bersifat ilmu aplikatif dan bukan ilmu dasar. Pertimbangannya tentu lebih kepada kemungkinan masa depan. Ilmu-ilmu murni seperti MIPA (Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) biasanya sedikit peminatnya. Hal ini mungkin karena belum sepenuhnya menyadari manfaat dari mempelajari ilmu dasar atau ilmu murni. Dibandingkan ilmu terapan yang mungkin dianggap lebih aplikatif, ilmu dasar sebenarnya juga sangat diperlukan untuk memperkuat riset.

Banyak bidang-bidang kehidupan dan industri yang membutuhkan para ahli ilmu dasar untuk memperkuat dan mengembangkan riset. Riset yang baik sangat penting untuk menjadi dasar berbagai keputusan penting yang perlu diambil dalam mengembangkan kehidupan. Perusahaan besar dan penting seperti Pertamina, misalnya, sangat memerlukan para lulusan MIPA untuk memperkuat riset dalam hal pertambangan dan perminyakan dan hal-hal yang berkaitan dengan pengeboran, mesin-mesin pengilangan, proses pemasakan sumber daya alam, dan sebagainya.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Faisal Jalal, seperti dipetik Kompas, 8 September 2011, mengatakan bahwa minat masyarakat terhadap bidang studi MIPA perlu ditingkatkan. Aplikasinya di sekolah-sekolah dapat dilakukan dengan meningkatkan dan memperbaiki sarana praktikum dan pengadaan laboratorium yang memadai serta usaha untuk meningkatkan minat siswa pada ilmu-ilmu MIPA.

Jadi, siswa/siswi Athalia yang memang berminat dan berbakat mendalami ilmu murni, jangan ragu mengembangkan diri dan memilih jurusan ilmu murni di pendidikan tinggi.

Movie Maker Competition 2011.

Penting dibaca para guru…

Kita semua tahu, media audio visual merupakan salah satu media pembelajaran yang efektif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para murid. Dua kekuatan yang dimiliki oleh media ini, yaitu kemampuannya menyentuh dua panca indera sekaligus yaitu penglihatan dan pendengaran membuat media ini sangat powerful. Tampilan visual yang menarik disertai narasi yang komunikatif sangat membantu siswa untuk menyerap materi pelajaran dengan lebih cepat dan mudah. Berkaitan dengan ini, digelar sebuah kompetisi berkaitan dengan pembuatan media pembelajaran berbentuk video.

Kompetisi yang diselenggarakan untuk guru dan mahasiswa keguruan se-Indonesia ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi kreativitas peserta dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan media audio visual atau video yang dibuat sendiri oleh para peserta menggunakan Windows Movie Maker sebagai media penunjang. Kompetisi ini bertema “Innovative Learning Technology: Movie Maker for Learning” dan peserta diwajibkan untuk mengirimkan satu atau dua judul video pembelajaran. Kompetisi ini dapat diikuti oleh perorangan maupun kelompok dengan batas maksimal anggota kelompok sebanyak tiga orang. Durasi video dibatasi 8-10 menit dan harus dibuat dengan menggunakan software Windows Movie Maker dengan isi materi pembelajaran bebas sesuai kompetensi masing-masing peserta atau mata pelajaran yang disenangi. Pendaftaran dibuka 26 September 2011 dan pengiriman hasil karya dalam bentuk VCD/DVD ditutup tanggal 12 Oktober 2011.

Kompetisi ini memperebutkan hadiah laptop, kamera digital, handycam, dan handphone. Kalaupun dalam mengikuti kompetisi ini predikat juara mungkin belum berhasil ada dalam genggaman, namun setidaknya pengalaman ini akan semakin membuat guru lebih bersemangat dan tertantang untuk selalu memberikan pengajaran yang menarik untuk murid-muridnya dengan menggunakan media pembelajaran audio visual.
Formulir, biaya pendaftaran, tata tertib kompetisi dan persyaratan lainnya dapat dilihat informasi selengkapnya di http://moviemakercompetition2011.blogspot.com/.

Berani terima tantangan?

Movie maker competition

Prestasi Paduan Suara SD Athalia

Baru-baru ini telah diselenggarakan “Festival Paduan Suara Anak” yang digelar dalam rangka Pekan Agustus 2011 pada hari Sabtu, 20 Agustus 2011. Festival yang diselenggarakan oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan bertempat di Sasono Langen Budoyo, TMII ini telah dimeriahkan oleh keikutsertaan sebanyak 18 peserta baik dari sekolah maupun dari paduan suara gereja. Dalam festival tersebut paduan suara Sekolah Athalia berhasil menyabet penghargaan sebagai Pemenang Harapan I, Peserta Kreatif, dan sebagai Peserta Favorit. Anggota paduan suara yang dibina oleh Kak Nina dan Ibu Tris ini terdiri dari:
– Glenda (kelas 5E)
– Meredith (kelas 5E)
– Michelle (kelas 5E)
– Nathania (kelas 5E)
– Rianti (kelas 5E)
– Gabriela (kelas 5Y)
– Alicia (kelas 5L)
– Carissa (kelas 5L)
– Elvira (kelas 5L)
– Jose (kelas 5L)
– Kenisha (kelas 5L)
– Rakka (kelas 5L)
– Aretha (kelas 5T)
– Eunice (kelas 5T)
– Joan (kelas 5T)
– Rio (kelas 5T)
– G. B Elizabeth (kelas 6C)
– Joshephin D (kelas 6C)
– Steven E. Amin (kelas 6C)
– Charishaa (kelas 6D)
– Tamarisca (kelas 6D)
– Tiatira (kelas 6D)
– Carla (kelas 6E)
– Devina (kelas 6G)
– Josephine A (kelas 6H)
– Nathanael H (kelas 6H)
– Agatha (kelas 6W)
– Kenneth G (kelas 6W)
– Leonard T (kelas 6W)
– Sita (kelas 6W)

Selamat ya…semoga prestasi-prestasi lainnya dapat terus diukir kelak…

Tuhan Yesus memberkati!

Foto-foto acara ini selengkapnya dapat diakses di halaman galeri foto Sekolah Athalia: http://www.sekolahathalia.sch.id/galerifoto/padus.html

Athalia Cup 2

Setelah sukses dengan penyelenggaraan Athalia Cup I, tahun ini Sekolah Athalia akan kembali menyelenggarakan Athalia Cup yang ke-2.

Jika pada Athalia Cup yang pertama pertandingan hanya untuk tingkat SMP, tahun ini pesertanya meliputi tingkat SMP dan SMA.

Pertandingan olah raga basket dan futsal se-Tangerang ini rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 8-15 Oktober 2011.

Seluruh komunitas Athalia diharapkan ikut berpartisipasi memeriahkan acara ini.

Athalia Cup 2