Seminar “Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual”

seminar

Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2013/2014 khusus untuk siswa Athalia yang akan masuk ke jenjang Pra TK, SD1, SMP 7, SMA 10 telah selesai. Kami akan segera memproses penerimaan siswa baru untuk siswa luar Athalia. Prioritas akan kami berikan kepada saudara kandung dari siswa/siswi Athalia yang saat ini bersekolah di sekolah lain. Bila Bapak/Ibu memiliki rencana memasukkan putra/putri ke Athalia, maka proses penerimaan siswa baru akan dibuka 3 – 8 November 2012.

Sebagai pembuka, tanggal 3 November 2012 akan diadakan seminar bagi orangtua. Seminar berjudul: “Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual” ini bertujuan untuk membuka wawasan kita tentang maraknya kejahatan seksual. Media-media nyaris dipenuhi berita mengenai pemerkosaan anak-anak/remaja, tipu muslihat dan bujuk rayu yang berujung pada kejahatan seksual. Orangtua perlu makin waspada dan tidak naïf menghadapi tipu daya para penjahat seksual yang bisa tampil demikian menarik. Kemudahan komunikasi dunia maya melalui facebook, twitter, bbm, ym, dll bisa jadi awal yang tak disangka-sangka, dan berujung pada tindak kekerasan atau pelecehan seksual.

Sangat vital bagi orangtua untuk sedini mungkin belajar mengenai pendidikan seksual dan bagaimana mengomunikasikannya pada anak-anak sesuai tahapan usia mereka. Namun hal ini hanya bisa berjalan baik bila ditunjang dengan hubungan yang komunikatif dan terbuka antara anak dan orangtua. Dasar semua ini tentunya adalah pendidikan karakter yang benar sejak awal.

Seminar akan diselenggarakan secara paralel dengan tema yang sama, di Aula A gedung SD dan di Aula C gedung SMP.

Untuk seminar yang diselenggarakan di Aula A gedung SD, selaku pembicara Ibu Charlotte Priatna.

Ibu Charlotte Priatna, seorang pembicara parenting, konselor, master di bidang pendidikan usia dini, dan praktisi pendidikan akan membukakan mengenai hal-hal di atas ini agar sedini mungkin orangttua mempersiapkan anak agar terhindar dari jerat kejahatan seksual.

Untuk seminar yang diselenggarakan di Aula C gedung SMP, pembicara seminar ini adalah Ibu Bunga K. Kobong, seorang konselor, pemerhati, aktivis, dan praktisi pendampingan anak/remaja yang tergabung dalam Yayasan Sobat Peduli. Yayasan ini aktif dalam berbagai forum nasional/internasional  yang terkait, dan pendampingan terhadap korban kejahatan seksual.  Beliau akan membagikan pengalaman menangani berbagai kasus, termasuk bagaimana orangtua mendampingi anak agar terhindar dari jerat kejahatan seksual.

Seminar ini terbuka untuk umum, baik orangtua yang putra/i-nya bersekolah di Athalia maupun di sekolah lain. Bagi Bapak/Ibu yang ingin mengundang kenalannya menghadiri seminar ini, undangan berupa flyer dapat diambil di kantor PRO. Bagi Bapak/Ibu yang akan memasukkan putra/i ke Athalia (saudara kandung  maupun siswa luar), setelah seminar akan ada penjelasan PSB dan penjualan formulir.

Seminar ini tidak dipungut biaya, namun Bapak/Ibu perlu mendaftar sebagai peserta. Pendaftaran di kantor PRO Ged  SD, telp 538 38 66 atau 08777 1414 812 atau kantor PRO Ged SMP: 537 789 1 atau 0812 8387 8305. Pendaftaran ditutup 1 November 2012.

 

Parent Relation Office  dan Panitia PSB Sekolah Athalia

 

PRO@sekolahathalia.sch.id  –  www.sekolahathalia.sch.id

 

Flyer PSB - web

Anak-anak di Mata Tuhan

Tuhan sangat menyayangi anak-anak. Dia menyambut mereka dengan penuh kasih dan senyuman. Membiarkan mereka duduk di pangkuan-Nya dan menggendong mereka. Terkadang, orang memandang anak kecil hanya sebelah mata karena mereka “hanya anak kecil” yang belum tahu apa-apa dan belum bisa apa-apa. Tapi, apa kata Tuhan tentang anak-anak? “Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 18:10). Tuhan juga menginginkan bahwa setiap orang bisa memberikan bimbingan yang benar pada setiap anak-anak yang mereka temui dan tidak berusaha menyesatkan, membohongi atau menipu mereka karena kepolosan dan keluguan mereka. Tuhan tidak menginginkan anak-anak tersebut hilang (tersesat). “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (Markus 9:42). “Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.” (Matius 18:14)

Pesan dan Janji Tuhan untuk Anak-Anak
Tuhan juga memberikan pesan dan janji yang indah untuk mereka. “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu BERBAHAGIA dan PANJANG UMURMU di bumi. (Efesus 6:1-3). (Ind).

Selamat Hari Anak Sedunia! 1 Juni

Bagaimana Membicarakan Seks pada Anak-anak?

“Mama, aku lahir dari perut Mama ya? Gimana sih Ma kok aku bisa ada di perut Mama?”

“Mamaaaa….burungku kenapa begini?”

“Kok cici pipisnya begitu? Kok aku beda, Ma?”

“Pa, bersetubuh itu apa sih? Aku baca di Alkitab ditulis Adam dan Hawa bersetubuh”

Pernah mendapat pertanyaan seperti itu dari anak-anak yang masih di bangku SD bahkan TK? Lalu bagaimana kita sebagai orangtuanya bereaksi?

“Haduuuuuh stresssss saya… saya suruh aja tanya ke papanya. Nggak tau tuh papanya jawab apa,” kata seorang Ibu.

“Saya bilang, nanti juga kalau kamu sudah besar kamu tahu,” kata orangtua yang lain.

“Makanya jangan pegang-pegang burungnya!! Kan Mama udah pernah bilang! Nanti kayak Cici tuh burungnya hilang.” Demikian jawaban Ibu yang lain kepada anaknya.

Jawaban-jawaban yang memang bisa membuat anak berhenti bertanya. Masalah sepertinya selesai. Tapi apakah memang demikian?

Ketika anak-anak tidak mendapatkan penjelasan dari orangtua, maka mereka akan mulai mencari jawaban dari tempat lain. Bila itu terus berlangsung, tidakkah anak akan belajar bahwa orangtua bukanlah tempat yang tepat untuk mencari solusi atas masalah dan kebingungan mereka? Lalu siapa orang yang akan dipilih anak? Apa kira-kira yang akan terjadi bila jawaban ditemukan pada orang yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan kita?

Sabtu 30 April 2011 Sekolah Athalia mengadakan seminar pendidikan seks untuk orangtua yang putra-putrinya berusia sekitar 2-10 tahun. Seminar ini bertema “Bagaimana Berbicara tentang Seks pada Anak.” (Sebelumnya, tanggal 2 April 2011 sex education disampaikan pada orangtua siswa yang duduk di kelas SD 5 – SMA X, dengan tema “Bahaya Seks Bebas di Kalangan Remaja” ).

Hal pertama yang ditekankan adalah arti dari pendidikan seks. Banyak pihak anti terhadap pendidikan seks pada anak-anak usia dini karena menduga pendidikan seks adalah ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana berhubungan seks. Pihak ini menganggap sex education akan membuat anak-anak yang masih ‘polos’ ini dewasa sebelum waktunya.

Sex adalah jenis kelamin. Alkitab mengajarkan pada kita bahwa jenis kelamin hanya ada 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi pendidikan seks adalah pendidikan yang mengajarkan tentang jenis kelamin seseorang, yang menyangkut aspek biologis dan fisik. Seorang anak perempuan perlu tahu bahwa dia adalah perempuan, dan apa yang membedakan dia dengan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Sebagai perempuan, alat kelamin dan fisiknya akan berkembang, dia akan mengalami menstruasi, dia akan bisa hamil, dia akan bisa melahirkan, dia akan bisa menyusui, dst. Anak laki-laki akan mengalami apa yang biasa disebut mimpi basah, alat kelaminnya akan mampu ereksi, dst. Namun semua ini perlu disampaikan secara bertahap sesuai usia anak.

Sejak usia dini anak harus tahu bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang paling pribadi, harus ditutup, diberi penghargaan khusus, dan dijaga dengan baik. Sesuai dengan perkembangan usia, orangtua perlu terus memperbaharui pendidikan seks bagi anak-anak. Anak laki-laki dengan ayah dan anak perempuan dengan ibunya.

Membicarakan seks dengan anak memang tak semudah bicara tentang rencana liburan. Mungkin itu topik paling akhir yang terlintas di kepala orangtua saat berbincang dengan anak, sampai…….muncul pertanyaan dan kita tidak siap menjawab! Sangat penting bagi orangtua mempersiapkan diri dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara tentang seks pada anak, sesuai usia mereka.

Berikut beberapa tips bagi orangtua:

1.       Gunakan nama ilmiah/istilah kedokteran untuk menyebut tiap bagian tubuh, termasuk alat kelamin. Sebut penis (dan bukannya burung) untuk alat kelamin laki-laki dan vagina untuk alat kelamin perempuan. Ucapkan dengan nada yang wajar, sama seperti ketika kita menyebut kata kuping atau mata. Namun segera lanjutkan dengan mengingatkan anak bahwa alat kelamin adalah bagian pribadi yang tidak kita bicarakan dengan orang lain selain orangtua, atau orang lain yang bisa dipercaya dalam konteks tertentu, bila dibutuhkan (Misalnya dokter bila ada penyakit yang menyangkut alat kelamin).

2.        Beri jawaban jujur. Anak menilai orangtua secara keseluruhan. Ketika anak ingin tahu bagaimana dia bisa terbentuk dalam perut mamanya, jangan mengarang jawaban bohong. Suatu saat anak akan tahu kebohongan tersebut  dan saat itu dia bisa kehilangan kepercayaan pada orangtuanya. Gunakan kreativitas untuk memberi jawaban jujur yang sesuai dengan perkembangan anak. Anak usia tertentu sudah puas dengan jawaban: Kamu diciptakan Tuhan di perut mama, lalu mama melahirkan kamu setelah kamu 9 bulan di perut.  Anak yang lebih besar dapat diberi jawaban lebih jelas bila dia bertanya cukup detil. Yang penting adalah berbicara dengan nada wajar, pelan, dan bertahap. Dan gunakan istilah ilmiah. Jangan langsung memberi jawaban panjang lebar. Jawab sesuai pertanyaan anak dan berhentilah ketika anak berhenti  bertanya.

3.       Miliki persepsi yang benar saat anak bertanya. Jangan merasa anak sedang membongkar aib atau mempermalukan orangtua ketika dia bertanya tentang seks. Jangan menganggap seks sebagai hal tabu. Sangat wajar bila anak bertanya mengenai seks dan kita harus bersyukur bila dia menanyakannya pada kita, orangtuanya, dan bukan mencari dari sumber lain.

4.       Cari informasi sebanyak-banyaknya. Tentu kita perlu memilih dan memilah informasi yang tepat, yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Jangan menunggu hingga anak bertanya. Persiapkan diri sebelumnya.

5.       Gunakan gambar, film, dan alat peraga lainnya. Namun, jangan gunakan tubuh kita sebagai alat peraga, karena akan bertentangan dengan apa yang kita ajarkan pada anak , yaitu bahwa alat kelamin adalah bagian paling pribadi yang tentunya tidak boleh menjadi alat peraga. Beberapa orangtua memilih untuk mandi bersama anaknya agar anak melihat sendiri bagaimana tubuhnya setelah dewasa nanti.  Ini hal yang tidak dianjurkan.

Seminar yang dihadiri lebih dari 200 orangtua itu diakhiri dengan tanya jawab mengenai masalah-masalah yang ditemui orangtua saat menghadapi pertanyaan anak tentang seks. Ada lebih dari 30 pertanyaan yang diajukan walau tak semua bisa dijawab dengan tuntas. Orangtua yang masih memiliki pertanyaan dapat mengajukan ke PRO@sekolahathalia.sch.id. Pertanyaan yang relevan akan dijawab dan bila membawa perlu akan dimuat dalam kolom parenting di ALC News.

Seminar ini adalah bagian dari rangkaian pendidikan seks yang rutin diberikan bagi orangtua dan siswa Sekolah Athalia. Kiranya kita semua makin memahami pentingnya mendidik puta-putri kita dengan benar, sejak awal.

Buku untuk Pendidikan Seks

Pada tanggal 2 April dan 30 April 2011 telah diadakan sex education untuk orang tua siswa Sekolah Athalia.
Buku-buku yang disarankan untuk pendidikan seks pada anak, antara lain:

– The Story of Me (Kisah tentang Diriku), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

– Before I Was Born (Sebelum Aku Dilahirkan), penulis Carolyn Nystrom, penerbit Momentum.

– What’s the Big Deal, Why God Cares About Sex (Apa Masalahnya? Mengapa Allah Peduli mengenai Seks), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

– Facing the Facts, The Truth About Sex and You (Menghadapi Fakta: Kebenaran mengenai Seks dan Dirimu), penulis Stanton L & Brenna B. Jones, penerbit Momentum.

The Story of MeBefore I Was BornWhat's the Big DealFacing the Facts, The Truth About Sex and You

Hari kartini; Makna Emansipasi dan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Raden Ajeng Kartini adalah tokoh nasional yang dikenal sebagai seorang pejuang emansipasi. Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan emansipasi? Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, emansipasi adalah persamaan hak; dan makna emansipasi wanita berarti proses pembebasan diri para wanita dari kedudukan sosial yang rendah serta pengekangan hukum.
Lantas apa yang menyebabkan R.A. Kartini memperjuangkan hal tersebut? Budaya patriarki yang berakar di tanah Jawa pada masa itulah, yang menempatkan wanita hanya sebagai subordinat atau warga negara/masyarakat kelas dua yang kedudukannya lebih rendah dari kaum laki-laki, yang membuat Kartini ingin memperjuangkan hak-hak perempuan. Hak-hak seorang wanita pada masa itu sangatlah terbatas jika dibandingkan kaum pria, baik secara hukum, politik, sosial, ekonomi, dan hak mengeluarkan pendapat. Tidak hanya terbatas hak-haknya tetapi lebih tepatnya terbelenggu. Di tanah Jawa pada waktu itu, perempuan tidak diijinkan untuk mendapatkan pendidikan, kalaupun ada anak perempuan yang diberikan kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan, itu hanya dari kalangan bangsawan saja. Perempuan tidak berhak menentukan sendiri hidupnya. Tidak boleh keluar rumah hingga ada seorang lelaki menjemputnya untuk menjadi suaminya. Jika ayah sudah memutuskan bahwa laki-laki tersebut yang akan menjadi suaminya, maka itulah yang harus diterima dan dijalani, tanpa hak untuk menyatakan suka atau tidak suka dengan laki-laki tersebut. Setelah ia menikah, perempuan sepenuhnya harus tunduk dan patuh pada kuasa suaminya, dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan laki-laki dan menjadi hak properti laki-laki. Wanita tidak dapat sepenuhnya menjadi dirinya sendiri dan tidak mempunyai kebebasan atas dirinya sendiri. Wanita tidak dapat bebas menentukan kehendak dan kemauannya sendiri. Posisi perempuan dalam masyarakat hanya ditempatkan pada ranah domestik saja seperti memasak, melahirkan, merawat anak, dan merawat rumah. Perempuan tidak diinjinkan berkarya di luar rumah atau di ranah publik, tidak memiliki kesempatan untuk bisa mendapatkan penghasilan, memiliki kegiatan sosial kemasyarakatan, berkecimpung dalam bidang politik, dan sebagainya.

Emansipasi Berdasarkan Iman Kristiani
Berkaitan dengan peringatan hari Kartini pada tanggal 21 April, kita mencoba untuk menilik kembali dan memahami posisi, peran, dan kedudukan yang sesuai dengan yang telah Tuhan rancangkan untuk setiap wanita dan juga pria. Pada awal penciptaan Tuhan telah merancangkan bahwa laki-laki berperan sebagai pemimpin dan kepala keluarga (1 Korintus 11:3 Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah; Efesus 5:23a … suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat.), yang melindungi, dan mengasihi/ menyayangi istri dan keluarganya seperti Kristus menyayangi umatnya. Suami juga harus rela berkorban dan tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri. Seperti Kristus datang ke dunia untuk berkorban bagi manusia, tidak untuk kepentinganNya sendiri  (Efesus 5:23 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya… Kolose 3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia; Efesus 5:28 Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri; Efesus 5:33a Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri…). Suami juga harus menghormati istri (1 Petrus 3:7 Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.) Sedangkan wanita diciptakan sebagai penolong. Tapi dalam hal ini bukan berarti kedudukan wanita lebih rendah dari pria, tetapi posisinya adalah sama dan sepadan. (Kejadian 2:18. TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”). Sehingga hak-hak wanita pun sama dan sepadan dengan kaum pria, baik secara sosial, ekonomi, hukum, kesempatan mendapatkan pendidikan, pekerjaan, mengekspesikan dan mengaktualisasikan diri, dan sebagainya. Sedangkan peran wanita sebagai penolong di sini berarti selalu memberikan dukungan, bantuan, dorongan, memberi semangat dan motivasi, dan yang juga sekaligus harus taat pada suaminya dalam segala hal. Lantas, ketaatan yang seperti apakah yang perlu dimiliki oleh seorang istri? yaitu ketaatan yang berdasarkan takut akan Tuhan (Kolose 3:18. Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan; Efesus 5:22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan; Efesus 5:24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.)
Artinya, istri harus taat dalam segala sesuatu selama itu sesuai dengan Firman Tuhan. Selain itu, Istri juga harus baik dan menghormati suaminya (Efesus 5:33b … dan isteri hendaklah menghormati suaminya; Amsal 31:12 Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.)

Mengenai kesetaraan untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperjuangkan Kartini, Allah juga berfirman mengenai perempuan dalam kitab Amsal 31:26-27 “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya”.
Untuk menjadi seorang yang berhikmat, tentu pendidikan sangatlah penting. Dalam hal ini Tuhan menghendaki bahwa setiap wanita harus memiliki pendidikan untuk memperoleh hikmat agar ia dapat mengajar dan mendidik anak-anaknya.

Pendidikan Emansipasi pada Anak dalam Keluarga
Namun untuk membentuk seorang anak laki-laki agar kelak setelah mereka dewasa dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pria dewasa yang sesuai dengan rancangan Allah dipengaruhi oleh pendidikan yang diterimanya dalam keluarga, sekolah, dan lingkungannya. Demikian juga agar seorang anak perempuan jika kelak menjadi wanita dewasa memiliki peran dan karakter seperti yang telah Tuhan rencanakan dan rancangkan untuknya, tidaknya semudah membalikkan telapak tangan, karena hal itu juga berkaitan dengan pendidikan anak dalam keluarga dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Dengan demikian, sedari awal kita perlu mendidik anak-anak kita agar ia mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya sesuai dengan rencana dan rancangan Allah untuk masing-masing pria dan wanita. Anak laki-laki perlu didikan yang akan mempersiapkan mereka untuk dapat menjadi pemimpin dalam rumah tangganya. Pemimpin yang rela berkorban dan mengasihi istri dan anggota keluarganya seperti kasih Kristus terhadap jemaat. Demikian juga dengan anak perempuan perlu didikan agar mereka juga dapat memahami peran, hak, dan kewajibannya sebagai perempuan seperti yang telah direncanakan dan dirancangkan oleh Allah, yaitu sebagai penolong pria dan taat pada pria yang kelak menjadi suaminya, senantiasa mendukung namun tidak mengambil alih dominasi dan bertingkah “menguasai”. Namun dengan perkembangan jaman, peran ini seringkali bergeser di mana anak perempuan makin tidak mengetahui peran dan posisinya, demikian juga dengan anak laki-laki. Dari sinilah biasanya kegagalan dalam banyak rumah tangga berakar, yaitu karena kurangnya pemahaman akan rancangan Tuhan mengenai peran masing-masing pria dan wanita. Kekurangpahaman ini juga bisa dikarenakan pendidikan dalam keluarga yang juga kurang mempersiapkan tiap anak laki-laki dan perempuan untuk dapat berperan seperti yang sudah Tuhan rancangkan.
Baik di rumah maupun di sekolah, sebaiknya anak laki-laki diajarkan mengenai tanggung jawab, dipersiapkan menjadi pemimpin yang nantinya dapat memimpin dan membimbing keluarganya. Tetapi bukan pemimpin yang otoriter dan semena-mena tetapi penuh kasih dan rela berkorban. Pekerjaan yang bersifat domestik seperi membersihkan dan merawat rumah, memasak, mencuci, merawat anak, mendidik anak, juga merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita. Demikian juga dengan anak perempuan yang sebaiknya juga dididik untuk memiliki hati yang bersedia sebagai penolong dan pendukung yang taat pada suami. Namun demikian, perlu ditanamkan juga bahwa posisi mereka adalah setara atau sepadan, bahwa pria sama hak dan kedudukannya dengan wanita. Tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Mereka harus saling menghormati dan menghargai. Saling mengasihi. (Ind).

Peringatan hari Kartini

CPR (Coordinating Parent Relation)

CPR atau Coordinating Parent Relation merupakan wadah komunikasi  antara Sekolah dan orangtua siswa, meliputi:

  1. Membantu menjelaskan prinsip-prinsip umum Sekolah Athalia.
  2. Menampung dan menyalurkan pertanyaan, kritik, saran, peneguhan dari orangtua ke pihak sekolah.

Berikut data masing-masing koordinator CPR untuk masing-masing level:

Batita dan Pra TK

Meilina Yanti (orang tua Zoey)

Natalia (orang tua Rollyn)

 

TK A

Clara (orang tua Anna)

Lenny Tanudirjo (orang tua Joel)

 

TK B

Ardhanari (orang tua Vidya)

Grace Noviani (orang tua Joel Esmod)

 

SD 1

Lisna (orang tua Jason Vincent)

Merry David (orang tua Darlene Rose Werlin)

 

SD 2

Christine (orang tua Nathanael Audric)

Lowrenz (orang tua Efan)

 

SD 3

Ester Willyantho (orang tua Yaella)

Anna Cieputri (orang tua Edward)

SD 4

Yanny Kusumawati (orang tua Milka)

Juvian Thioe/Yen Yen (orang tua Hannah)

SD 5

Syenny (orang tua Josh Emmanuele)

Laura (orang tua Kenneth)

SD 6

Erni (orang tua Jason)

Wenly (orang tua Obed)

 

SMP Kelas 7

Ina Santi (orang tua Joseph Adriel)

Daisy (orang tua Rachel)

SMP Kelas 8

Anna Yanuar (orang tua Christopher Kendrew N.)

Vallen (orang tua Dennis)

 

SMP Kelas 9

Kartika Palupi (orang tua Ayu Baby)

Chandra Gunawan (orang tua Vanessa Patricia G.)

 

SMA Kelas 10

Martina/Dede (orang tua Kenishamelia)

Anne Mandagi (orang tua Yoshua Sinulingga)

SMA Kelas 11

Aguswani (orang tua Joel Sebastian Hendry)

Elizabeth Yoe (orang tua Oswin)

SMA Kelas 12

Linda Iswan (orang tua Amadeo Christopher)

 

Hari Buruh Dunia

Biasanya Hari Buruh dirayakan pada tanggal 1 Mei, yang dikenal dengan sebutan May Day. Pada hari Buruh ini, dijadikan hari libur di beberapa Negara, yang dirayakan pada setiap tahunnya, yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.

Sejarahnya…
May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan kerja pertama di kelas pekerja Amerika Serikat yang terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, yaitu Peter Mc Guire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. Lalu Mc Guire dengan melanjutkan berbicara kepada para pekerja dan para pengangguran. Mc Guire berbicara tentang, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. Mc Guire menjadi terkenal dengan sebutan “pengganggu ketenangan masyarakat”.

Pada tahun 1881, Mc Guire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan Mc Guire sebagai Sekretaris Umum dari “United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America”. Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. Mc Guire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan Mc Guire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.

Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

1 Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions. Selain itu, memberikan momen tuntutan 8 jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut 8 jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Begitulah, sejarah dari Hari Buruh yang biasanya kita peringati pada tanggal 1 Mei setiap tahunnya..

Setelah membaca artikel ini, semoga menjadi pengetahuan bagi yang membaca…

Jalan Sehat

Wah.. telat nih bangunnya. Sudah jam 05.20, padahal mulainya jam 06.00.
Nah sudah beres semuanya… Berangkat deh ke sekolah.

Sampai di sekolah, kita registrasi ulang dulu… Wah, gara – gara kesiangan kita dapet no. 47 ( urutan 2 dari belakang ).

Kemudian kita disuruh menunggu sampai nomor kita dipanggil. Nunggunya itu lama. Soalnya keluarga – keluarga ( yang di depan kita ) itu pada mejeng dulu di depan kamera.

Saat nomor kita dipanggil, kita langsung ke gerbang. Terus ada Pak Ganda yang nge video – in kita dari kaki sampai kepala. Wkwkwk..

Oke deh.. Langsung saja berangkat. Kita tuh sudah semangat banget saat pertama kali jalan. Tapi, di tengah – tengah perjalanan udah mulai loyo nih ( karena belum makan.. >.< ). Sempat – sempatnya mami nawarin kita soto.
Hehehe..

Kita jalan terus sampai ke pos 2. Di sana, kita diberi kertas yang isinya pertanyaan tentang: – Berapa liter air yang kita butuhkan dalam 1 hari
– Fungsi dari jalan pagi
– Arti dari mensano incomperosano
Terus, kita disuruh buat yel – yel tentang kelompok kita.

Ternyata perjalannya masih jauh untuk ke pos 3. Saat sampai di pos 3, kita harus mengembalikan kertas yang sudah diisi jawaban dari pertanyaan tadi.

Lalu kita harus kembali ke Sekolah Athalia lagi ( pos 4 ). Sampai di sana, kita udah 4L ( Letih, Lemah, Lesu, Lunglai ). Wkwkwk…

Eh.. tiba disana langsung ngepraktekin yel – yel kita. Kemudian, kita senam pagi bersama, serta melakukan tari poco – poco yang sudah dimodif oleh guru Athalia.

Waktu pengumuman lomba, kelompok kita menang dalam hal senam.

A Second Chance

Waktu pertama kali masuk gedung SMP, rasanya bangga banget. Dan, aku sempet kayak kampungan gitu saat liat bangunan, fasilitas, dan segala macem yang ada di SMP yang begitu kerennya.
Setelah itu, aku jadi sering pamer ke adikku sehingga dia kadang jadi kesal gara-gara ceritaku tentang SMP Athalia. Dengan bangganya, aku ngangkat kepala dan bilang, ”Di SMP pasti seru banget, dan aku yakin, hari-hariku di SMP akan jauh lebih baik dibanding waktu di SD!”
Sampai akhirnya, hari pertamaku di SMP tiba.
Hari pertamaku di SMP dimulai dengan MOS – kependekan dari Masa Orientasi Siswa. Baru aja permulaan, kami dikerjain sama kakak-kakak kelas kami. Kami disuruh minta tanda tangan kakak-kakak kelas. Nggak hanya itu, bagi para cewek mesti juga diperintahkan untuk menguncir rambut jadi empat kunciran.
Meskipun dikerjain, aku seneng banget. Aku makin jatuh cinta sama SMP Athalia. Rasanya nggak pengen pulang!
Hari-hari MOS selanjutnya tentu nggak kalah serunya dibanding hari pertama. Terutama di hari keempat. Di hari itu, kami bisa kenal temen-temen sekelas lebih deket lagi. Di kelasku, anak-anak barunya cuma tiga orang.Ketiganya cowok. Nama mereka adalah Jordan, Budi dan Ferdi. Selebihnya, aku sudah tahu mereka sejak SD meskipun nggak kenal deket. Intinya, aku merasa temen sekelasku asyik-asyik. Dengan watak yang berbeda-beda, mereka mewarnai kelasku dan menambah semangatku untuk jalani hari-hari di SMP. Lagi-lagi, aku nggak bisa nggak bilang, “Di SMP bakalan sempurna!”
Aku pun menyelesaikan MOS dan mulai dapetin temen-temen baru.
Becca, cewek serba rapi dan bersih tapi gaul. Sarah yang keren dan jago bahasa Inggris, namun rendah hati. Lalu Feli yang cinta mati sama Korea. Feli juga jago kerajinan tangan dan termasuk yang paling muda di kelas. Terakhir, Lila. Cewek yang gayanya serba ling-lung dan cengo.
Bagiku mereka adalah temen terdekatku yang bisa nerima aku apa adanya. Kami kompak banget. Contohnya seperti saat ini, saat kami baru aja bubaran sekolah.
“Cuy, besok sama-sama pake vest yuk! Biar kompak!” usul Feli, kreatif.
“Boleh! Sekalian aja kuncirannya kembaran. Karetnya warna biru, ya” tambahku penuh semangat.
“OKE!” jawab Lila, Becca, dan Sarah, serempak. Kami benar-benar kompak kan?
Tapi, tiba-tiba aja kegembiraan kami lenyap. Bisik-bisik yang berasal dari ujung ruangan yang jadi penyebabnya. Serentak kami mencari sumber bisikan.
Ternyata, Jordan, Budi dan beberapa cowok anggota gank mereka. Mereka ngeliatin kami sambil nunjuk-nunjuk dengan jari. Sangat nggak sopan.
Aku yang cepet naek darah langsung nyerocos, “Kenapa sih mereka?!”
“Sabar dulu, Jes. Bisa aja mereka bukan ngomongin kita” Lila mencoba nenangin aku.
“Sabar gimana?! Menurut lo, emang mreka ngomongin siapa?! Tembok?! Jelas-jelas mreka nunjuk-nunjuk kita!” kataku ketus.
“Udah, ngapain sih cari-cari masalah?”tambah Sarah.
“Mending kita lanjutin latian soal yang tadi” Becca ikut nimbrung.
Emosiku surut. Aku nggak bisa ngebantah nasihat mereka. Tapi, cowok-cowok itu tampaknya serius mencari masalah.
Sewaktu kami berjalan di lorong sekolah, mereka ngeluarin komentar-komentar yang bikin aku panas lagi.
“ Ngapain sih pake acara kembaran segala? Kayak mau ngapain aja..” kata Jordan sinis.
Pengen rasanya aku datengin mereka tapi tanganku langsung dipegang oleh Feli. Dia sepertinya tahu persis isi hatiku.
“Tau tuh, norak deh! Kampungan banget sih!” sambung Mikey, temen mereka.
Aku bener-bener nggak bisa menahan diri lagi. Mereka nggak hanya mengkritik tapi udah mulai mengejek. Kusentak pegangan tangan Feli dan langsung datengin mereka.
“Mau lo apa sih?! Apa urusan lo sama kita?! Kita mau jungkir balik kek, lompat-lompat kek, suka-suka kita!” dampratku.
Eh, mereka malah ngelewatin aku dengan santainya sambil berkata, “Nggak penting.”
Aku makin kesel!!! Bayangin aja, betapa nyolot dan menyebalkannya mereka!
Untung temen-temenku yang menangkap gelagat aku bakalan meledak buru-buru menarikku masuk kelas. Mereka sama denganku. Marah besar. Bedanya, mereka bisa menguasai diri. Aku pun menarik napas. Aku mesti juga bisa menguasai diri.
Tapi, kayaknya aku bener-bener harus belajar penguasaan diri. Sebab, sejak saat itu , Jordan dan gank-nya sering mengejek kami. Hari-hari kami rasanya jadi hancur gara-gara ulah mereka. Kesenanganku di awal-awal sekolah di SMP langsung lenyap. Ternyata dugaanku salah. Di SMP tidak sesempurna bayangan dan harapanku.
Hingga suatu saat, sekolah ngadain program LDC. LDC itu semacam training bagi muri-murid yang pengen jadi NCO. NCO sendiri adalah mereka yang bertugas mengurus kegiatan BB dan bertanggungjawab atas squad-nya. Di LDC nanti kita bukan sekedar di-training aja tapi juga di-test.Jika kita lulus test, kita baru bisa menjadi NCO.
“Girls, gue mesti bisa masuk seleksi LDC, dan harus bisa lulus!” ucapku pada temen-temenku. Ya. Aku berencana ikut LDC!
“Tumben mau ikut acara yang tough, Jes?” Sarah langsung menanggapi.
“Karena gue mau belas dendam! Kalau gue bisa jadi NCO, gue pengen Jordan dan gank-nya liat kalo gue bisa jadi lebih kuat dari mereka!” jawabku penuh amarah.
“Lo memang jenius, Jes!” puji Lila cepat.”Gue dukung lo!!!”
Maka, aku pun mendaftar dan dengan hati deg-degan menunggu hasilnya. Dan, ternyata aku lolos seleksi! Begitu aku membaca pengumuman yang ditempel aku pun berteriak gembira, “Gue lulus!!!”
Temen-temenku langsung mengerumuniku dan memberikan semangat, “Bagus, Jes, sekarang lo bisa bales dendam sama mereka!”
Aku yang bangga karena berhasil diterima ikut LDC langsung ngebayangin diriku menjadi NCO dan membuat cowok-cowok itu kalah. Tetapi, mendadak aja sebuah ayat muncul di benakku, “Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan segala sesuatu, lakukanlah untuk kemuliaan Tuhan.”
Jantungku rasanya berhenti berdetak. Aku sadar, aku salah. Aku salah karena motivasiku ikut LDC adalah balas dendam, bukan memuliakan Tuhan.
Kupandang temen-temenku dengan tatapan kosong. Keliatannya aku bukan cuma salah tapi salah besar. Aku telah membawa temen-temenku menyimpan dendam yang sama. Kugelengkan kepalaku pelan. Pengen rasanya aku menangis kalau aja nggak inget sedang berada di antara murid lainnya yang sibuk membaca pengumuman LDC.
Kutelan ludahku. Kerongkonganku rasanya kering. Lalu, kutarik temen-temenku menjauh dari keramaian. Aku nggak bisa biarin semuanya makin nggak bener. Aku harus ngomong kebenaran. Ngomong kalau tujuanku ikut LDC adalah untuk memuliakan Tuhan. Dan, kami semua harus nyingkirin semua dendam nggak perlu yang bikin hari-hari kami jadi nggak nyaman.
“Girls…” Suaraku terdengar serak. Temen-temenku yang heran gara-gara kutarik mendadak, menatapku penasaran. Mereka menunggu kelanjutan kalimatku.
“… gue udah salah. Percuma gue jadi NCO kalau cuma dendam… Gue mau jadi NCO karena gue mau memuliakan Tuhan…”
Sunyi… Temen-temenku nggak ada yang komentar. Mereka takjub. Kaget. Nggak nyangka…
Tapi, dari sorot mereka yang disertai anggukan pelan, aku ngerti kalau mereka setuju denganku.
Kuhembuskan napasku kuat-kuat. Kali ini seluruh hatiku nyaris meledak oleh sukacita!

***
Hari LDC akhirnya dateng juga. Perasaanku bercampur senang, semangat juga deg-degan. Aku takut nggak lulus. Tapi aku inget kalau yang terpenting bukan lulus atau enggaknya tapi semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, selama LDC, aku memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
Kemudian… hari pengumuman kelulusan LDC pun tiba… Saat dibacain, jantungku memompa dua kali lebih cepat. Aku tegang luar biasa. Namun keteganganku mencair saat namaku disebut!
Sepenggal doa sederhana meluncur tak terbendung saat itu juga di hatiku,
“Tuhan, terima kasih telah memberikanku KESEMPATAN KEDUA. Sebenarnya, aku nggak layak lulus seleksi LDC karena motivasiku yang salah. Tapi Engkau masih memberiku kesempatan, dan mengijinkan aku mengubah motivasiku untuk melakukannya bagi kemuliaanMu!”

– Jacynda 7D –

Biopori (2)

Bayangkan dengan membuat lubang sebesar 10 cm dengan kedalaman 1 m, kita bisa membuat daerah resapan air yang dapat berfungsi untuk mencegah banjir, mencegah tanah longsor, menjadi sumber air untuk hewan.

Aku kira membuat lubang ini sangat mudah, ternyata susah karena harus mengerahkan seluruh tenaga. Sebenarnya membuat lubang ini ada triknya

Caranya pertama-tama, kita kasih air ke tanah yang akan kita lubangi, tatapi jangan terlalu banyak. Lalu kita putar alat bioporinya ke kanan sampai mata bornya penuh dengan tanah dan kita angkat alatnya. Setelah itu, kita bersihkan mata bor dari tanah dengan bambu yang kecil dan tajam. Lakukan prosedur di atas hingga kedalaman lubang mencapai 1 m.

Sebelum lomba kami diberi penjelasan bagaimana caranya membuat biopori. Lalu kami sekeluarga langsung membagi tugas. Aku bertugas untuk mengambil air, dan adikku bertugas memutar alat biopori, mamiku bertugas untuk membersihkan mata bor dari tanah.

Setelah lomba selesai kami lalu makan terlebih dulu, setelah itu kami lalu langsung ke aula B untuk seminar, tetapi khusus anak-anak ada lomba di lapangan. Aku dan keluargaku menang lomba kuisnya. Lalu kami diberi sepasang sarung tangan dan alat untuk bercocok tanam.

Kegiatan ini perlu diadakan kembali karena manfaatnya sangat bagus

(Sharon Regina 8D)