“Mama, aku lahir dari perut Mama ya? Gimana sih Ma kok aku bisa ada di perut Mama?”
“Mamaaaa….burungku kenapa begini?”
“Kok cici pipisnya begitu? Kok aku beda, Ma?”
“Pa, bersetubuh itu apa sih? Aku baca di Alkitab ditulis Adam dan Hawa bersetubuh”
Pernah mendapat pertanyaan seperti itu dari anak-anak yang masih di bangku SD bahkan TK? Lalu bagaimana kita sebagai orangtuanya bereaksi?
“Haduuuuuh stresssss saya… saya suruh aja tanya ke papanya. Nggak tau tuh papanya jawab apa,” kata seorang Ibu.
“Saya bilang, nanti juga kalau kamu sudah besar kamu tahu,” kata orangtua yang lain.
“Makanya jangan pegang-pegang burungnya!! Kan Mama udah pernah bilang! Nanti kayak Cici tuh burungnya hilang.” Demikian jawaban Ibu yang lain kepada anaknya.
Jawaban-jawaban yang memang bisa membuat anak berhenti bertanya. Masalah sepertinya selesai. Tapi apakah memang demikian?
Ketika anak-anak tidak mendapatkan penjelasan dari orangtua, maka mereka akan mulai mencari jawaban dari tempat lain. Bila itu terus berlangsung, tidakkah anak akan belajar bahwa orangtua bukanlah tempat yang tepat untuk mencari solusi atas masalah dan kebingungan mereka? Lalu siapa orang yang akan dipilih anak? Apa kira-kira yang akan terjadi bila jawaban ditemukan pada orang yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dengan kita?
Sabtu 30 April 2011 Sekolah Athalia mengadakan seminar pendidikan seks untuk orangtua yang putra-putrinya berusia sekitar 2-10 tahun. Seminar ini bertema “Bagaimana Berbicara tentang Seks pada Anak.” (Sebelumnya, tanggal 2 April 2011 sex education disampaikan pada orangtua siswa yang duduk di kelas SD 5 – SMA X, dengan tema “Bahaya Seks Bebas di Kalangan Remaja” ).
Hal pertama yang ditekankan adalah arti dari pendidikan seks. Banyak pihak anti terhadap pendidikan seks pada anak-anak usia dini karena menduga pendidikan seks adalah ilmu yang mengajarkan tentang bagaimana berhubungan seks. Pihak ini menganggap sex education akan membuat anak-anak yang masih ‘polos’ ini dewasa sebelum waktunya.
Sex adalah jenis kelamin. Alkitab mengajarkan pada kita bahwa jenis kelamin hanya ada 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi pendidikan seks adalah pendidikan yang mengajarkan tentang jenis kelamin seseorang, yang menyangkut aspek biologis dan fisik. Seorang anak perempuan perlu tahu bahwa dia adalah perempuan, dan apa yang membedakan dia dengan laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Sebagai perempuan, alat kelamin dan fisiknya akan berkembang, dia akan mengalami menstruasi, dia akan bisa hamil, dia akan bisa melahirkan, dia akan bisa menyusui, dst. Anak laki-laki akan mengalami apa yang biasa disebut mimpi basah, alat kelaminnya akan mampu ereksi, dst. Namun semua ini perlu disampaikan secara bertahap sesuai usia anak.
Sejak usia dini anak harus tahu bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang paling pribadi, harus ditutup, diberi penghargaan khusus, dan dijaga dengan baik. Sesuai dengan perkembangan usia, orangtua perlu terus memperbaharui pendidikan seks bagi anak-anak. Anak laki-laki dengan ayah dan anak perempuan dengan ibunya.
Membicarakan seks dengan anak memang tak semudah bicara tentang rencana liburan. Mungkin itu topik paling akhir yang terlintas di kepala orangtua saat berbincang dengan anak, sampai…….muncul pertanyaan dan kita tidak siap menjawab! Sangat penting bagi orangtua mempersiapkan diri dan mencari waktu yang tepat untuk berbicara tentang seks pada anak, sesuai usia mereka.
Berikut beberapa tips bagi orangtua:
1. Gunakan nama ilmiah/istilah kedokteran untuk menyebut tiap bagian tubuh, termasuk alat kelamin. Sebut penis (dan bukannya burung) untuk alat kelamin laki-laki dan vagina untuk alat kelamin perempuan. Ucapkan dengan nada yang wajar, sama seperti ketika kita menyebut kata kuping atau mata. Namun segera lanjutkan dengan mengingatkan anak bahwa alat kelamin adalah bagian pribadi yang tidak kita bicarakan dengan orang lain selain orangtua, atau orang lain yang bisa dipercaya dalam konteks tertentu, bila dibutuhkan (Misalnya dokter bila ada penyakit yang menyangkut alat kelamin).
2. Beri jawaban jujur. Anak menilai orangtua secara keseluruhan. Ketika anak ingin tahu bagaimana dia bisa terbentuk dalam perut mamanya, jangan mengarang jawaban bohong. Suatu saat anak akan tahu kebohongan tersebut dan saat itu dia bisa kehilangan kepercayaan pada orangtuanya. Gunakan kreativitas untuk memberi jawaban jujur yang sesuai dengan perkembangan anak. Anak usia tertentu sudah puas dengan jawaban: Kamu diciptakan Tuhan di perut mama, lalu mama melahirkan kamu setelah kamu 9 bulan di perut. Anak yang lebih besar dapat diberi jawaban lebih jelas bila dia bertanya cukup detil. Yang penting adalah berbicara dengan nada wajar, pelan, dan bertahap. Dan gunakan istilah ilmiah. Jangan langsung memberi jawaban panjang lebar. Jawab sesuai pertanyaan anak dan berhentilah ketika anak berhenti bertanya.
3. Miliki persepsi yang benar saat anak bertanya. Jangan merasa anak sedang membongkar aib atau mempermalukan orangtua ketika dia bertanya tentang seks. Jangan menganggap seks sebagai hal tabu. Sangat wajar bila anak bertanya mengenai seks dan kita harus bersyukur bila dia menanyakannya pada kita, orangtuanya, dan bukan mencari dari sumber lain.
4. Cari informasi sebanyak-banyaknya. Tentu kita perlu memilih dan memilah informasi yang tepat, yang sesuai dengan nilai-nilai yang kita yakini. Jangan menunggu hingga anak bertanya. Persiapkan diri sebelumnya.
5. Gunakan gambar, film, dan alat peraga lainnya. Namun, jangan gunakan tubuh kita sebagai alat peraga, karena akan bertentangan dengan apa yang kita ajarkan pada anak , yaitu bahwa alat kelamin adalah bagian paling pribadi yang tentunya tidak boleh menjadi alat peraga. Beberapa orangtua memilih untuk mandi bersama anaknya agar anak melihat sendiri bagaimana tubuhnya setelah dewasa nanti. Ini hal yang tidak dianjurkan.
Seminar yang dihadiri lebih dari 200 orangtua itu diakhiri dengan tanya jawab mengenai masalah-masalah yang ditemui orangtua saat menghadapi pertanyaan anak tentang seks. Ada lebih dari 30 pertanyaan yang diajukan walau tak semua bisa dijawab dengan tuntas. Orangtua yang masih memiliki pertanyaan dapat mengajukan ke PRO@sekolahathalia.sch.id. Pertanyaan yang relevan akan dijawab dan bila membawa perlu akan dimuat dalam kolom parenting di ALC News.
Seminar ini adalah bagian dari rangkaian pendidikan seks yang rutin diberikan bagi orangtua dan siswa Sekolah Athalia. Kiranya kita semua makin memahami pentingnya mendidik puta-putri kita dengan benar, sejak awal.