Di balik Kemeriahan Lomba 17 Agustus 2023 di Unit TK

Oleh: Lita Desiana, guru TK B1

Kali ini redaksi mewawancarai salah satu guru TK terkait kemeriahan perayaan HUT ke-78 RI di KB-TK Athalia. Manfaat apa saja yang akan didapat oleh setiap murid saat mereka ikut serta pada kegiatan tersebut. Mari kita simak penjelasan dari Ibu Lita.

Redaksi: Pembelajaran apa yang didapat saat bermain dan ikut lomba perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia?

Bu Lita: Pembelajaran yang didapat oleh para murid saat bermain dan mengikuti lomba perayaan HUT ke-78 RI yang setiap tahun dirayakan, adalah

  • Menumbuhkan semangat juang dan pantang menyerah, karena untuk meraih sebuah kemenangan, murid harus mau berusaha dan bekerja keras. Hal ini terlihat ketika para murid memiliki semangat dalam memberikan usaha terbaiknya dengan segenap kemampuan dalam setiap lomba, misalnya: saat murid mengikuti lomba memasukkan ring (simpai kecil) ke cone dengan menggunakan kaki, pasti perlu semangat untuk berusaha dan tekun melakukannya sampai semua ring (simpai kecil) masuk ke cone dengan cepat.
  • Murid dapat menerima kekalahan dengan lapang dada saat mengikuti lomba dan tidak membenci yang menang. Walaupun mereka mungkin merasa sedih karena kalah, mereka diajak untuk tidak marah-marah. Murid belajar untuk tetap memiliki karakter sukacita, yaitu bersikap benar termasuk di situasi yang tidak nyaman. Saat murid menang, mereka juga belajar untuk tidak sombong tetapi tetap memberikan semangat buat teman yang kalah.
  • Melatih para murid untuk belajar mengambil keputusan ketika ingin memenangkan lomba, dengan memiliki sikap yang fokus dalam perlombaan dan menjunjung tinggi sportivitas.
  • Membantu merangsang kecerdasan dan tumbuh kembang kemampuan motorik murid, misalnya: dalam lomba makan kerupuk, memindahkan bendera, balap karung, dan lain-lain. Lomba-lomba ini memerlukan koordinasi mata, kaki, dan tangan, sehingga pada saat yang sama menstimulasi kemampuan motoriknya.
  • Murid belajar untuk mampu menerima tantangan yang ada, misalnya: lomba memindahkan belut dari satu ember ke ember yang lain, pasti memerlukan keberanian untuk melakukannya.
  • Belajar bekerja sama untuk memupuk persahabatan dan kekompakan di antara rekan-rekan satu tim, misalnya: tarik tambang dan lari estafet memerlukan kerja sama dan komunikasi dalam tim untuk mendengarkan pendapat dari orang lain ataupun menerima instruksi supaya dapat melakukannya dengan tepat dan bisa memperoleh kemenangan.
  • Murid belajar mendengarkan dengan penuh perhatian aturan dan instruksi dalam perlombaan.
  • Meningkatkan rasa percaya diri sehingga murid menjadi berani ketika harus tampil di depan umum.
  • Yang terpenting adalah menumbuhkan semangat cinta tanah air Indonesia. Guru bisa menceritakan makna di balik lomba-lomba, misalnya: lomba makan kerupuk, yang mewakili susahnya makan dalam masa penjajahan, semangat gotong-royong dan persatuan saat lomba tarik tambang.

Redaksi: Bagaimana cara menentukan lomba yang tepat untuk unit KB (Batita dan Pra-TK) dan TK (TK A dan TK B)?
Bu Lita:

  • Memilih lomba sesuai dengan usia dan tingkat pencapaian murid, misalnya: lomba memasukkan bola sesuai dengan pola, untuk KB hanya pola AB-AB, sedangkan untuk TK pola AB-AB,ABC-ABC, atau ABCD-ABCD. Contoh lainnya, pada lomba memindahkan bendera untuk usia KB (2 atau 3 bendera) dan TK (4 bendera) dalam jarak yang lebih pendek untuk usia Batita, dan TK dalam jarak yang lebih jauh.
  • Memperhatikan durasi lomba dan disesuaikan dengan usia murid karena kemampuan murid KB-TK dalam menyelesaikan lomba berbeda-beda, misalnya usia KB memerlukan waktu yang sedikit lebih lama dibanding usia TK.
  • Menumbuhkan dan menstimulasi kematangan emosi, keterampilan sosial, kematangan kognitif yang cukup untuk berkonsentrasi saat bermain dan belajar, dan mengembangkan keterampilan motorik.

Redaksi: Apa saja lomba yang diadakan dari KB (Batita-Pra TK) dan TK (TK A dan TK B)?
Bu Lita: Lomba yang diadakan untuk KB dan TK adalah

Batita
Lomba memindahkan bendera, mengelompokkan benda sesuai warna, menyusun balok.
Tujuannya: Untuk melatih koordinasi mata, tangan, dan melatih fokus, menumbuhkan keberanian murid, interaksi dengan teman, dan merangsang kemampuan motorik kasar murid.

Pra-TK
Lomba meronce dan memindahkan bendera.
Tujuannya: Untuk melatih rasa percaya diri anak, menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui perayaan dan perlombaan, menumbuhkan sikap penuh semangat, sportif saat berkompetisi mengikuti lomba bersama teman sebaya serta melatih kemampuan kognitif, fokus, dan meningkatkan kemampuan motorik kasar murid.

TK A
Lomba menyusun gelas warna putih dan bentuk geometri warna merah dengan pola AB-AB, dan lomba menyusun bola sesuai warna (merah, kuning, biru, hijau).
Tujuannya: Murid dapat bersyukur dan bangga menjadi anak Indonesia lewat lomba perayaan hari Kemerdekaan Indonesia, bersikap sportif dalam permainan kompetitif, percaya diri, mengenal warna bendera merah-putih dan warna-warna dasar, seperti merah, hijau, biru, dan kuning, dan mengembangkan motorik kasar dan halus murid.

TK B
Lomba membalikkan gelas dan mengisi bola sesuai pola ABC-ABC dan memasukkan ring (simpai kecil) ke dalam cone menggunakan kaki.
Tujuannya: Untuk menumbuhkan sikap percaya diri, menstimulasi kemampuan motorik murid, melatih kecerdasan kognitif, dan menumbuhkan daya juang. Saat murid mengikuti aturan lomba, mereka akan berlatih memecahkan masalah sederhana berdasarkan prioritas atau urutan.

Ternyata melalui wawancara ini kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang manfaat yang didapat oleh para murid saat mengikuti perlombaan dari segi sosial emosional, sensorik motorik, dan juga melatih perkembangan kognitif murid. Jadi mereka tak sekadar bermain tetapi juga sambil belajar dengan penuh sukacita. Terlebih KB-TK Athalia tidak asal pilih kegiatan lomba tetapi benar-benar disesuaikan dengan kondisi dan tahapan tumbuh kembang murid.

Seminar Parenting “Addiction”, 16 Maret 2019

Narasumber: CHARLOTTE PRIATNA, M. Pd.

Kecanduan? Wah, jauhlah itu dari saya.”
“Saya orang yang tahu batasan, tidak mungkin kecanduan.”
Umumnya orang akan menolak jika dikatakan bahwa dirinya kecanduan sesuatu. Pemberitaan di media massa banyak memberi informasi addiction/kecanduan yang erat kaitannya dengan narkoba, pornografi, obat terlarang. Tetapi ternyata kecanduan banyak aspeknya.

Seminar yang berlangsung Sabtu, 16 Maret 2019 di Sekolah Athalia ini dibawakan oleh Ibu Charlotte Priatna, M. Pd. mengangkat tema “Addiction”. Kecanduan terjadi ketika sesuatu tidak bisa tidak dipenuhi, sesuatu yang mengikat, bahkan sangat mungkin hal kecanduan terjadi pada sesuatu yang justru ingin dihindari atau dibenci oleh seorang pecandu. Berawal karena sebuah keterpikatan, lalu terjerat, dan terikat, kemudian menjadi nikmat, sampai akhirnya tidak bisa keluar dari jerat. Bentuk-bentuk addiction sangat banyak diantaranya: rokok, alkohol-alkoholic, pekerjaan-workaholic, belanja-shopaholic, sex-sexaholic, judi, obat-obatan, narkoba, kopi, games, porn, cutting, aica aibon, tatoo, gadget, drama Korea.

Seminar yang diadakan di Sekolah Athalia ini dihadiri oleh 129 peserta dari dalam dan luar komunitas Athalia. Pada sesi kedua seminar ini, acara dilanjutkan dengan talkshow yang mengundang Andrew Timothy, seorang yang pernah terjerat pada kecanduan game online. Kesaksian Andrew juga diperkuat dengan kesaksian sang ayah, yaitu Bp. Yantje Korompis beserta istri dan kedua anaknya yang lain. Apa yang disampaikan oleh kelima narasumber kesaksian tersebut menguatkan apa yang disampaikan oleh Ibu Charlotte bahwa penyebab Addiction adalah: hilangnya keintiman (ketidakhadiran orang tua, hubungan yang lemah), kesepian (pelarian untuk mengisi kekosongan), kepribadian seseorang yang lemah (kurang percaya diri, ketrampilan diri yang tidak dikembangkan, pengaruh lingkungan sosial yang buruk).

Orang yang rentan pada kecanduan adalah mereka yang memiliki harga diri yang rendah, depresi, orang yang memiliki masalah dalam hubungan keluarga, orang yang tidak memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan. Kita perlu memikirkan hal apa saja yang harus kita lakukan agar anak-anak atau diri kita tidak terjerat pada kecanduan. Dampak dari kecanduan diantaranya adalah: kesehatan yang terganggu, emosi yang berubah (menutup diri, mudah tersinggung, depresi, meledak-ledak), dalam relasi sosial cenderung menyendiri, egois, menutup diri, dan ada perubahan kebiasaan dalam hidupnya misalnya pola hidup yang berubah, berkata-kata yang buruk, prestasi menurun, hutang yang menumpuk, dan lain sebagainya.

Kecanduan yang paling banyak menjerat anak-anak pada umumnya adalah kecanduan pada game. Untuk menolong mereka tidak terjerat pada kecanduan tersebut, para orang dewasa yang terlibat dalam pendidikan anak perlu memperhatikan kebutuhan mereka. Anak-anak membutuhkan 3P: Penerimaan, Penghargaan, dan Pengakuan dari orang terdekat mereka. Anak-anak membutuhkan komunitas yang membangun, dan berbagai alternatif kegiatan lain yang bisa mengembangkan diri dan talenta mereka, dan alternatif untuk mengisi waktu mereka. Singkatnya, untuk menolong mereka para orang tua perlu: mencarikan kegiatan pengganti selain game, mengembangkan hobi anak, menjadikan keluarga sebagai tempat dimana anak merasakan relasi dalam kasih yang dibangun oleh orang tua, keluarga yang saling mendukung, mau mengembangkan kebiasaan baik bersama, dan keluarga yang mau terus bertumbuh dalam kasih, serta para orang tua yang mau terlebih dahulu menjadi teladan bagi anak-anaknya. (Penulis: Nostalgia Pax Nikijuluw, kabag PK3).

Sekilas tentang Met Camp Kelas VII SMP Athalia 2019

Oleh: Loura Palyama, guru Agama Kristen SMP

Metamorphosis Camp atau Met Camp adalah sebuah kegiatan karakter yang wajib diikuti oleh siswa-siswi kelas 7 SMP Athalia. Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam Met Camp ini ditujukan untuk mengingatkan dan meneguhkan kembali karakter tanggung jawab pada diri siswa yang telah dikembangkan di SD dan memperkenalkan profil Caring and Sharing dalam proses pembentukan karakter di SMP Athalia.


Kegiatan Met Camp dimulai dengan permainan kelompok di luar ruangan. Games yang dipersiapkan bukan hanya berfokus pada aktivitas yang seru dan menyenangkan, tetapi juga memiliki makna yang dapat dipelajari oleh peserta camp di antaranya: inisiatif, tepat waktu, pengendalian diri, rajin dan kerja sama. Kesan yang sempat didengar dari peserta adalah adanya momen yang tak terlupakan yaitu ketika peserta camp diberikan sebuah aturan bahwa yang boleh diminum saat haus hanya air mineral sedangkan minuman yang disediakan di samping air mineral adalah es mambo. Ternyata, ada peserta camp yang cukup tergoda dengan es mambo nyaris tidak dapat mengendalikan diri di tengah kelelahan setelah beraktivitas dan udara panas di siang hari; sebuah contoh proses belajar mengendalikan diri.


Kegiatan Met Camp lainnya adalah role play. Pada kegiatan ini panitia telah mempersiapkan beberapa orang yang melibatkan guru, siswa kelas 9, maupun petugas cleaning service untuk memerankan berbagai keadaan yang mengajak siswa untuk peka terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar mereka secara langsung. Kejadian rekaan telah direkam sebelumnya kemudian ditampilkan lalu didiskusikan secara bersama-sama dengan suasana yang ringan dan fun, agar peserta mudah memahami maksud dan tujuan dari sesi ini dan dapat mengambil sikap yang tepat. Caring and Sharing dimulai dari tanggung jawab terhadap diri sendiri yang dilanjutkan dengan tanggung jawab kepada sesama dan lingkungan.


Ada juga sesi tanggung jawab terhadap diri sendiri dan sesama. Dalam sesi ini, peserta diajarkan untuk berbelanja dan memasak sendiri makanan untuk makan malam mereka. Para peserta berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan menu makanan mereka serta memilih beberapa orang untuk berbelanja kebutuhan untuk memasak.


Ada banyak hal yang mereka pelajari dari kegiatan ini, salah satunya mengenai jenis sayuran. Ada hal lucu ketika peserta camp pergi berbelanja. Ternyata banyak yang tidak tahu bentuk dari bumbu masak yang akan mereka beli, akibatnya mereka salah membeli bumbu yang diperlukan untuk memasak. Peserta camp diwajibkan memasak dan makan sayur. Mereka pun didorong untuk saling menolong satu dengan yang lain agar masakan mereka matang dan memiliki rasa yang enak. Mereka juga diajarkan untuk bertanggung jawab dengan dana yang diberikan.


Kegiatan lainnya adalah pembekalan sex education oleh Ibu Charlotte Priatna dan Bapak Martin Manurung. Kegiatan ini diadakan terkait dengan semakin bertumbuhnya mereka menjadi remaja. Beberapa konselor dari SD dan SMA serta beberapa staf PK3 pun terlibat sebagai fasilitator.


Di hari kedua, peserta camp belajar mengenai proses metamophosis yang tidak mudah dan membutuhkan usaha. Sudah saatnya mereka tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri melainkan juga Caring and Sharing pada sesama.


Melalui Metamorphosis Camp banyak peserta yang mengaku menikmati dan belajar banyak dari kegiatan camp ini. Metamophosis Camp menjadi bermakna walaupun dibungkus dengan aktivitas yang ringan dan menyenangkan. Sungguh bersyukur untuk pelaksanaan camp yang berjalan dengan baik. Kiranya setelah Met Camp ini, siswa-siswi mau terus diproses dan belajar untuk lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan peka terhadap lingkungan serta orang lain.

Sosialisasi Proyek Pengembangan Karakter kepada Orang Tua KB-TK Sekolah Athalia

Oleh: Ni Putu Mustika Dewi, Staf PK3

Pengembangan karakter siswa seharusnya menjadi kepedulian bersama baik sekolah maupun orang tua. Mengingat pentingnya pendidikan karakter sedari dini, maka tiap semester genap guru KB & TK mengajak para orang tua untuk mengambil bagian dalam pengamatan proyek pengembangan karakter siswa & siswi di rumah. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut program pengembangan karakter yang sudah dilakukan oleh KB-TK Athalia di semester ganjil 2018/2019. Pada semester genap ini, sosialisasi proyek pengembangan karakter KB & TK ini diadakan pada hari Sabtu, 26 Januari 2019. Kegiatan ini diawali dengan pemaparan dan peneguhan kembali akan pemahaman atas visi dan misi yang diemban oleh Sekolah Athalia, yang disampaikan oleh Bu Risna selaku Kepala TK.

Dengan landasan Joy (Sukacita) yang merupakan dampak dari kesadaran bahwa Tuhan yang menciptakan, mengasihi, dan menebus manusia, diharapkan hal ini pun dapat dirasakan oleh siswa-siswi selama proses pembelajaran KB-TK baik di sekolah maupun di rumah. Siswa KB-TK Athalia diharapkan menjadi siswa yang bersukacita atas keberadaan dirinya.

Secara khusus, siswa-siswi KB belajar untuk mulai mengenal karakter Penuh Perhatian, TK A belajar Taat, sedangkan TK B belajar menghidupi karakter Tahu Berterima Kasih. Selama 3 bulan, mulai bulan Februari dan berakhir pada bulan April orang tua akan mendidik dan mengamati anak-anak mereka dalam menghidupi karakter (sesuai jenjang usia) dengan indikator-indikator yang telah dipaparkan oleh Wali Kelas & partner pada sosialisasi ini.

Kiranya melalui proyek pengembangan karakter ini, guru maupun orang tua dapat bergandengan tangan dalam mendidik siswa & siswi sedari dini menjadi murid Tuhan yang mengalami dan merasakan sukacita dalam masa pertumbuhannya di KB-TK, dalam lingkungan Sekolah Athalia dan mengalami pertumbuhan karakter yang semakin serupa dengan Kristus.

Natal TK A & B: Hatiku untuk Tuhan Yesus

Narasumber : Tim PK3

Dalam rangka menyambut Natal TK A & B – pada tanggal 17 November 2018, tim PK3 mengadakan panggung boneka yang berjudul “Hatiku Untuk Tuhan Yesus” – yang bercerita tentang seorang anak yang mau memberikan hadiah untuk Tuhan Yesus di hari kelahiran-Nya. Dia merasa bingung dan minder melihat teman-temannya bisa membelikan hadiah untuk Tuhan Yesus berupa barang-barang yang mahal atau barang-barang yang indah. Dia merasa minder karena dia tahu mamanya tidak punya uang untuk membeli kado yang indah seperti temannya. Namun, berkat kesabaran mamanya, dia justru mempersembahkan hatinya sebagai hadiah terbaik untuk Tuhan Yesus – yaitu hati yang taat dan setia dalam melayani Tuhan Yesus.

Melalui cerita ini, diharapkan anak-anak menjadi mengerti bahwa Tuhan Yesus yang lahir ke dunia ini – adalah hadiah terindah dalam hidup mereka.

Anak-anak sangat menikmati pertunjukan panggung boneka ini. Terlebih saat mereka membawa dan meletakkan kado-kado di bawah pohon natal sebagai hadiah untuk Tuhan Yesus.

Selamat Natal 2018, Tuhan memberkati. (LY)

Listening with Your Heart: Salah Sambung or Susah Sinyal?

Narasumber: charlotte priatna, M.Pd.

Listening With Your Heart – Salah Sambung or Susah Sinyal? Adalah tema pada seminar yang diadakan pada hari Sabtu, 24 November 2018 yang lalu. Peserta seminar kali ini adalah orang tua dan anak-anak remaja usia SMP. Seminar bagi orang tua dipandu oleh Ibu Charlotte, sedangkan seminar bagi remaja dipandu oleh Bapak Boris Manurung dan Ibu Meilita Kitting Manurung.


Komunikasi orang tua dan anak akan menjadi “salah sambung” atau “susah sinyal” ketika anak-anak mulai tumbuh menginjak fase remaja. Pada fase ini, kenapa anak-anak sudah tidak mau mendengarkan kita lagi sebagai orang tua? Hal ini dikarenakan mereka sudah tidak respect lagi. Mengapa mereka menjadi tidak respect? Hakekatnya, hal tersebut bisa terjadi disebabkan dari segala apa yang telah kita perbuat kepada mereka. Nah, pada seminar ini, kita belajar bersama bagaimana membuat komunikasi antara orang tua dan anak yang “salah sambung” or “susah sinyal”, bisa “nyambung” kembali. Komunikasi bisa kembali terjalin hangat dan berkualitas.


Hal pertama adalah “Listen – Silent”, suatu padanan kata yang unik, yang mengisyaratkan bahwa proses mendengar haruslah dalam situasi yang hening atau tenang. Dalam situasi yang tenang, kita akan lebih mudah untuk fokus memperhatikan orang yang sedang kita dengarkan.

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah“
(Yakobus 1:19)

Sebagai manusia kita diberikan dua telinga, dua mata, dan satu lidah oleh Tuhan. Kita diingatkan agar senantiasa lebih banyak mendengar, lebih banyak melihat, dan sedikit bicara.

Dalam proses mendengar, semestinya apa pun yang kita dengar dapat mengendap dulu, sehingga kita menjadi lambat untuk berkata-kata dan lambat untuk menjadi marah.

Kata “mendengar” dalam bahasa Cina, mengandung beberapa unsur karakter atau kata yang terdiri dari “telinga”, “raja”, “sepuluh”, “mata”, “satu”, dan “hati”. Rangkaian kata-kata ini menjadi petuah bagi kita bahwa setiap kali kita mendengar dengan telinga, perlakukan orang yang kita dengar itu seperti Raja yang sedang berbicara kepada kita, dan apabila kita memiliki sepuluh mata, gunakan semuanya, fokuslah pada satu titik saja dan libatkan hati kita selama proses mendengar berlangsung.

Mendengar adalah suatu seni yang aktif, mendengar dengan seksama kemudian menjawab. Hentikan segala aktivitas ketika anak kita menunjukkan keinginan akan bicara. Ketika dalam situasi terpaksa kita belum bisa meninggalkan aktivitas kita, katakan bahwa setelah menyelesaikan pekerjaan, kita akan mendengarkannya. Dan saat kita berbicara atau bertanya, kita perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang kreatif untuk diajukan kepada anak-anak kita (bukan mempertanyakannya). Bukan dalam suasana bising tapi dalam keheninganlah kita akan dapat mendengarkan suara anak-anak kita. Bahkan dalam keheningan pulalah kita akan dapat mendengarkan suara Tuhan melalui Roh Kudus yang siap mendukung kita saat hal yang terburuk mungkin akan disampaikan oleh anak-anak kita. Dengan mendengar secara baik dan benar, kita akan semakin bisa mengenal anak-anak kita lebih dalam. Ketika kita mau mendengar dengan sepenuh hati, kita pun bisa belajar hal-hal yang baru dari anak-anak kita.


Saat kita mendengarkan anak-anak berbicara menyampaikan isi hati mereka, pastikan kita tetap fokus, tidak menyela, dan memberikan judgement ataupun kritikan terlebih dulu sebelum proses mendengar selesai.

“Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya” (Amsal 18:13)

Selama proses mendengar, biarkan anak-anak kita berbicara, tunjukkan kerendahan hati kita.


Kerendahan hati untuk menerima apapun hal terburuk yang akan mereka sampaikan. Kita sebagai orang tua harus berani terbuka dan jujur dalam berkomunikasi dengan anak-anak kita sejak anak-anak kita mulai tumbuh dewasa. Hal ini dibutuhkan untuk menjaga dan mempertahankan relasi yang baik. Jangan terlalu memaksakan anak-anak kita selalu “harus” mendengarkan apa yang kita katakan.

“Karena itu sempurnakanlah suka citaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”
(Filipi 2:3-5)

Jangan egois, namun kita perlu lebih rendah hati mau mendengarkan dan memperhatikan perasaan mereka, karena anak-anak kita bisa menjadi lebih baik dari kita. Kelak, anak-anak kita tidak akan mengingat kata-kata kita, melainkan mereka akan mengingat kesan apa yang telah dia rasakan, apa yang dia alami. Terlebih penting lagi, maafkan kesalahan anak-anak kita, sekalipun mereka tidak meminta maaf. Jangan diungkit-ungkit lagi kesalahan mereka, karena sebenarnya mereka itu lemah dan tak berdaya.

Dengan menjadikan komunikasi berlangsung hangat, kita akan menciptakan suatu relasi yang dekat antara orang tua dan anak. Relasi yang kuat, akan menumbuhkan komunikasi yang sehat. Jadi, inti dari mendengar adalah mendengarkan dengan hati. (LY)

Tuhan Yesus memberkati.

ATHALIA ASRI (AMAN-SEHAT-RINDANG-INDAH)

Narasumber Mattias Malanthon

Program Adiwiyata merupakan program Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertujuan mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Dalam rangka menuju predikat sekolah Adiwiyata tingkat Nasional, maka dibentuklah tim Athalia ASRI (Aman, Sehat, Rindang, Indah) di Sekolah Athalia.

Lingkungan sekolah seolah menjadi rumah “kedua” bagi setiap guru, siswa, staf, dan karyawan di komunitas Athalia. Hampir separuh waktu kita berada di lingkungan sekolah. Padatnya aktivitas yang dilakukan di lingkungan sekolah perlu ditunjang oleh lingkungan sekolah yang aman, sehat, rindang, dan indah. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang nyaman dan sehat.

Kegiatan Athalia ASRI saat ini lebih berfokus pada penghijauan lingkungan sekolah di lahan-lahan yang masih kosong. Lingkungan sekolah yang rindang dan hijau, membuat kita semua dapat menghirup udara yang segar dan bersih setiap hari, membuat jiwa dan raga kita semakin sehat.Tanaman yang akan ditanam pun diusahakan memiliki nilai ekonomis, seperti tanaman buah-buahan dan tanaman hias. Tanaman-tanaman ini bisa dijual dalam kemasan polybag. Selain itu, secara bertahap akan dikembangkan pula budidaya tanaman bonsai, budidaya jamur, dan program membuat pupuk organik dari sampah-sampah daun.

Saat ini, di setiap sudut ruangan, kita bisa melihat tempat sampah-tempat sampah yang sudah ditempel stiker sesuai dengan sampah yang harus dibuang. Ada sampah organik, sampah non organik, sampah kertas, sampah kaca, dan sampah residu. Athalia ASRI mengajak seluruh komunitas Sekolah Athalia berlatih membiasakan diri membuang sampah dengan memilahnya. Tidak ada sanksi dalam hal ini, hanya diharapkan kita semua saling mengingatkan dan menegur apabila ada rekan atau teman kita yang salah memasukkan sampah ke tempat sampah yang bukan seharusnya.

Kenapa harus dipilah-pilah? Ya, karena dengan dipilah-pilah kita turut membantu tim kebersihan dalam proses mendaur ulang sampah. Perlu kita ketahui juga bahwa sampah kertas memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari sampah-sampah lainnya. Memang tidak mudah membangun karakter membuang sampah dengan memilah, dibutuhkan niat dan semangat yang lahir dari kesadaran masing-masing pribadi akan kepedulian terhadap lingkungan yang ASRI (Aman, Sehat, Rindang, Indah). Tim Athalia ASRI bekerja sama dengan seluruh guru di setiap unit, OSIS dan BB untuk turut serta mengkampanyekan gerakan membuang sampah dengan memilah.

Apabila kebiasaan ini (membuang sampah dengan memilah) sudah bertumbuh, Sekolah Athalia akan siap mendaftarkan diri menjadi Bank Sampah.


Tanggal 6 Desember 2018 yang lalu, unit TK, mengadakan kegiatan memungut sampah daun. Sedangkan unit SD dan SMP Athalia mengadakan kegiatan menanam pohon. Masing-masing siswa SD dan SMP Athalia membawa bibit tanaman yang berbeda-beda untuk ditanam di lahan-lahan yang masih kosong.


Untuk unit Sekolah Pinus, siswa-siswi Pinus diajarkan cara menyemai bibit tanaman. Tim Athalia ASRI juga berharap agar karakter dan kebiasaan yang baik ini bisa diajarkan dan ditularkan ke dalam setiap keluarga masing-masing atau lingkungan sekitar kita. Mari bersama kita wujudkan Sekolah Athalia yang ASRI! (LY)

Tuhan Yesus Memberkati.

ATHALIA SAHABAT ANAK (ASA) PEDULI PALU

Pada tanggal 9 November 2018, bantuan Athalia Sahabat Anak (ASA) Peduli Palu disalurkan melalui Yayasan Gracia, senilai Rp. 51.268.234,- (Lima puluh satu juta dua ratus enam puluh delapan ribu dua ratus tiga puluh empat rupiah).

Yayasan Gracia didirikan oleh Pdt Yung Tik Yuk pada tahun 2016, berbarengan dengan peristiwa gempa Jogja. Misi Yayasan Gracia adalah membantu orang-orang miskin papa dan membantu korban bencana alam.

Sekolah Athalia peduli atas musibah gempa bumi yang dialami saudara kita di Palu. Melalui Yayasan Gracia, dana bantuan ASA diwujudkan dalam bentuk peralatan memasak. Hal ini dikarenakan di kota Palu banyak sekali bantuan berupa makanan, sedangkan jumlah peralatan untuk memasak sangat sedikit dikarenakan banyak alat masak yang hilang. Selain di kota Palu, dana bantuan ASA juga diwujudkan untuk membangun rumah semi permanen di desa Tangkulowi. Tuhan Yesus memberkati. (LY)

Athalia Sabahat Anak peduli Palu
Athalia Sabahat Anak peduli Palu

Memandang hanya kepada Allah (Mazmur 121)

Oleh: Daniel Santoso Ma, M.Th.

Mazmur 121 dikenal bukan hanya sebagai sebuah nyanyian iman, namun juga sebuah refleksi perjalanan hidup bersama dengan Tuhan. Peristiwa hidup dalam Mazmur 121 dapat menjadi gambaran yang nyata tentang apa yang kita alami pada masa kini. Peziarah Israel dengan jelas melukiskan setiap pergumulan hidup dengan fenomena yang berbeda dengan fenomena masa kini, namun memiliki kesamaan esensi.


Bagi kaum Israel yang tinggal jauh dari Yerusalem, kegiatan ziarah ke Yerusalem tempat dimana bait Allah berada, memiliki tantangan tersendiri. Di satu sisi, perjalanan panjang ini membawa semangat sukacita karena ada kesempatan untuk beribadah kepada Allah, namun di sisi lain perasaan was-was muncul tatkala mengetahui bahaya besar menghadang. Namun, semua tantangan tersebut tidak mengecilkan semangat dan iman mereka untuk menghadap Allah. Mereka percaya bahwa Allah merupakan sumber keselamatan dan pertolongan kala suka maupun duka. Pengenalan yang benar terhadap Allah membawa para peziarah Israel memiliki keyakinan yang kokoh bahwa Allah adalah penjaga Israel yang sejati.


Seruan para peziarah dalam ayat 1 –“Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?”– mengandung sebuah kecemasan, ketakutan, bahkan kekuatiran tentang kondisi buruk yang mungkin akan mereka hadapi. Bahaya orang jahat dan kondisi alam yang tidak bersahabat menjadi perhatian utama dalam Mazmur 121. Kita akan melihat dua tantangan besar yang dihadapi oleh para peziarah, sekaligus dua identitas Allah yang mereka percaya, dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut.


Kendala pertama berhubungan dengan adanya para penjahat dan perampok sepanjang perjalanan. Perjalanan ziarah ini dilakukan minimal tiga kali dalam setahun oleh para peziarah. Mereka sangat mengenal kondisi perjalanan yang dilalui, melewati lembah, gunung, dan padang pasir. Biasanya para penjahat bersembunyi dalam lembah maupun lereng gunung dan bersiap untuk merampok para peziarah. Para perampok ini dikenal sebagai penjahat yang kejam dan tidak segan untuk mengambil nyawa para peziarah (gambaran penjahat dapat juga dilihat dari kisah Orang Samaria yang murah hati).


Meskipun, perjalanan ziarah ini menyeramkan dan kekuatan para peziarah terbatas, mereka berpegang pada identitas Allah sebagai sang Penolong. Identitas pertama yang dikenalkan para peziarah adalah Allah yang menyelamatkan. Ungkapan “di sebelah tangan kananmu” (ay. 5) merupakan sebuah ekspresi yang kuat tentang kekuasaan dan kekuatan Allah dalam menjaga para peziarah Israel. Dalam hal ini, Allah digambarkan sebagai sebuah perisai dan perlindungan.


Kendala kedua berhubungan dengan kondisi alam. Ayat 6 ini menarik karena mengatakan “Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam.” Bagaimana matahari dan bulan dapat menyakiti para peziarah? Ketika mempelajari kondisi geografis padang pasir, kita akan menemukan perbedaan cuaca yang ekstrim pada waktu siang dan malam. Para peziarah menceritakan suasana panas pada waktu siang sebagai gambaran matahari yang menyakiti. Panas yang menyengat kulit dan haus yang berkepanjangan membuat kondisi tubuh menjadi lelah dan lemah. Sedangkan, suasana dingin membeku sebagai gambaran bulan pada waktu malam membuat para peziarah tidak dapat beristiharat dengan nyenyak, bahkan mereka berjuang dari hewan buas.


Namun, para peziarah percaya pada identitas Tuhan yang menjadikan langit dan bumi (ay.2). Sebutan ini merupakan identitas Allah yang melekat sejak zaman purba. Pernyataan iman tentang Allah sang Pencipta menjadi jawaban iman atas kegentaran para peziarah menghadapi kondisi alam yang tidak bersahabat. Mereka percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan para peziarah pada waktu apapun karena Allah selalu berjaga-jaga (ay. 3-4).


Sama seperti peziarah Israel, kita sekalian juga peziarah dalam dunia ini sambil menyongsong kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Perjalanan iman kita juga mengalami pasang surut seperti lautan luas. Kita tidak tahu secara pasti apa yang akan dialami sepanjang tahun 2019. Mungkin, ada suka maupun duka, ada keluarga dan teman yang datang maupun pergi, ada berkat maupun kemalangan; namun, di atas segala sesuatu yang terjadi, kita harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan Yesus selalu menjaga.


Pada akhirnya, Mazmur 121 menjadi pernyataan iman sekaligus mengarahkan seluruh fokus dan perhatian kita sepanjang tahun 2019 dengan berkata, “TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” (ay. 7-8).

Filed Trip kelas IV dan kelas V SD Athalia

Pada tanggal 12 September 2018, siswa-siswi kelas V SD Athalia melakukan kegiatan field trip ke Aquarium, New Soho, Jakarta. Mereka mempelajari dan melakukan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan ekologi, konservasi biologi, dan banyak hal tentang kehidupan bawah laut.

. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.. ke Aquarium, Mall Taman Anggrek, Jakarta.field trip kelas Vfield trip kelas V field trip kelas V

Tanggal 14 September 2018 siswa-siswi SD Athalia kelas IV, filed trip ke Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, untuk menambah wawasan mereka di mana mereka belajar lebih dekat dan lebih dalam tentang dunia reptil.

field trip kelas IV