Pendidikan karakter, Tugas Kita Bersama

Character building picture
Gedung-gedung makin meninggi, namun sumbu amarah kita makin pendek

Tersedia makin banyak kemudahan, namun waktu kita makin singkat

Pengetahuan makin berlimpah, namun kemampuan kita menilai makin tumpul

Rumah-rumah semakin mewah, namun keluarga-keluarga makin berantakan

Kita berusaha mencegah polusi udara, namun membiarkan jiwa kita tercemari

Kita berjalan sampai ke bulan, namun tidak pernah mengunjungi tetangga

Tahun-tahun kehidupan kita bertambah, namun tahun-tahun itu makin tidak terasa hidup

-sumber tidak dikenal

 

Ilustrasi diatas membantu kita untuk merenungkan kembali untuk apa sebenarnya kita menciptakan dan memperjuangkan semuanya kemudahan, kelimpahan, kemewahan, dsb? Bukankah kita memperjuangkan itu semuanya agar kita dapat hidup? Namun mengapa akhirnya semuanya itu malah merampas hidup kita?

Anak-anak kita kini hidup di sebuah jaman dimana ilmu pengetahuan dan teknologi dijadikan landasan dalam mencapai sebuah kemajuan dan keberhasilan. Hal ini tanpa sadar membuat kita menjadi sangat takut tertinggal. Kita mengerahkan begitu banyak energi agar anak-anak kita menguasai ilmu pengetahuan serta tidak ketinggalan dengan perubahan dan kemajuan jaman. Kita memberikan mereka banyak fasilitas untuk dapat mengakses dunia, memberikan mereka pendidikan yang terbaik agar mereka mendapatkan seluruh pengetahuan yang mereka butuhkan, mengikutsertakan mereka kedalam berbagai macam kursus yang menurut kita akan membuat mereka menjadi pribadi yang unggul, dan memberi mereka banyak tuntutan untuk mencapai berbagai macam prestasi dan predikat.

Sepintas tidak ada yang salah dengan hal ini, karena jaman telah berubah sehingga jika kita tidak ikut berubah maka kita akan tergilas dengan perubahan tersebut. Namun, yang salah adalah ketika kita melakukannya dengan tidak seimbang. Kita hanya fokus pada usaha untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan jaman, tetapi lupa untuk hidup. Hidup untuk memuliakan Tuhan, hidup untuk menikmati kehidupan yang diberikan Tuhan pada kita, dan hidup untuk memberkati sesama kita.

Hidup yang benar tidaklah sekedar hidup, atau hidup dengan menuruti apa yang kita sukai dan kita anggap benar. Hidup yang sesungguhnya adalah ketika kita hidup seturut dengan kehendak Tuhan dan menjalani rencana-Nya di dalam hidup kita. Bagaimana caranya agar kita dapat hidup? Hanya ada satu cara, yaitu dengan bergaul erat dengan Tuhan, sehingga pola pikir, sikap, dan perbuatan kita sesuai dengan kehendak-Nya dan hal ini akan tercermin lewat karakter kita.

Kita tidak dapat menyangkal bahwa anak-anak kita kini hidup dalam suatu dunia yang menuntut mereka untuk menjadi pribadi yang unggul, inovatif, kreatif, cerdas, dan sebagainya. Ini adalah kenyataan yang harus kita terima. Untuk itulah kita berjuang untuk pendidikan anak-anak kita. Namun terkadang kita lupa pada pembentukan karakter anak-anak kita, yang sebenarnya adalah hal yang sangat mereka butuhkan untuk dapat hidup dan bertahan menghadapi jaman. Kita terkadang merasa bahwa yang paling penting adalah pendidikan, yaitu nilai akademis.

Sangatlah salah jika kita berkata bahwa pendidikan karakter tidaklah sepenting pendidikan akademis. Pendidikan karakter pada dasarnya sangatlah penting karena karakterlah yang menentukan pencapaian akademis seseorang dan bagaimana dia bertahan dalam hidup. Tidak ada anak yang dapat mendapatkan nilai yang baik dalam akademis jika ia tidak memiliki karakter taat untuk mengerjakan tugas dan ujian yang diberikan padanya, rajin mempelajari ilmu yang diberikan padanya, memiliki inisiatif untuk belajar dan mengerjakan tugas, dsb. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Etzioni (1984) and Ginsburg and Hanson (1986) mengatakan bahwa siswa yang dapat mendisiplinkan diri, lebih religius, pekerja keras, dan memiliki nilai-nilai, mendapatkan skor tes prestasi yang lebih tinggi.

Alasan lain mengapa kita harus menyeimbangkan ilmu pengetahuan yang kita berikan kepada anak-anak kita dengan pengembangan karakter adalah agar anak-anak kita dapat menggunakan ilmu dan kemampuan yang ia miliki dengan benar. Kepintaran yang tidak diimbangi dengan karakter akan berbahaya. Tidak ada yang menyangkal bahwa para teroris adalah orang yang pintar dan memiliki ilmu serta keterampilan khusus. Namun mereka menggunakan ilmu dan keterampilan yang ia miliki untuk tujuan yang salah. Jadi, manakah yang lebih utama dalam pendidikan kita, pengembangan akademis atau karakter? Tentunya kita sepakat bahwa keduanya sangat penting dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Sekolah Athalia adalah sekolah yang berbasiskan karakter. Athalia saat ini membangun sebuah kegerakan pengembangan karakter yang terintegrasikan.  Pembangunan karakter dilakukan dalam seluruh aspek kehidupan anak di sekolah. Selain itu Athalia menyediakan waktu khusus 1 jam pelajaran per minggu untuk mengembangkan karakter yang diberi nama Shepherding Time.

Shepherding Time mengusung sebuah konsep pengajaran karakter melalui hubungan dan kehidupan sehari-hari anak. Di dalam Shepherding Time, wali kelas dan asisten wali kelas akan berperan sebagai gembala yang akan berjalan bersama siswa. Maksudnya adalah, di dalam Shepherding Time gembala (wali kelas dan asisten) akan membangun komunitas yang memiliki hubungan percaya satu sama lain di dalam kelas, sehingga anak akan merasa aman, nyaman dan diterima. Perasaan aman, nyaman, diterima dan hubungan percaya inilah yang akan menjadi pintu bagi masuknya nilai-nilai dan pengembangan karakter di dalam diri anak. Proses penanaman nilai-nilai dan pengembangan karakter anak akan dilakukan dengan berbagai cara yang praktis dan dekat dengan hidup anak, misalnya dengan membahas kasus atau isu-isu sosial yang sedang terjadi, mendiskusikan sebuah kondisi yang memiliki dilema etis di dalamnya, melakukan penelitian sosial, menjalankan proyek-proyek khusus, menghadirkan tokoh karakter, dan sebagainya. Dalam Shepherding Time, guru sebagai gembala akan berusaha untuk secara tulus memahami apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, dan dialami oleh seorang anak, kemudian membimbing mereka agar mengetahui dan melakukan hal yang benar.

Namun tetap saja sekolah bukanlah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan masalah pengembangan karakter anak, karena pada dasarnya lingkungan inti anak adalah keluarga. Pengembangan karakter sehebat apapun yang dilakukan oleh sekolah tidak akan dapat berjalan dengan lancar jika hal tersebut tidak didukung dengan pengembangan karakter anak di rumah. Karakter bukan hanya kehidupan anak di sekolah, melainkan keseluruhan hidup anak. Kita tentunya tidak ingin anak-anak kita menjadi bingung dan terbentuk menjadi seorang pribadi yang tidak konsisten. Untuk itulah kita perlu bergandengan tangan dalam mengembangkan karakter anak-anak kita. Adalah tugas yang sangat mulia bagi kita untuk dapat membesarkan dan mendidik anak-anak kita. Tidak hanya untuk memiliki banyak ilmu, pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti perkembangan dunia, tetapi juga untuk memiliki  karakter untuk dapat hidup benar. Ingat anak bukanlah milik kita yang dapat kita besarkan, didik, dan perlakukan sesuai dengan keinginan kita. Anak adalah titipan Tuhan kepada kita. Tugas kita adalah membesarkan, mendidik dan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga mereka dapat mengenal Tuhan yang menciptakan mereka dan menjalani panggilan dan rencana Tuhan di dalam hidup mereka.

(Oleh: Tim Karakter/ IB).

Pemilu 2014: Golput Antitesis Pengharapan Kristen

pemilu_th_2014

 

‘Hatiku rindu melihat kemuliaan-Mu di atas Indonesia..’, demikian sepengal lirik lagu yang sering kita nyanyikan ketika tema ibadah atau persekutuan doa bertemakan permasalahan bangsa dan negara. Lagu ini merefleksikan doa dan pengharapan untuk melihat kemuliaan Tuhan atas Indonesia ke arah yang lebih baik. Di tengah berbagai terpurukan yang dialami bangsa ini, kita berseru melalui nyanyian ini, bahwa kita sebagai umat-Nya sungguh merindukan bahwa bangsa ini dapat keluar dari keterpurukan.

Apa yang kita rindukan melalui nyanyian ini, tentu haruslah sejalan dengan komitmen yang kuat dan teguh untuk terlibat di dalam memerangi berbagai bentuk keterpurukan itu. Keterlibatan nyata di dalam berkontribusi dan bekerja untuk membawa bangsa ini untuk kemuliaan Tuhan.

Komitmen yang sama diceritakan melalui kisah hidup Nehemia. Ketika Hanani menceritakan tentang keadaan bangsanya yang masih tinggal di Yerusalem, Nehemia mendengar bahwa bangsa itu sedang di dalam kesusahan besar dan keadaan tercela. Tembok yang merupakan lambang jati diri sebuah bangsa telah runtuh, dan pintu-pintu gerbangnya telah habis terbakar (Neh 1:2). Mendengar kabar itu, Nehemia langsung berkabung dan menaikan doa kepada Allah semesta langit (Neh 1:3-4). Namun apakah Nehemia hanya berhenti dengan doanya? Tidak. Nehemia juga pergi dan membangun kembali tembok dan pintu gerbang yang telah terbakar itu. Artinya, ia terlibat (berkontribusi) untuk pembangunan bangsa Israel.

Pada 9 April 2014 ini, akan dilaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu). Pelaksanaan Pemilu lima tahunan, yang sering juga disebut sebagai pesta demokrasi. Pesta demokrasi untuk menentukan suksesi kepemimpinan bangsa.  Di dalam pesta ini, seluruh rakyat Indonesia yang berumur 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah, dan terdaftar di dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dapat menggunakan hak pilihnya. Setiap warga negara – kecuali Polri dan TNI – memiliki hak yang sama untuk memilih calon wakil rakyat baik di tingkat kabupaten/kota (DPRD Tk II), provinsi (DPRD Tk I), pusat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Jadi, setiap pemilih akan mencoblos sebanyak 4 kali. Perlu diketahui, di dalam memilih, pemilih dapat mencoblos gambar partai atau calon di dalam nomor urut yang tersedia. Ingat, sebelum 4 kali menyoblos, jangan keluar dari bilik suara.

Sekarang, Pemilu tinggal menunggu hari. Satu hal yang mengkhwatirkan kita saat ini adalah rendahnya partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya, alias golput (golongan putih). Keadaan ini, tergambar dari beberapa Pilkada (pemilihan kepala daerah) di berbagai tempat. Rata-rata tingkat partisipasi pemilih tidak lebih dari 60 persen. Bahkan ironsinya, tidak sedikit daerah di bawah 50 persen dan cenderung jumlah suara calon terpilih lebih rendah di banding dengan jumlah suara yang golput. Artinya, ini menjadi sebuah lampu kuning bagi masa depan bangsa ini,  yang harus diantisipasi oleh semua kalangan, termasuk orang Kristen di Indonesia.

Pemilu akan sangat menentukan nasib bangsa ini, setidaknya lima tahun kedepan. Karena di dalam pemilulah, para wakil rakyat yang akan memegang tampuk kekuasaan dipilih. Para wakil rakyat yang akan menyerap aspirasi rakyat akan ditentukan. Pertaruhannya adalah,  apabila aspirasi itu disampaikan oleh orang yang tepat, maka aspirasi itu akan mengasilkan perubahan ke arah lebih baik. Dan sebaliknya, apabila aspirasi itu disampaikan oleh orang yang tidak tepat maka bukannya perubahan yang akan terjadi, melainkan bangsa ini akan semakin terpuruk.

Dengan demikian, sebagai bukti kita mencintai bangsa ini, maka seharusnya orang Kristen terlibat di dalam menyukseskan pemilu, minimal dengan menggunakan hak pilihnya. Pilihan golput bukanlah pilihan bijaksana. Karena biar bagaimanapun, di antara sekian banyak partai dan calon untuk dipilih, di antaranya, pasti ada yang terbaik atau setidaknya lebih baik.

Selain itu, sikap golput bertentangan dengan prinsip kristiani. Karena golput merupakan bentuk apatis. Golput adalah cerminan hilangnya pengharapan dan iman, bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu yang terjadi. Apatis adalah antitesis dari janji providensia Allah atas bangsa ini. Apatis adalah perwujudan ketidak mampuan menerima kenyataan hidup.

Di sisi lain, bila orang Kristen tidak berperan maka akan semakin mengecilkan peluang ‘anak-anak Tuhan’ ataupun calon-calon lain yang memiliki kapasitas, kualitas dan integritas untuk maju sebagai pemimpin bangsa ini. Golput sama saja membiarkan para penjahat untuk menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa ini. Karena akhirnya, yang terpilih nantinya adalah orang-orang yang menggunakan kekuatan uang (money politic) ataupun orang-orang yang hanya mengandalkan kekuasaan, isu primordialisme (memilih karena faktor agama, suku, ras, dll), atau istilah gaulnya 4L, loe lagi, loe lagi.

Oleh karena itu, partisipasi kita untuk suksesi Pemilu 2014 tidak bisa ditawar-tawar lagi. Saatnya kita semua memberikan kepeduliaan untuk bangsa ini. Caranya, pelajarilah trac-record calon yang akan dipilih. Lihat rekam jejaknya, pendidikannya, pengalamannya, integritasnya, dan visi-misi yang diusungnya. Saat ini dengan terbukanya sistem informasi komunikasi, semua kita bisa mengakses di website kpu.go.id.

Pertimbangan lain, penting sekali kita juga melihat prospek partai pada Pilpres (pemilihan presiden) nanti. Pada 9 Juli 2014 kita juga akan memilih calon presiden dan wakil presiden dan perlu kita ketahui, penentuan calon presiden dan wakil presiden ditentukan oleh  jumlah suara partai di DPR. Sistem presidential threshold, hanya memungkinkan sebuah partai (atau koalisi partai), mengajukan calon presiden dan wakil dengan memperoleh minimal 20 % kursi di DPR. Maka, perhatikanlah perkembangan pencalonan presiden yang diusung partai yang akan kita pilih.

Jadi, bila memang kita rindu untuk melihat kemuliaan Tuhan atas Indonesia,  mari kita mulai dengan menjadi pemilih yang cerdas di Pemilu 9 April 2014 dan Pilpres 9 Juli 2014. Kalau orang kristenpun golput, bagaimana dengan masa depan bangsa ini? Katakan tidak untuk Golput!

(Penulis: Prasasti Perangin-angin, M.Div)

‘GBK: Arena Pendidikan Berbagi’

Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku (Matthew 25:45).

Sekolah Athalia sejak awal telah mendorong siswa untuk hidup berbagi, khususnya melalui Gerakan Berbagai Kasih (GBK). Gerakan yang dicetuskan dan dikelola oleh para orang tua siswa yang tergabung di dalam Athalia Parents Community (APC) ini telah mentradisi di lingkungan sekolah Athalia. Melihat realita, bahwa ada banyak siswa Athalia yang membutuhkan bantuan dana untuk mencukupi pembiayaan sekolah, maka Sekolah Athalia bersama APC melihat peran strategis gerakan ini. Karena itulah, seluruh siswa, mulai dari SD hingga SMA diharapkan turut ambil bagian.

Menurut hemat saya, gerakan  ini tidak saja sebagai wadah untuk berbagi. Namun gerakan ini juga dapat menjadi wadah pendidikan. Gerakan ini pada dasarnya gerakan mendidik anak untuk memiliki karakter berbagi. Bahwa begitu banyak  anak yang kekurangan secara ekonomi dan begitu banyak anak yang berkecukupan adalah bak sebuah lembaran pelajaran. Pembahasan pembelajarannya adalah yang berkecukupan  menaruh peduli terhadap yang kekurangan (Band, Kis 2:45).

Gerakan berbagi kasih adalah sebuah arena pembelajaran yang amat berharga bagi siswa – dan tentunya orang tua yang menjadi sumber penghidupan si anak – untuk  memperdulikan sekelilling. Apalagi di tengah bangsa Indonesia di mana kesenjangan ekonomi dari tahun ke tahun semakin meninggi. Karena itu, seluruh komunitas Athalia diharapkan menikmati dan mendukung gerakan ini.

Metode pengumpulan Gerakan Berbagi Kasih (GBK) SMA Athalia mengalami perubahan. Sejak semula, pengumpulan GBK dilakukan melalui metode membagikan kotak GBK yang disebar di setiap kelas. Namun setelah dilihat, bahwa metode tersebut tidak efektif. Terlihat dari jumlah GBK yang terkumpul di tingkat SMA menempati posisi terendah setiap bulannya. Karena itulah, Yayasan beserta pimpinan Sekolah Athalia memutuskan bahwa metode pengumpulan GBK diubah.

Sejak 6 Februari 2014, pengumpulan GBK SMA dilakukan melalui ibadah setiap hari Kamis (SMP di ibadah Selasa/Rabu). Selain pertimbangan efektifitas, perubahan ini dilakukan dikarenakan berbagai pertimbangan teologis. Pertama,  bahwa memberi adalah bagian dari ibadah, maka tidak ada yang keliru dengan mengedarkan kantong persembahan selama ibadah.  Kedua, memberi melalui GBK juga berarti memberi untuk Tuhan. Bila kita telusuri konsep persembahan persepuluhan maka orang miskin atau yatim piatu (atau di dalam konteks hari ini kita sebut yang ‘kekurangan’), mendapat bagian dari persembahan persepuluhan yang dibawa ke dalam bait suci (Ulangan 14: 29). Alasan terakhir, mendidik siswa bahwa memberi GBK itu berarti memberi untuk Tuhan, bukan memberi kepada orang-orang yang menerima GBK tersebut. Dengan demikian, tertanam di dalam hati mereka bahwa gerakan yang sedang dilakukan bukan gerakan moral, namun gerakan yang didasari atas persekutuan dan kecintaan kepada Tuhan (band, Mat 25:45). Selamat berbagi! (PP)

Rendah Hati

artikel rendah hati

Suatu penelitian mengatakan bahwa tindakan melangkah turun ke bawah dari suatu tempat yang tinggi, seperti turun tangga, adalah tindakan yang berat. Karena  berat badan dan beban sudut kemiringan memberikan beban tersendiri pada titik pinggang dan kaki. Penelitian lain mengatakan bahwa kegiatan olahraga scout jump (lompat diri jongkok) merupakan olaharaga yang cukup berat. Posisi berdiri kemudian merendah untuk jongkok adalah aktivitas yang menguras tenaga.
Merendah memang terkesan sebagai sebuah hal yang sederhana. Padahal sebenarnya merendah adalah sebuah tindakan yang membutuhkan energi besar. Setidaknya membutuhkan keberanian untuk melakukannya. Rendah hati adalah sebuah sikap yang begitu sulit dilakukan oleh setiap orang. Kesulitannya terletak pada rasa takut bila dianggap tidak berarti (dianggap rendah). Tidak dipungkiri bahwa kenyataannya kerendahan hati memang membuat seseorang seperti berada di belakang, tidak terlihat, tidak menonjol. Banyak orang lebih senang berada di depan, mendapat perhatian dan diutamakan.
Tuhan Yesus adalah pribadi pertama yang memperlihatkan bagaimana Dia yang seharusnya tetap berada di atas, ternyata mau turun ke dunia. Dia yang seharusnya tidak perlu dilecut dengan pecut berduri besi, ternyata Dia rela merendahkan dirinya untuk menjadi korban penyaliban. Dia yang harusnya dimuliakan, malah menanggung ejekan dan disalah mengerti. Untuk itu semua, Dia tidak mengeluh. Ketika Yesus hidup sebagai manusia, tidak ada yang mudah menyangka bahwa Dia-lah Raja. Yesus diperlakukan sebagai seorang penjahat busuk.
Dalam kekristenan sikap rendah hati menjadi ajaran utama. Yesus tidak saja mengajarkannya, tetapi juga mempraktekkannya. Dengan sepenuh hati Yesus telah memperagakan arti kerendahan hati. Semuanya itu dilakukanNya agar terbukalah kesempatan yang indah bagi setiap manusia untuk mendapatkan pengampunan.
Bagaimana dengan kita sendiri? Kita lebih sering merasa lebih baik ketimbang orang lain, dan bertahan untuk tidak dipandang rendah. Akhirnya energi kita hanya dihabiskan untuk menjaga posisi kita agar kita tidak merasa rendah. Energi kasih kita sudah habis untuk dibagikan bagi orang lain karena terlalu sibuk menyayangi diri kita sendiri. Hingga akhirnya pada orang lain kita bisa berkata: “…emang gue pikirin ….”
Kerendahan hati adalah ekspresi kasih tanpa memandang status dirinya, dan diikuti dengan tindakan memberikan yang terbaik bagi orang lain.(BD).

Kerendahan Hati Samuel Morse

artikel kerendahan hati

 

Samuel Finley Breese Morse lahir di Charlestown, Massachussetts, Amerika, tanggal 27 April 1791. Dia adalah anak sulung dari tiga putra keluarga Dr. Jedidah Morse, seorang pendeta dan ahli geografi. Samuel muda dibesarkan dalam keluarga yang memegang teguh ajaran Alkitab tentang penciptaan.

Pada saat itu, proses komunikasi berjalan dengan sangat lambat. Morse sendiri mengalami masalah-masalah yang disebabkan oleh kelambatan komunikasi itu. Misalnya, Pada tahun 1811, ketika dia tiba di London sebagai siswa seni, hubungan Inggris dan Amerika Serikat sedang sangat tegang. Kapal-kapal Inggris menyerang kapal-kapal Amerika Serikat yang diyakini mengangkut barang untuk musuh Inggris, yaitu Perancis. Akhirnya, Inggris berupaya mengadakan rekonsiliasi dengan mengirimkan sebuah pesan. Sayangnya, ketika pesan itu sedang dalam perjalanan melintasi Samudra Atlantik yang membutuhkan waktu satu bulan, Amerika Serikat sudah menyatakan perang. Perang ini berakhir dua tahun kemudian. Sesudah perjanjian perdamaian ditandatangani, tentara Amerika dan tentara Inggris masih saja terlibat dalam pertempuran besar lain karena mereka tidak tahu bahwa perang sudah usai.

Pengalaman lain yang dirasakan Morse berkaitan dengan lambatnya proses komunikasi adalah pada saat istrinya yang masih muda meninggal mendadak di New Haven, Connecticut, yang terpisah 500 kilometer dari Washington D.C. tempat Morse berada. Dia tidak bisa menghadiri pemakaman istrinya karena berita tentang kematian istrinya tersebut baru sampai kepadanya melalui pos satu minggu kemudian. Morse menyadari bahwa masalah internasional dan personal yang dia alami bisa dicegah jika listrik bisa dipakai untuk komunikasi.

Pada tahun 1832, ketika berada dalam pelayaran dari Eropa menuju Amerika Serikat, Morse mendapat gagasan tentang telegrafi elektromagnetik rangkaian tunggal. Dengan bantuan Leonard Gale, dosen ilmu alam, selama lima tahun Morse mengembangkan gagasannya menjadi model yang operasional. Setelah selesai, Morse mendemonstrasikan telegrafi kepada para usahawan dengan harapan mereka mau membiayai pembangunan jalur telegrafi. Karena tidak ada penanam modal swasta yang tertarik, dia menghabiskan waktu satu tahun lagi untuk membangun model yang lebih baik dan mendemonstrasikannya kepada pemerintah Amerika Serikat. Lagi-lagi, dia tidak berhasil mendapatkan bantuan keuangan. Morse akhirnya pergi ke Inggris dan Eropa selama satu tahun untuk mencari dukungan keuangan, tapi ia juga mengalami kegagalan. Sekembalinya ke Amerika Serikat, Morse mencoba untuk menarik minat masyarakat. Dia memasang kawat terisolasi melintasi pelabuhan New York dan mengumumkan di surat-surat kabar bahwa dia akan melakukan demonstrasi umum. Tapi malang, jangkar sebuah kapal tersangkut memutuskan kawatnya. Alih-alih dukungan, Morse malah mendapat cemoohan.

Kegagalan demi kegagalan dialami oleh Morse. Ia menjalani sebelas tahun penuh frustrasi.  Morse tidak memunyai uang dan sering kelaparan. Namun, dia tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Tuhan. Pada masa-masa sulit ini, dia menulis “Saya sangat yakin bahwa, meskipun terasa aneh, semua ini diatur oleh tangan Bapa Surgawi.” Kepercayaan Morse kepada Juru Selamat dan Tuhannya, Yesus Kristus, tampak nyata dalam semua aspek kehidupan dan pekerjaannya. Selama tahun-tahun penuh kemiskinan, kesedihan, frustrasi, dan cemooh, Morse selalu mengandalkan berkat Allah yang tak berkesudahan, dia mengatakan: “Hanya Dia yang bisa menopang saya … melalui semua percobaan saya.”
Pada tahun 1843, Morse berupaya lagi menarik minat pemerintah Amerika Serikat untuk membiayai penerapan telegrafinya. Kali ini dia berhasil. Meskipun banyak kesulitan teknis, dia berhasil membangun jalur telegrafi pertama dari Washington ke Baltimore. Morse telah membuat revolusi dalam komunikasi dengan menerapkan ilmu. Dia menerima banyak penghargaan oleh karena penemuan-penemuannya di bidang telegraf. Namun Morse tetap seorang Kristen yang rendah hati. Untuk setiap karyanya,  ia mengaku, “Semuanya adalah karya Dia …. Bukan bagi kami, tapi bagi nama-Mu-lah, ya, Tuhan, semua pujian.”
Dalam setiap keberhasilannya, Morse selalu berkata; “Saya telah membuat aplikasi berharga di dunia telegraf, namun itu bukan karena saya lebih baik, lebih hebat dari orang lain, tapi karena Tuhan dalam rencanaNya untuk umat manusia, harus merevelasikan hal tersebut lewat seseorang. Tuhan telah memilih untuk menyatakannya untuk dunia lewat diriku.”

(IB – Tim Karakter, Sumber:
http://biokristi.sabda.org/samuel_morse_1791_1872_penemu_telegraf_dan_seorang_kristen_yang_aktif, http://serba2.wordpress.com/2012/03/25/kerendahan-hati-samuel-morse/)

Tragedi Ade Sara Angelina Suroto

artikel bintaro serpong

 

Umumnya saya menikmati perjalanan dari rumah ke Sekolah Athalia, yang biasa saya tempuh dalam 30-45 menit bila lalu lintas berjalan wajar. Mengendarai mobil melewati jalan-jalan “tikus” yang menghubungkan wilayah Bintaro dan Serpong itu memperkaya saya dalam banyak hal. Udara pagi yang segar memicu sel-sel otak saya untuk berpikir, dan melakukan apa yang disebut orang-orang pintar sebagai: “proses pemaknaan”. Menuliskan pembelajaran seperti ini  membuat saya makin paham kehidupan. Mungkin juga bisa menjadi berkat buat yang membacanya.

Pelajaran  saya seputaran beraneka ragam karakter yang muncul dalam interaksi berlalu lintas. Tapi biar itu untuk lain kali, karena hari ini udara sekitar saya sesak oleh tragedi yang saya baca sejak kemarin di media: Ade Sara Angelina Suroto. Sambil menyetir, sepanjang perjalanan otak dan hati saya muter bolak-balik tak habis pikir.  Untunglah jalanan ini sudah saya lewati bertahun-tahun, jadi sambil merem juga kayaknya bisa J.

Ade dibunuh mantan pacarnya yang sebenarnya sudah punya pacar baru.Bahkan dia bersekongkol dengan pacar barunya untuk menghabisi nyawa Ade. Kenapa si mantan membunuh? Karena Ade tidak mau berhubungan lagi dengannya. Ga bisa move on gitu deh..Lalu kenapa pacar baru si mantan ikutan membunuh? Karena takut si pujaan hati kembali ke Ade Sara. Begitu yang saya baca di media.

Saya jadi mikir, saat usia 19 tahun dulu, adakah orang yang saya benci? Hmmm…yang saya tidak sukai mungkin ada. Tapi benci? Sedemikian bencinya sampai mengharapkan dia mati? Sedemikian bencinya sampai bisa merencanakan pembunuhan? Sedemikian bencinya sampai mampu menggerakan tangan saya untuk membunuh? Waaah…jauh banget rasanya. Saya tidak bisa membayangkan hati yang sampai membenci sedalam itu. Apa yang pernah dialami hati itu, sehingga bisa begitu dibutakan oleh kebencian? Bagaimana tersiksanya hidup seseorang ketika memiliki hati seperti itu?

Dan semua itu karena suatu hal yang katanya bernama cinta. Jadi ingat sepotong lagu yang entah saya dengar di mana: ‘cinta ini membunuhkuuu….’ Sebal betul saya mendengar lagu itu dulu. Tapi kini, dalam nuansa sarkasme, saya pikir masih mending gitu deh..seenggaknya yang dibunuh bukan orang lain.. X_X

Pikir-pikir, bila memang demikian, niscaya kita semua harus super duper muper cuper hati-hati lah terhadap yang namanya  cinta. Mengerikan!  Tapi tentang cinta, lainkali lah dibahas. Waktu saya sudah mau habis, Sekolah Athalia sudah di depan mata.

Tapi tiba-tiba terbuka pikiran saya atas suatu hal. Tragedi ini benarkah tentang Ade Sara Angelina Suroto? Tidakkah lebih tepat tragedi ini mengenai sepasang anak muda belia, ganteng dan cantik, berpendidikan, berkecukupan, namun sekarang berada dalam tahanan polisi dan mendapat label pembunuh sadis?

Hidup di dunia hanya sementara. Ade Sara telah selesai menjalaninya. Walau saya tak sanggup membayangkan penderitaan yang dia alami di akhir hidupnya, lebih ngeri lagi membayangkan apa yang akan dialami sepasang anak muda ini. Di usia yang baru segitu, trauma apa yang akan dialami nurani mereka? Hidup macam apa yang akan mereka hadapi bertahun-tahun ke depan?  Kegundahan dan penyesalan seberat  apa yang mereka tanggung saat ini? Bagaimana pedih yang menggayuti hari-hari orangtua yang membesarkan mereka?

Kiranya kita semua yang diberi kesempatan menjadi orangtua terus belajar bagaimana mendidik anak-anak dengan benar, sejak awal. Hidup yang hanya sekali ini bisa sangat berarti, bisa juga menjadi sangat sia-sia.

Tuhan pencipta alam semesta, betapa pun Engkau hancur hati melihat mahlukMu bisa rusak seperti ini,  mohon anugerahkan hikmat bagi remaja-remaja Athalia, agar mereka beroleh pengertian yang benar tentang hidup. Berpikir dengan bijaksana, bergaul dengan bijaksana. Amin. (K&K).

Empati, Karakter Baik yang Jarang Dimiliki Orang

empathy

 

Di sebuah sekolah, sekelompok anak sedang berkumpul di taman sekolah sambil menunggu bel masuk berbunyi. Di antara mereka ada seorang anak bernama Donita yang sedang bersemangat menceritakan tentang sepatu barunya, yang harganya sangat mahal, indah, dan dibeli orang tuanya dari luar negeri. Dia menceritakan bagaimana nyamannya memakai sepatu itu, ia bisa berlari ke sana kemari dengan nyaman dan leluasa dan merasa sangat bergembira setiap kali melangkah. Di antara anak-anak itu ada seorang anak perempuan, sebut saja namanya Fany, dia baru saja mengalami musibah dan kehilangan sepasang kaki. Sekarang dia tidak lagi punya kaki, dan duduk di kursi rodanya. Karena dia tidak punya kaki, tentu dia tidak akan pernah lagi bisa memakai sepatu. Mendengar cerita temannya, Fany hanya bisa melihat ke arah kakinya yang sekarang tidak ada lagi di tempatnya.

Dari cerita ilustrasi di atas, menurut Anda, bagaimana reaksi Fany selanjutnya? Apakah ia akan bersedih karena teringat kembali bahwa ia baru saja kehilangan sepasang kaki? Ia tidak bisa lagi memakai sepatu, dan yang paling parah adalah menyadari bahwa ia sekarang telah menjadi orang cacat, tidak bisa lagi berjalan, dan berlari.

Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka. (Amsal 25: 20).

Tokoh Donita dalam cerita ilustrasi di atas  adalah seorang anak yang seperti “orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih”, sementara Fany adalah seperti orang yang “lukanya diberi cuka”. Luka saja sudah cukup membuat pedih, apalagi jika diberi cuka pasti akan terasa lebih sakit sekali.

Donita, adalah gambaran untuk orang yang tidak punya empati. Lantas, apa itu Empati?

Empati, adalah salah satu karakter yang sering dilupakan, karena itu adanya di dalam hati dan sulit terlihat, karena hanya samar terlihat dan hanya hati yang dapat merasakan. Karakter ini tidak seperti karakter-karakter lain yang bisa dengan mudah terlihat oleh orang lain seperti rajin, tepat waktu, pemurah (mau berbagi), kreatif, dan sebagainya.

Empati didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain.Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. (Baron & Byrne, Psikologi Sosial Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004, hal. 111)

Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain. (Hodges, S.D., & Klein, K.J. (2001). Regulating the costs of empathy: the price of being human. Journal of Socio-Economics.)

Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Rasul Paulus mengajak jemaat Kristus agar dalam hidupnya memiliki empati:

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! (Roma 12: 15).

Sehati sepikirlah kamu, … (2 Korintus 13: 11)

Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita. (1 Korintus 12:26).

Donita seharusnya memiliki kepekaan bahwa temannya sedang bersedih mengenai keadaan kakinya, semestinya ia dapat berempati dan bisa sehati dan sepikir dengan tidak merayakan hal-hal yang berkaitan dengan kaki di depan orang lain yang sedang kehilangan kaki. Kehilangan anggota badan adalah hal yang menyedihkan, bagi seseorang mungkin akan memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk bisa menerima keadaan itu dan butuh waktu yang lama untuk mulai bisa terbiasa dengan keadaan tersebut.

 

Tips untuk orang yang berada pada pihak sebagai orang yang “lukanya diberi cuka”

Cerita Donita mungkin akan membuka kembali ingatan Fany akan kesedihannya kehilangan kaki. Untuk beberapa saat Fany mungkin kesulitan kembali untuk melupakan kesedihannya yang belum sirna, dan karenanya ia akan kembali jatuh lagi pada perasaan sedih yang lebih teramat sangat, yang menyesakkan dada, dan menyayat hati. Seperti luka yang masih mengganga, belum sempat mengering, lalu disiram cuka. Rasa sakit akan kesedihannya terasa lebih parah dari yang sebelumnya telah ia rasakan. Setidaknya Fany seharusnya tidak akan kembali merasakan kesedihan ini jika Donita tidak menyulutnya untuk kembali meledak di dalam dada. Fany sedang berusaha sekuat tenaga untuk secara berangsur-angsur berupaya melupakan kesedihannya dan mulai menerima keadaan itu dengan ikhlas. Dalam situasi itu, bagaimana Fany semestinya meresponi hal tersebut?

Sekali lagi, mengingat pada ucapan rasul Paulus:

Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, … (Roma 12: 15).

Bersukacitalah senantiasa. (1 Tesalonika 5: 16).

.. hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, …Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (Filipi 2: 2-3)

Jadi, respon yang tepat untuk Fany dan seperti yang diharapkan pada pengikut Kristus lainnya adalah “Bersukacitalah!”. Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan bersukacitalah senantiasa. Anggaplah orang lain lebih utama, dan sehati sepikirlah dengan dia (Donita). Perasaan sukacita orang lain tersebut tempatkan lebih penting daripada perasaan kesedihan yang ada dalam diri sendiri.

 

Ketika kita berusaha untuk bersukacita, kiranya Tuhan pun akan memampukan kita untuk bisa (ikut/kembali) bersukacita dan melupakan kesedihan kita sendiri.

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

Apakah Donita lebih Diberkati daripada Fany?

 

Ingat dengan Donita (nama fiktif) dalam artikel sebelumnya? Dia punya apa yang diinginkannya, ia mendapatkan kebahagiaan, sedangkan Fany (bukan nama sebenarnya) malah mengalami kemalangan dan kehilangan. Apakah itu artinya Donita lebih diberkati daripada Fany? Hanya Tuhan yang tahu jawabannya. Kita tidak dapat menghakimi, karena hanya Tuhan yang berhak menghakimi.

Kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan yang ada di depan kita, tapi hanya satu yang harus kita percaya bahwa semua rencana Tuhan itu baik adanya, meskipun sementara ini, secara pandangan manusia, sepertinya tidak demikian kelihatannya.

Jika kita mengingat kisah hidup Braille (seorang penemu huruf Braille), kita akan tahu bahwa rencana Tuhan itu terkadang sulit kita terima atau pahami, tapi Tuhanlah yang punya hikmat dan rencana yang agung dalam hidup seseorang untuk ia kerjakan bagi rencana-Nya.

Peristiwa kehilangan penglihatan (kebutaan) yang dialami Louise Braille mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai kemalangan bagi orang yang tidak diberkati karena harus menderita kesialan. Tapi ternyata Tuhan punya rencana besar melaluinya. Braille telah menjadi orang yang memberkati orang lain melalui penemuannya akan huruf Braille yang dapat membantu banyak sekali orang buta di seluruh belahan dunia untuk dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik karena membantu mereka dapat tetap belajar dengan mudah meskipun dengan keterbatasan fisik.

Kita tidak dapat menghakimi orang lain karena kita tidak akan pernah tahu apa rencana Tuhan dibalik semua peristiwa yang terjadi pada setiap manusia di dunia ini.

Kita hanya perlu percaya, bahwa di balik setiap peristiwa, entah itu baik atau buruk kelihatannya, pasti ada rencana Tuhan yang berkuasa, dan semua rencana Tuhan itu pasti baik adanya, bagi kemuliaan-Nya. Yang kita perlukan hanya tetap setia dan menunggu rencana Tuhan dinyatakan untuk kita kerjakan tepat pada waktunya.

Tuhan Yesus memberkati!

(Ind)

Jika ingin hidupmu lebih berarti …

Jika ingin hidupmu lebih berarti baik bagi diri sendiri maupun orang lain, contohlah seprti hidup kupu-kupu. Yang walaupun hanya hidup sesaat tetapi memberikan keindahan. Tidak hanya enak dipandang mata namun juga menyejukkan hati. Dengan melihat kupu-kupu kita juga teringat betapa ajaibnya Karya Tuhan atas kehidupan kupu-kupu ini. Menyertai dalam setiap perubahan hidupnya mulai dari ulat menjadi kepompong sampai akhirnya menjadi seekor kupu-kupu yang indah.Ketika mengalami perubahan pastinya harus ada yang perlu dikorbankan dan pastinya merasakan sakit. Kepompong untuk berubah menjadi kupu-kupu harus menghimpit dirinya sendiri sampai akhirnya dia mempunyai sayap seekor kupu-kupu yang indah yang dapat terbang.

Demikian juga dengan kehidupan kita. Kita harus berbuat sebaik mungkin dalam hidup yang Tuhan sudah berikan. Dengan berbuat sebaik mungkin maka kita menjadikan hidup ini lebih berarti baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Bagaimana cara membuat hidup ini menjadi lebih berarti?

Ada 3 cara yang dapat membuat hidup ini menjadi lebih berarti, yaitu :

1.       Mendisplin diri sendiri.

Displin diri sangat diperlukan karena merupakan pondasi / dasar untuk menjadikan hidup lebih baik. Karena bagaimana mungkin hidup dapat berubah tanpa adanya kemauan dan displin diri, yang mana semua itu harus dimulai dari “DIRI SENDIRI”.

Cara untuk mendisplin diri sendiri banyak cara. Salah satunya dengan mengingat bahwa hidup yang sekarang ada ini adalah ANUGRAH. Jika kita melihat hidup adalah ANUGRAH maka kitapun akan mengunakan hidup itu dengan sebaik-baiknya.

Contoh: setiap orang yang menerima hadiah tentunya sangat berterima kasih kepada orang yang sudah memberikan hadiah kepadanya. Selain ucapan terima kasih tentunya akan terlintas dalam pikiran orang tersebut bagaimana cara saya untuk dapat membalas kebaikan orang yang telah memberikan saya hadiah. Entah itu melalui pemberian hadiah kembalikah atau hanya sekedar memberikan perhatiankah.

Demikian juga dengan hidup ini sudah selayaknya selain ucapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan, kita juga harus membalas kebaikan Tuhan yang telah memberikan kesempatan kehidupan sampai saat ini.

Mari mulai mendisplin diri dari hal kecil namun berarti untuk kebutuhan komunikasi kita dengan Tuhan melalui “ saat teduh dan berdoa “ .  Terkadang kita mengganggap bahwa saat teduh dan berdoa adalah hal sepele yang dapat kita lakukan. Dengan tidak bersaat teduh dan berdoa toh hidup ini masih dapat berjalan.Pemikiran seperti itu adalah pola pikir yang salah. Kita memang masih bisa menjalani kehidupan ini. Namun kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang hampa yang sia-sia. Hidup tanpa adanya penganggan.

Jadikanlah Tuhan sebagai “pusat hidupmu”.

2.       Berusaha memberikan yang terbaik.

Selain displin diri untuk menjadikan hidup lebih berarti dengan berusaha memberikan yang terbaik. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam hal ini, dilihat dari berbagai segi kehidupan. Saya mengambil beberapa contoh segi kehidupan: pekerjaan, pelayan, rumah tangga.

Dalam segi kehidupan pekerjaan.

Dalam segi kehidupan dalam dunia pekerjaan berbuat sebaik mungkin dengan cara melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab.

Banyak kita merasa dalam hal pekerjaan melakukan kesalahan. Namun satu hal yang harus kita tekadkan dalam hati kita adalah harus melakukan yang terbaik agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama. Kesalahan yang dilakukan manusia itu adalah wajar karena manusia tidak sempurna. Kata-kata itu sering kali kita dengar. Namun bagaimana cara kita membentengi diri kita untuk tidak jatuh kedalam kesalahan yang sama. Baik itu kesalahan kecil maupun kesalahan besar. Yang perlu diingat adalah jatuh ke dalam lubang kesalahan itu sakit. Jangan sampai sakit itu kita rasakan berulang-ulang. Dan juga harus ingat bahwa kesalahan yang dibuat sangatlah medukakan dan membuat repot orang lain. Jangan sampai kita membuat repot orang secara terus menerus. Hal itu juga yang membuat Roh Kudus yang ada dalam diri kita berduka juga.

Dalam segi kehidupan pelayanan.

Berusaha memberikan yang terbaik dengan cara mengingat bahwa pelayanan yang saya lakukan saat ini bukan karena saya ingin dikenal orang, bukan karena saya ingin menjalani kewajiban saya sebagai orang kristen, bukan karena saya bisa dan sanggup melakukan pelayanan ini sedangkan orang lain tidak bisa. Bukan…. Jika motivasi pelayanan seperti itu adalah salah besar.Yang perlu diingat motivasi pelayanan adalah salah satu ucapan syukur kita kepada Tuhan. Bahkan pelayanan yang kita lakukan ini belum dapat mengimbangi Karya Tuhan yang telah menebus dosa kita melalui pengorbanan anakNya yang tunggal dikayu salib menggantikan kita semua. Banyak sekali ANUGRAH yang sudah Tuhan berikan untuk kita mulai dari nafas kehidupan yang kita terima sampai saat ini, anugrah kesehatan, anugrah pekerjaan, anugrah keluarga, anugrah hikmat, dan masih banyak lagi.

Janganlah kiranya pelayanan kita menjadi sia-sia hanya karena motivasi yang salah. Janganlah segala usaha kita juga menjadi sia-sia hingga pada akhirnya Tuhan mengatakan “ Siapakah engkau, aku tidak mengenal engkau, namamu tidak terdaftar didalam kitab kehidupan. Enyahlah dari hadapan ku “

Dalam segi kehidupan rumah tangga.

Berusaha memberikan yang terbaik dengan cara menerima pasangan hidup kita apa adanya baik suka maupun duka. Bukahkah ketika kita mengikhrarkan janji pernikahan di depan altar dihadapan pendeta dan jemaat kita berjanji dengan kata-kata “ saya bersedia menerima si A sebagai istri/ suami saya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, baik dalam keadaan suka maupun duka, menerima dan mendampinginya selama hidup saya sampai pada akhirnya”. Janji pernikahan ini seharusnya merupakan janji yang tidak hanya diucapkan melalui bibir mulut saja tetapi dari hati yang terdalam.Karena janji pernikahan ini merupakan janji yang sangat sakral/ suci.

3.       Memahami dan mengerti sifat & sikap orang lain.

Point inilah yang paling sulit dilakukan. Terkadang untuk mengerti dan memahami sifat & sikap orang lain butuh kesabaran. Bahkan ketika kita berusaha ingin memahami sifat & sikap orang lain malah sering disalah artikan oleh orang lain.

Banyak yang perlu dipelajari dalam memahami sikap orang lain. Di dalam point kedua telah dijelaskan bagaimana seharusnya kita berusaha memberikan yang terbaik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Dalam segi kehidupan pekerjaan

Dalam ruang lingkup ini skala untuk bertemu dengan orang lain bisa besar bisa juga kecil, tergantung dari besar kecil nya perusahaan/ tempat kita bekerja. Namun biasanya semakin besar perusahaan maka semakin banyak juga orang-orang yang terlibat dalam perusahaan itu. Dengan demikian kita akan menjumpai berbagai macam karakter dan sifat orang yang terdapat di dalamnya. Di sinilah kita dituntut untuk lebih memahami keberadaan dan sifat orang lain.

Namun tidak menutup kemungkinan dengan ruang lingkup skala yang lebih kecil. Bukan berarti dengan skala yang lebih kecil maka tidak menuntut kita untuk memahami keberadaan dan sifat orang lain. Intinya adalah di manapun kita berada, di mana pun kita ditempatkan harus siap menerima orang yang berinteraksi dengan kita.

Dalam dunia pekerjaan biasanya yang sering banyak dijumpai adalah rasa iri hati antar pekerja/ karyawan. Dari rasa iri hati inilah timbul keinginan untuk tidak mau memahami sikap dan sifat orang lain. Berlaku masa bodoh, cuek, merasa itu bukan tanggung jawab saya. Untuk itulah kita perlu mempunyai hati yang lapang dalam memahami situasi, sikap dan sifat orang lain. Harus punya rasa kebersamaan, saling membantu. Harus punya tekad dalam diri sendiri bahwa pekerjaan yang Tuhan sudah berikan ini adalah merupakan ANUGRAH yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan bukan kepada manusia.

Dalam segi pelayanan.

Seringkali kita temui orang yang mundur dari pelayanannya dikarenakan rasa sakit hati/ kecewa dengan rekan pelayanannya. Di awal sudah dijelaskan bahwa motivasi pelayanan yang benar adalah: sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan atas segala ANUGRAH yang Tuhan sudah berikan dalam hidup kita. Sudah selayaknya pelayanan bukan untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain. Jika motivasi pelayanan kita hanya melihat dari sisi manusia maka kita akan mendapatkan banyaknya kekecewaan yang tidak dapat kita terima. Dari rasa kecewa kepada manusia akan menimbulkan rasa kecewa kepada Tuhan. Inilah yang paling berbahaya, kita mulai menyalahkan Tuhan dalam pelayanan kita.

Seharusnya sekalipun dalam pelayanan kita menghadapi rekan pelayanan yang membuat kita kecewa hal itu tidak akan mengubah hati kita untuk tetap terus dalam pelayanan. Karena yang kita layani bukanlah manusia tetapi Tuhan.

Dalam segi rumah tangga.

Terkadang kita belum dapat memahami sikap dan sifat pasangan hidup kita, walaupun sudah sekian lama hidup bersama. Karena memang pernikahan terbentuk dari dua karakter yang berbeda. Untuk itulah Tuhan menyatukan dua karakter yang berbeda ini dalam ikatan rumah tangga agar dibentuk satu sama lain. Tidak jarang dari kurangnya memahami sikap dan sifat pasangan hidup kita mengakibatkan pertengkaran karena salah mengerti apa yang dimaksud dengan pasangan hidup kita. Karenanya dalam kehidupan rumah tangga yang paling dibutuhkan adalah “komunikasi” Karena dari komunikasi inilah tersampaikan maksud yang diinginkan.Selain komunikasi dalam kehidupan rumah tangga adalah menerima keadaan pasangan hidup kita.

Jika kita melihat dunia luar rasanya sangat mengerikan melihat angka perceraian. Apalagi melihat kehidupan selebtris yang dengan mudahnya menikah-cerai lalu menikah kembali lalu cerai kembali. Seakan-akan pernikahan bukanlah hal yang sakral bagi mereka. Banyak hal yang menjadi faktor perceraian dari hal sepele sampai hal besar dapat dijadikan alasan. Jika sudah seperti ini bukankah yang menjadi korban adalah anak juga (bagi yang sudah memiliki anak).

Akhir kata, marilah kita hidup kudus dihadapan Tuhan dengan memberikan yang terbaik dalam hidup ini mulai dari mendispiln diri sendiri, berusaha memberikan yang terbaik dan mengerti serta memahami sikap & sifat orang lain membawa kita untuk belajar dan belajar lagi sehingga menjadi serupa dengan Kristus.

 

 

Tuhan… terima kasih untuk ANUGRAH yang 

KAU berikan dalam hidup ini.

Baik anugrah nafas kehidupan.., anugrah kesehatan

Anugrah pekerjaan, anugrah keluarga, 

Anugrah hikmat.

 

Betapa besar karya MU dalam setiap kehidupan

Kami sebagai ciptaan MU.

Sudah selayaklah kami mengucap syukur akan hal

Ini dan memberikan diri kami kedalam tangan MU.

 

Tuhan… ajarkan kami melihat sisi kehidupan kami

Dari sudut pandang MU.

Tegurlah kami, jika jalan kami tidak lurus.

untuk kembali di jalanKAU tentukan.

Ajarkan kami untuk mengingat bahwa :

“ Hidup bukan karena hari…, tetapi hidup adalah

Arti bebas dari segala dosa”.

             

Inilah arti hidup yang sesungguhnya.

Kedalam tangan MU, kami menyerahkan 

Hidup kami.

AMIN.

oleh: Yeti Isnarti, staf bag.Keuangan.

 

 

 

Seminar “Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual”

seminar

Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2013/2014 khusus untuk siswa Athalia yang akan masuk ke jenjang Pra TK, SD1, SMP 7, SMA 10 telah selesai. Kami akan segera memproses penerimaan siswa baru untuk siswa luar Athalia. Prioritas akan kami berikan kepada saudara kandung dari siswa/siswi Athalia yang saat ini bersekolah di sekolah lain. Bila Bapak/Ibu memiliki rencana memasukkan putra/putri ke Athalia, maka proses penerimaan siswa baru akan dibuka 3 – 8 November 2012.

Sebagai pembuka, tanggal 3 November 2012 akan diadakan seminar bagi orangtua. Seminar berjudul: “Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual” ini bertujuan untuk membuka wawasan kita tentang maraknya kejahatan seksual. Media-media nyaris dipenuhi berita mengenai pemerkosaan anak-anak/remaja, tipu muslihat dan bujuk rayu yang berujung pada kejahatan seksual. Orangtua perlu makin waspada dan tidak naïf menghadapi tipu daya para penjahat seksual yang bisa tampil demikian menarik. Kemudahan komunikasi dunia maya melalui facebook, twitter, bbm, ym, dll bisa jadi awal yang tak disangka-sangka, dan berujung pada tindak kekerasan atau pelecehan seksual.

Sangat vital bagi orangtua untuk sedini mungkin belajar mengenai pendidikan seksual dan bagaimana mengomunikasikannya pada anak-anak sesuai tahapan usia mereka. Namun hal ini hanya bisa berjalan baik bila ditunjang dengan hubungan yang komunikatif dan terbuka antara anak dan orangtua. Dasar semua ini tentunya adalah pendidikan karakter yang benar sejak awal.

Seminar akan diselenggarakan secara paralel dengan tema yang sama, di Aula A gedung SD dan di Aula C gedung SMP.

Untuk seminar yang diselenggarakan di Aula A gedung SD, selaku pembicara Ibu Charlotte Priatna.

Ibu Charlotte Priatna, seorang pembicara parenting, konselor, master di bidang pendidikan usia dini, dan praktisi pendidikan akan membukakan mengenai hal-hal di atas ini agar sedini mungkin orangttua mempersiapkan anak agar terhindar dari jerat kejahatan seksual.

Untuk seminar yang diselenggarakan di Aula C gedung SMP, pembicara seminar ini adalah Ibu Bunga K. Kobong, seorang konselor, pemerhati, aktivis, dan praktisi pendampingan anak/remaja yang tergabung dalam Yayasan Sobat Peduli. Yayasan ini aktif dalam berbagai forum nasional/internasional  yang terkait, dan pendampingan terhadap korban kejahatan seksual.  Beliau akan membagikan pengalaman menangani berbagai kasus, termasuk bagaimana orangtua mendampingi anak agar terhindar dari jerat kejahatan seksual.

Seminar ini terbuka untuk umum, baik orangtua yang putra/i-nya bersekolah di Athalia maupun di sekolah lain. Bagi Bapak/Ibu yang ingin mengundang kenalannya menghadiri seminar ini, undangan berupa flyer dapat diambil di kantor PRO. Bagi Bapak/Ibu yang akan memasukkan putra/i ke Athalia (saudara kandung  maupun siswa luar), setelah seminar akan ada penjelasan PSB dan penjualan formulir.

Seminar ini tidak dipungut biaya, namun Bapak/Ibu perlu mendaftar sebagai peserta. Pendaftaran di kantor PRO Ged  SD, telp 538 38 66 atau 08777 1414 812 atau kantor PRO Ged SMP: 537 789 1 atau 0812 8387 8305. Pendaftaran ditutup 1 November 2012.

 

Parent Relation Office  dan Panitia PSB Sekolah Athalia

 

PRO@sekolahathalia.sch.id  –  www.sekolahathalia.sch.id

 

Flyer PSB - web

Kegiatan Go Green Kelas III & IV SD Athalia

Pada hari Sabtu tanggal 5 Mei 2012 yang lalu, bertempat di lapangan SD Athalia, siswa-siswi SD Athalia mengadakan kegiatan bertemakan Go Green. Acara yang diprakarsai oleh CPR kelas III & IV ini bertujuan untuk menjalin keakraban antara sesama orang tua dan anak, sehingga terjalin komunikasi yang baik antara sesama orang tua. Menambah pengetahuan anak mengenai tanaman apotik hidup, kegunaannya, dan cara menanam tanaman. Juga bertujuan untuk melatih anak bekerja sama dengan anak yang lain dan bersama orang tua. Dalam kegiatan tersebut juga ada cerdas cermat seputar tanaman apotik hidup dan permainan lucu yang dimainkan oleh orang tua dan anak. Semoga kegiatan-kegiatan bermanfaat seperti ini akan terus dilakukan oleh anggota-anggota komunitas Athalia agar kita dapat semakin cinta terhadap lingkungan dan antar sesama anggota komunitas juga dapat semakin akrab dan solid. Go Green, Go Athalia!