Pengalamanku Sebagai Paskibra

Andreas Stefrans Wijaya – Siswa kelas XII MIPA 1

Halo, namaku Andreas. Aku mau berbagi cerita mengenai pengalamanku saat menjadi anggota Paskibra 2024. Sebenarnya aku sudah berencana untuk mengikuti kegiatan ini semenjak satu tahun yang lalu. Namun, saat itu aku ditunjuk sebagai petugas chapel dan latihan chapel bertabrakan dengan hari seleksi, akhirnya aku memilih chapel. Setelah satu tahun berlalu, aku kembali mendaftarkan diri untuk ikut proses seleksi Paskibra. Mengapa aku mendaftar kembali?

Sejak dulu aku memiliki fisik yang lemah. Agar mencapai fisik yang lebih baik, tentu aku harus mulai berolahraga. Namun, aku malas untuk memulainya. Oleh karena itu motivasi utamaku bergabung di Paskibra adalah untuk memaksakan diri berolahraga. Aku melihat kegiatan Paskibra sangat identik dengan latihan fisik. “Salah sedikit push up, kurang disiplin push up, intinya sedikit-sedikit push up”. Aku berpikir, jika aku bergabung di sini, mau tidak mau aku harus ikut latihan fisik. Hasilnya tentu akan berbeda jika aku berolahraga sendirian, kalau sedang malas bisa skip latihan. Setelah melewati seleksi, namaku tidak tertulis di lembaran daftar anggota yang diterima. Namun, seminggu kemudian pelatih Paskibra mengajakku untuk bergabung. Ternyata awalnya aku dipilih sebagai cadangan, tetapi karena ada beberapa siswa yang mengundurkan diri akhirnya aku diterima sebagai anggota inti.

Aku ingat sekali latihan pertama dilakukan di bulan Juli setelah liburan sekolah yang panjang. Awalnya badanku kaget merespons hasil latihan. Otot-otot terasa kaku sampai-sampai penglihatanku menjadi gelap. Tidak hanya aku yang mengalami, beberapa teman pun merasakan hal yang sama. Latihan demi latihan kujalani setiap hari. Terkadang aku merasa lelah, tetapi dengan anugerah Tuhan serta niat untuk mendapatkan fisik yang kuat, aku tetap bertahan. Jujur kukatakan, kekuatan fisikku sekarang jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Ada hal berkesan yang paling aku ingat selama menjalani proses latihan. Saat kami sedang belajar baris-berbaris, Pak Iwan berkata, “Jawablah seakan-akan besok kamu mati, maka kamu akan menjawab secara tulus”. Kalimat ini diucapkan ketika kami dalam posisi istirahat. Ia mengkritik jawaban “Siap!” dari kami yang terdengar kurang tegas. Mungkin teman-teman yang lain hanya menangkap poin “menjawab dengan tulus dan tegas”. Namun, perkataan itu mengingatkanku akan frasa latin “memento mori” yang telah lama kujadikan sebagai deskripsi (about) WhatsApp. Kalimat “seakan besok kamu mati” adalah sesuatu yang spesial karena sebagai manusia kita tidak tahu kapan kita akan mati. Mungkin saja besok atau mungkin satu detik kemudian, tidak ada yang benar-benar tahu. Renungan ini membuat aku menjadi lebih bersyukur akan anugerah dan kesempatan yang Allah berikan untuk bertobat.

Kita diberikan anugerah dan dibebaskan dari dosa, jadi kita harus hidup sesuai dengan kehendak Allah seperti yang tertulis dalam Alkitab. Gunakanlah kesempatan yang diberikan Allah untuk membantu sesama, menolong yang membutuhkan, dan berkontribusi bagi bangsa demi memuliakan nama Tuhan.

In nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti, Amen.

Berlibur Bersama

“happy times come and go, but the memories stays forever

“Aku butuh piknik, butuh refreshing” atau “Aku kurang piknik, kurang jalan-jalan”. Seringkali kalimat itu diucapkan ketika orang mulai merasa lelah dan jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya. Hal lain yang juga dirasakan adalah merasa mudah lelah, mudah tersinggung, menjadi lebih sensitif terhadap orang lain, mulai tidak nyambung jika diajak bicara atau mulai sulit berpikir. Keinginan untuk piknik, refreshing, jalan-jalan adalah hal-hal yang mewakili pandangan kebanyakan orang yang berpendapat bahwa liburan itu dibutuhkan untuk penyeimbang hidup, dan untuk mencari kesegaran kembali. Adakah diantara orang yang tidak menyukai liburan? Mungkin ada, tetapi pada umumnya orang menyukai hal-hal yang mendatangkan hiburan baginya, orang mencari kesenangan, mencari kesegaran. Berlibur adalah salah satu jawabannya.
Apakah liburan bermanfaat? Tentu, selain kenyataan bahwa liburan juga memberi dampak. Salah satu kegiatan untuk mengisi liburan adalah berlibur bersama keluarga. Meluangkan waktu dan dana untuk berlibur bersama keluarga dapat menjadi sebuah sarana untuk menciptakan ikatan/bonding di antara anggota keluarga. Liburan keluarga adalah saat dimana tidak hanya orang tua tetapi juga anak, menyediakan waktu bersama, mengisinya dengan berbagai aktivitas yang disenangi bersama, dan membangun relasi yang telah terabaikan oleh karena berbagai kesibukan sehari-hari. Memori yang berkesan dan menyenangkan dalam relasi sebuah keluarga, adalah modal berharga dalam jiwa seseorang dan juga merupakan modal bagi terbangunnya sebuah kepuasan dalam relasi. Oleh karena itu, mengisi liburan khususnya liburan bersama keluarga perlu direncanakan dengan baik agar menjadi liburan yang bermanfaat, meninggalkan kesan di hati setiap anggota keluarga, dan penuh makna.
Membangun relasi di tengah keluarga, dapat diibaratkan seperti sebuah tanaman yang dalam pertumbuhannya membutuhkan air yang cukup, sinar matahari yang cukup, dan nutrisi yang baik. Demikian pula anggota keluarga, membutuhkan hal-hal baik yang menolongnya untuk dapat bertumbuh: aspek spiritual, karakter, moral, kognitif dan lain sebagainya perlu menjadi perhatian. Dan untuk dapat bertumbuh dengan baik, manusia membutuhkan lingkungan yang kondusif. Kondisi keluarga yang kondusif bagi pertumbuhan itu ternyata tidak terjadi begitu saja melainkan membutuhkan kesengajaan dan perlu dirancang. Memanfaatkan liburan adalah salah satu sarananya. Masa dimana masing-masing anggota keluarga dapat menikmati kehadiran anggota yang lain, masing-masing merasa dicintai dan mencintai atau dapat dikatakan bahwa tangki emosi setiap anggota keluarga terisi penuh, dipenuhi dengan perasaan-perasaan yang positif, dan membuat atmosfer di dalam keluarga menjadi kondusif, tercipta bonding/ ikatan yang dalam.
Untuk tujuan itulah, maka mengisi liburan perlu dibicarakan dan direncanakan. Liburan yang menyenangkan itu bukan tergantung jauhnya tempat liburan, serunya tempat liburan atau fasilitas di tempat liburan namun bagaimana cara kita dalam mengisinya. Destinasi liburan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan kita. Kita dapat memulainya dengan membicarakan rencana liburan bersama-sama seluruh anggota keluarga, melalui obrolan ini selain belajar bermusyawarah juga membuat kita mengenali selera dan kesukaan anggota yang lain, belajar empati karena masing-masing tidak hanya memikirkan kesenangannya sendiri dan lain sebagainya. Usahakanlah untuk merancang kegiatan yang dapat dilakukan bersama, kegiatan yang membutuhkan interaksi diantara anggota keluarga dan dapat dinikmati, misalnya bersepeda bersama, bermain di pantai bersama, memasak bersama, bermain “board game” seperti halma, ludo, monopoli, dan lain-lain, mengunjungi tempat wisata seperti gunung, air terjun, danau, pantai, dan sebagainya.
Bersama berlibur berbeda dengan berlibur bersama. Jika masing-masing hanya melakukan kesenangan masing-masing meskipun di tempat yang sama, hal ini tidak menumbuhkan sebuah ikatan relasi yang didambakan, misal sebuah keluarga liburan pergi ke mall bersama-sama, namun masing-masing melakukan kegiatan favoritnya sendiri seperti ayah duduk di kedai kopi, ibu shopping dan anak-anak bermain di arena bermain. Ini adalah bersama berlibur. Tetapi berlibur bersama, mendatangkan kepuasan yang dirasakan bersama, hasil dari relasi yang terbangun selama liburan, dan relasi itu akan melekat, bukan hanya menjadi sekedar memori namun menjadi sebuah modal bagi jiwa kita untuk bertumbuh. Selamat menikmati liburan. Tuhan menyertai kita.

Live In SMA Athalia 2017

Oleh: Lestari Simanjuntak

 

Live in merupakan program kegiatan tinggal di rumah-rumah penduduk setempat dan beraktifitas bersama para warga dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan Live in merupakan program rutin SMA Athalia yang dilaksanakan setiap tahun. SMA Athalia mengadakan Live in di Desa Batur, Kopeng, Salatiga selama 6 hari 5 malam pada tanggal 15-20 Januari 2017 yang diikuti oleh 86 orang siswa dan 12 guru.

Tujuan dilaksanakan program ini  diharapkan siswa mempelajari, memahami, mengenal, merasakan, merefleksikan  pola kehidupan, dan nilai-nilai budaya masyarakat setempat dengan bimbingan keluarga di mana para siswa akan bertempat tinggal. Selain itu melalui kegiatan ini diharapkan peserta live in dapat merasakan kekeluargaan, belajar memaknai tata cara hidup masyarakat pedesaan, dan mengalami nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat seperti: menghargai perjuangan para orang tua yang telah menyediakan segala fasilitas bagi mereka, mandiri, bertanggung jawab,  hidup sederhana, bekerja keras, peduli dengan lingkungan, bekerja sama, dan sikap hidup jujur.

Selama di lokasi Live in, siswa dan guru bertempat tinggal di rumah beberapa penduduk  desa tersebut. Mereka  melakukan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh keluarga tempat siswa tinggal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa selama Live in antara lain: mengajar di PAUD, bimbingan belajar, edukasi makanan sehat, kerajinan tangan, menanam dan memanen sayuran, beternak, bakti sosial, dan hal-hal lain yang mungkin belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan pengalaman tersebut terbentuk rasa empati siswa untuk menghargai setiap kerja keras dan  berdampak bagi masyarakat  sesuai dengan kemampuan dan talenta yang mereka miliki. Mereka sangat menikmati pengalaman ini dan menjadi pengalaman yang luar biasa buat siswa peserta Live in SMA Athalia.

Bersama orang tua asuh Live in, Foto terakhir sebelum pulang ke Tangerang

Bersama orang tua asuh Live in, Foto terakhir sebelum pulang ke Tangerang

Humble gesture to speak with kid and humble heart to speak with their language

Humble gesture to speak with kid and humble heart to speak with their language

Bermain bersama di sore hari yang berkabut

Bermain bersama di sore hari yang berkabut

Rumput ini untuk sapi peliharaan orangtua asuhku

Rumput ini untuk sapi peliharaan orangtua asuhku

Pendidikan adalah tanggung jawab setiap orang yang terdidik. Berbagi ilmu dengan anak-anak PAUD Purwomukti

Pendidikan adalah tanggung jawab setiap orang yang terdidik. Berbagi ilmu dengan anak-anak PAUD Purwomukti

Hasil pelatihan prakarya, membuat keset dan alas teko

Hasil pelatihan prakarya, membuat keset dan alas teko

Bersama ibu-ibu desa ngringin dalam kegiatan memasak bersama; menu makanan sehat

Bersama ibu-ibu desa ngringin dalam kegiatan memasak bersama; menu makanan sehat

FIELD TRIP

SD KELAS 1

Hari Selasa, tanggal 31 Januari 2017, siswa kelas 1 SD berangkat dari sekolah pk. 07.30 mengikuti kegiatan fieldtrip ke D’Kandang Sawangan Bogor. Sampai di tempat field trip yang dituju, siswa disambut oleh pihak D’Kandang lalu dimulai kegiatan dengan foto bersama.

Setelah itu siswa menikmati welcoming drink berupa susu segar dan pudding. Selanjutnya siswa mengikuti kegiatan membuat boneka chaki, topi koki, membuat nugget, mendengarkan penjelasan chickenologi serta berinteraksi langsung dengan hewan di minifarm.

Dalam kegiatan tersebut, siswa dibagi dalam  empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari satu kelas. Siswa sangat antusias dan menikmati setiap kegiatan di D’Kandang.

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

field_trip_dkandang

 

SD KELAS 5

Di hari yang sama, Selasa, tanggal 31 Januari 2017, siswa SD kelas 5 juga mengikuti kegiatan fieldtrip. Tujuan fieldtrip SD kelas 5 ke Museum Bank Indonesia dan Museum Nasional di Jakarta. Siswa siap di sekolah pagi hari dan pada pk. 08.00 menuju tempat fieldtrip dengan mengendarai bis.

Banyak hal yang dilihat dan dipelajari siswa kelas 5 dalam fieldtrip ini. Di Museum Bank Indonesia, siswa belajar berbagai jenis mata uang asing dari Negara-negara lain dan di Museum Nasional, siswa melihat berbagai prasasti dari kerajaan-kerajaan di Indonesia. Semua siswa senang mengikuti kegiatan fieldtrip kali ini.

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

field_trip_museum

 

SD KELAS 4

Hari Jumat, tanggal 3 Februari 2017, siswa SD kelas 4 mengikuti Field Trip ke Cimory. Bis yang menghantar siswa kelas 4 yang berjumlah 94 orang beserta guru-guru Wali kelas, berangkat tepat jam 07.00 pagi menuju ke Cimori Riverside, Mega Mendung, Puncak.

Sampai di tempat tujuan, seluruh siswa mengikuti kegiatan Melihat film tentang sapi; Mendengarkan penjelasan tentang cara pengolahan susu, coklat dan produk selain susu; Belajar memerah susu sapi secara langsung dari sapi. Setelah mengikuti beberapa kegiatan tersebut, siswa makan siang bersama. Selanjutnya mereka diajarkan cara membuat milkshake, dengan bahan-bahan ice cream dan susu buatan Cimori.

Sebelum pulang, seluruh siswa mendapat goodybag, berisi 1 yogurt dan 2 susu soya yang juga dibuat oleh Cimori. Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan di Cimori. Semua sangat senang bisa bersentuhan langsung dengan hewan sapi.

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

field_trip_cimory

(SS)

Metamorfosis Camp

Oleh: Rotua Apriliani Simanjuntak

Metamorfosis Camp adalah camp yang diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa dari jenjang SD dengan karakter responsible memasuki jenjang SMP dengan karakter Caring and Sharing, khususnya karakter belas kasih di kelas VII.

Camp ini diadakan selama dua hari satu malam. Dimulai dari hari Jumat pagi, 3 Februari 2017 sampai Sabtu siang, 4 Februari 2017. Dihadiri oleh guru wali kelas VII dan partner, beserta tim Pengembangan Karakter. Adapun kegiatan yang diadakan adalah membuat tas, pembekalan metamorfosis, talent show, games, memasak, bersih-bersih dan refleksi diri. Dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan tersebut, para siswa dilatih untuk berbagi, bekerja sama, disiplin, taat, mendengarkan, sabar, berani, serta mampu menampilkan talenta yang mereka miliki.

Selama camp diadakan banyak pengalaman baru yang siswa-siswi dapatkan, hingga akhirnya mereka berkomitmen untuk menjadi lebih baik lagi.

 

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

metamorfosis_camp

Adventure Camp 2017

adventure_camp_2017

Pengalaman Selama Adventure Camp

Oleh: Kezia Nayla Kinara, kelas VII-J

Tanggal 20 Januari – 22 Januari 2017, kami mengadakan Adventure Camp. Beberapa hari sebelumnya, kami mengikuti briefing. Tanggal 20 Januari, kami mengadakan renungan terlebih dahulu di sekolah. Setelah renungan, kami briefing yel-yel untuk camp. Setelah itu kami berdoa dan bersiap-siap untuk berangkat. Lalu kami berangkat ke Mandalawangi, Cibodas. Di bus kami menikmati perjalanan.

Hari pertama kami di sana, kami diberi waktu bebas selagi menunggu panitia bersiap-siap. Setelah beberapa jam kami di sana, cabang-cabang yang lain pun mulai berdatangan. Sebelum waktu bebas, kami harus naik dan turun bukit untuk membawa barang-barang baik dari cabang mapun barang pribadi. Hal itu sangat melelahkan namun seru. Walau malam di sana hujan dan sangat dingin tapi sangat seru. Kami harus berbecek-becekan juga.

Kegiatan hari ke-dua adalah river tracking. Awalnya saya ragu karena takut kaki saya sakit atau terluka. Tapi ternyata tidak terlalu sakit walau banyak batu yang lumayan tajam. Airnya juga ternyata tidak terlalu dingin. River tracking-nya seru walaupun agak sulit untuk mencari jalannya. Setelah river tracking, kami pun mandi, lantas mengikuti rangkaian kegiatan selanjutnya yaitu talent show. Saat talent show, cuaca hujan sehingga agak becek untuk duduk di atas rumput dan juga sangat dingin.

Tanggal 22 Januari adalah hari terakhir kami mengikuti Adventure Camp. Pagi hari di sana sangat dingin karena habis hujan. Kami mengenakan baju full uniform lalu menjalankan Closing Ceremony Camp 2017. Setelah itu kami bersiap-siap dan packing untuk pulang. Lalu kami membongkar tenda-tenda. Kami baru pulang dari tempat camp setelah cabang-cabang yang lain pulang. Kami kembali mengangkat barang-barang cabang dan pribadi. Lalu kami pulang naik bus dan terkena one way, namun di bus tidak membosankan karena sangat ramai saat itu.

Pengalaman Selama Adventure Camp

Oleh: Gabrina Nathania

Saat di Adventure Camp, saya pikir saat sampai di tempatnya langsung upacara pembukaan, tapi ternyata tidak. Saya dan teman-teman menunggu hampir 3-4 jam untuk cabang-cabang lain datang. Setelah semua cabang berkumpul, kami semua pun melaksanakan upacara pembukaan. Itulah saat yang memang paling ditunggu sehingga Adventure Camp yang sebenarnya segera dimulai.

Setiap cabang mulai dari cabang 1-14 mendirikan tendanya. Sehabis kami mendirikan tenda, kami dibagi menjadi beberapa kampung sehingga kami tidur per kampung. Menurut saya hari pertama kurang menyenangkan sebab tidak ada kegiatan apa-apa karena hujan.

Hari ke-2 pun dimulai. Saya sangat bersemangat, setelah fall in dan renungan kami disuruh berganti baju dan bersiap untuk river tracking. Menurut saya river tracking adalah hal yang sangat menyenangkan dan pengalaman baru bagi saya.

Di Adventure Camp ini saya mendapat banyak teman dari sekolah lain dan juga membuat kemampuan sosial saya bertambah. Itu adalah yang saya dapat saat Adventure Camp tahun 2017 ini.


adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia
adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia
adventure_camp_2017_sekolah_athalia
adventure_camp_2017_sekolah_athalia

adventure_camp_2017_sekolah_athalia

Mengekspresikan Rasa Syukur dan Cinta terhadap Tanah Air melalui Karya Seni Lukis

Seni merupakan ungkapan ekspresi kreativitas kita sebagai manusia yang merupakan gambar dan rupa ALLAH Pencipta yang Maha Kreatif. Oleh sebab itu, salah satu bentuk ketaatan Sekolah Athalia terhadap panggilan-Nya dalam menjalankan mandat budaya adalah dengan mengembangkan daya seni yang Tuhan telah tanamkan dalam diri siswa/i.Dengan bimbingan Ibu Defvi dan Ibu Flo, selaku Guru Seni, siswa/i kelas VIII Athalia secara berkelompok menuangkan ekspresi syukur dan cinta  atas Tanah Air Indonesia yang telah Tuhan berikan dalam sapuan cat Acrylic di atas media kayu papan. Berikut adalah hasil karya seni lukis mereka:

 

Langit Biru

Langit Biru adalah film musikal hasil produksi Blue Caterpilar Films (BCF). Film ini bercerita tentang tiga orang sahabat yang duduk di bangku SMP, bernama Biru, Amanda, dan Tomtim.

Biru adalah anak perempuan yang tinggal dengan ayahnya sedangkan ibunya sudah meninggal. Ayahnya bekerja sebagai pilot. Kesibukan ayahnya sebagai seorang pilot membuat Biru harus menjalani masa remajanya dengan hanya sedikit perhatian dari orang tua. Biru adalah anak yang mandiri, namun memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Hal ini membuatnya sering kali terlibat perkelahian dengan Bruno, anak laki-laki di kelasnya yang suka iseng dan mem-bully teman-teman yang lebih lemah.

Amanda adalah anak perempuan yang lemah lembut dan penolong. Ia memiliki seorang adik bernama Brandon yang jago nge-dance­. Rumah Amanda adalah tempat dia dan dua sahabatnya menghabiskan waktu bersama, terlebih karena Ibu Amanda sangat jago membuat kue.

Tomtim adalah satu-satunya anak lelaki di antara mereka. Namun, meskipun dia adalah anak laki-laki, ia memiliki sifat penakut, bahkan lebih penakut dibandingkan dengan Biru dan Amanda. Karena sifatnya yang penakut inilah ia seringkali menjadi sasaran keisengan Bruno. Ia kerap di-bully oleh Bruno tanpa dapat menghindar atau mempertahankan diri, akhirnya Biru dan Amanda mengambil peran sebagai pelindungnya.

Bruno sendiri adalah anak yang suka mem-bully­ dan melawan guru di sekolah. Ia awalnya berasal dari keluarga yang sangat kaya, namun kematian ayahnya membuat ia harus membantu ibunya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Bruno adalah salah seorang mentor di tempat Brandon adik Amanda berlatih dance.

Berbagai tindakan bully yang dilakukan Bruno kepada Tomtim membuat Biru dan Amanda menjadi sangat marah. Namun mereka melihat ada hal yang aneh pada diri Bruno. Sifat Bruno yang suka iseng dan mem-bully teman-teman di sekolah sangat berbeda dengan sifatnya di tempat latihan dance. Di tempat latihan dance, Bruno dikenal sebagai orang yang sangat menyenangkan, baik hati dan sabar. Hal ini membuat mereka bertanya-tanya.

Pada suatu hari, Ibu Guru memberikan mereka sebuah tugas untuk membuat presentasi dalam bentuk video dan siswa bebas memilih tema. Biru, Amanda dan Tomtim menjadi teman satu kelompok. Biru mengusulkan agar mereka membuat sebuah video yang mengungkapkan mengenai perbuatan-perbuatan jahil dan tindakan bully yang dilakukan oleh Bruno. Kelompok sepakat dan mulailah mereka melakukan pengintaian terhadap Bruno dan merekam seluruh gerak-geriknya, baik di sekolah maupun di tempat latihan dance.

Pada saat mereka melakukan pengintaian ke rumah Bruno, mereka mengetahui dari satpam yang sedang jaga bahwa rumah itu sudah dijual dan kini keluarga Bruno sudah pindah ke tempat lain. Suatu hari Biru melihat Bruno sedang mengantarkan pesanan ke sebuah toko yang ada di mall. Pada saat Bruno hendak pulang, Biru mengikuti Bruno dan melihatnya berhenti dan masuk ke sebuah rumah yang sederhana. Rumah yang sangat jauh berbeda dengan rumahnya yang sebelumnya.

Biru, Amanda dan Tomtim memutuskan untuk mendatangi rumah Bruno pada saat Bruno tidak ada di rumah. Mereka disambut dengan hangat oleh Ibu Bruno. Pada saat mereka masuk, mereka diperkenalkan dengan adik perempuan Bruno yang ternyata menderita Down Syndrom. Selama ngobrol dengan ibu Bruno, Biru berusaha merekam beberapa perkataan Ibu Bruno dan adiknya. Bruno marah besar pada saat ia tahu bahwa Biru, Amanda dan Tomtim datang ke rumahnya. Hal ini karena selama ini Bruno selalu berusaha untuk merahasiakan keadaan keluarganya dari siapapun, termasuk teman-temannya.

Hari presentasi proyek kelompok pun tiba. Ibu guru sengaja mengundang para orang tua untuk datang melihat hasil presentasi anak-anak mereka. Pada saat ibu guru meminta kelompok Biru, Amanda dan Tomtim maju kedepan, mereka pun mempresentasikan sebuah video yang berjudul “Bruno”.  Melihat judul presentasi tersebut, Bruno sangat kesal, terlebih pada saat itu ada Ibunya yang menonton.

Video presentasi diawali dengan berbagai tindakan bully yang dilakukan oleh Bruno. Hal ini membuat Ibu Bruno sangat kaget. Ia tidak menyangka anaknya dapat melakukan semua hal itu di sekolah. Di rumah, Bruno selalu menjadi anak yang baik, senang membantu, penyayang dan selalu menjaga serta merawat adiknya yang menderita Down Syndrom.

Adegan berikutnya dalam video menunjukkan sisi lain dari Bruno yang merupakan anak yang baik, rajin, sabar, dan penyayang. Pada saat video menampilkan bagaimana Bruno berperan sebagai seorang kakak yang selalu menjaga adiknya yang menderita Down Syndrom, Bruno merasa malu, marah dan segera berlari keluar ruangan. Biru, Amanda dan Tomtim kaget melihat hal tersebut, namun mereka tetap melanjutkan presentasi. Di akhir dari presentasi, mereka memberi pesan agar tidak menilai orang lain dari luarnya, dan kita harus berusaha untuk lebih mengenal lagi teman-teman kita, baik teman yang baik maupun teman yang suka mem-bully . Pesan lain yang mereka sampaikan adalah jika kamu menjadi korban bully jangan diam, katakan tidak pada bully. Jadilah kawan, bukan lawan.

Selesai presentasi, ayah Biru menyarankan agar Biru dan teman-temannya meminta maaf kepada Bruno. Ayah Biru berkata bahwa presentasi mereka pasti membuat Bruno merasa tidak nyaman karena kisah hidupnya diketahui oleh banyak orang. Dan benar saja, akibat presentasi itu Bruno tidak masuk sekolah selama beberapa hari.

Pada suatu hari Ibu Bruno datang ke sekolah dan pada kesempatan itu Biru dan Tomtim meminta Ibu Bruno untuk memberikan surat dan video ungkapan maaf mereka pada Bruno. Pada saat Bruno, ibu serta adiknya menonton video tersebut, Bruno mengakui bahwa ia menjadi seorang yang suka mem-bully karena ia takut teman-temannya akan memandang rendah padanya karena ia sudah tidak memiliki ayah. Ibunya menyemangatinya agar ia berdoa dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Setelah pembicaraan dengan ibunya, Bruno akhirnya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Tomtim untuk meminta maaf atas semua kesalahan yang telah ia lakukan pada Tomtim. Tomtim menyambut hangat ungkapan maaf dari Bruno dengan membagi kue kesukaannya pada Bruno. Bruno dan Tomtim akhirnya pergi bersama ke acara Natal kelas mereka. Tempat mereka bertemu dengan Biru, Amanda dan teman-teman lainnya untuk akhirnya saling memaafkan satu sama lain dan menjadi teman.

Film yang bagus bagi kita yang bekerja di institusi pendidikan yang sangat rentan dengan praktek bully. Film ini juga bagus ditonton bersama anak dan keluarga agar mereka memiliki pemahaman tentang bully dan tahu bagaimana harus berespon terhadapnya. Bagaimana, ada yang tertarik untuk menonton film ini? Film ini dapat dibeli di toko-toko buku Kristen atau di toko-toko yang menjual CD/DVD. Teman-teman juga dapat meminjam film ini di perpustakaan SMP sekolah Athalia.

IB/Tim Karakter

Benefits of Friendship

Salah satu sumber dukungan dapat kita peroleh dari persahabatan yang karib. Sebuah penelitian dilakukan oleh Pusat Penelitian Penuaan pada Universitas Flinders dengan responden 1.500 orang selama 10 tahun. Hasilnya, sebesar 22% mereka hidup lebih lama dengan jaringan pertemanan mereka.

Sementara penelitian lain menunjukkan orang-orang dengan teman-teman lebih sedikit cenderung lebih cepat meninggal daripada orang dengan jaringan sosial yang kuat. Benarkah bahwa teman-teman baik kita bisa bermanfaat bagi kesehatan juga.
Jawabannya adalah big YES! Kita dapat mengidentifikasi setidaknya ada delapan manfaat utama dari persahabatan yang karib.

1. Dukungan emosional.
Ketika kita bertumbuh dalam persahabatan dengan orang lain, kita mengembangkan ikatan berupa dukungan secara emosional dengan mereka. Sahabat yang baik membangun kita dan memperkaya harga diri kita dengan memberi tahu kita bahwa dia menerima dan mengasihi kita. “Sebagaimana minyak harum dan wangi-wangian menyenangkan hati, demikian juga kebaikan kawan menyegarkan jiwa.” (Amsal 27:9, BIS) Pertemanan membangun kita secara emosional dan memberi kita dukungan dan kebahagiaan. Sebaliknya, peristiwa kehilangan teman, entah karena kematian atau pertikaian, sering membawa kita ke dalam keputusasaan dan kesedihan. Pertemanan selalu mengakar secara emosional.

2. Pertolongan dalam masalah.
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17) Pertemanan sejati berlanjut ketika kita sedang jatuh dan berada dalam masalah. Seorang sahabat akan berdiri di samping kita dan menolong, bahkan sering kali dengan pengorbanan diri yang luar biasa. Dia memberi tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

3. Kestabilan pribadi.
Tanpa kehadiran teman, kita tidak berakar karena teman-teman dan keluarga membentuk fondasi kehidupan yang stabil. Mereka menahan kita untuk membuat keputusan yang gegabah dan kecenderungan untuk berpusat pada diri sendiri, serta memberikan fokus yang tepat pada sasaran karier kita. Pekerjaan hebat tidak dapat mengisi kehampaan sebuah persahabatan.

4. Pertolongan dan bimbingan rohani.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” (Amsal 27:17) Beberapa pertolongan rohani kita yang luar biasa berasal dari sahabat-sahabat yang sungguh-sungguh memerhatikan kita, yang mengatakan kebenaran dengan kasih. Sahabat-sahabat kita pasti menjadi pendukung rohani kita yang paling luar biasa. Ketika suatu persahabatan kekurangan dimensi rohani, kita sebaiknya mempertanyakan apakah hubungan itu merupakan persahabatan yang benar-benar alkitabiah.

5. Kebebasan berpendapat.
Dalam persahabatan, kita dapat berbicara secara bebas dan terbuka tanpa takut dihakimi. Kita dapat berbagi perasaan sekalipun kurang masuk akal. Kita tahu bahwa sahabat-sahabat kita akan mendengarkan dan bahkan menegur, jika diperlukan.

6. Terlindung dari kesendirian dan keterasingan.
Tanpa kehadiran sahabat, kita semakin menarik diri sewaktu beranjak tua. Sekali kita mengasingkan diri, akan lebih sulit untuk melangkah keluar. Para sahabat akan menahan kita dari keterasingan dengan memaksa kita untuk berkomunikasi, berkomitmen, dan mengungkapkan pendapat. Mereka menepis kesendirian yang kita takuti dan yang sering kita rasakan.

7. Kasih dan penerimaan.
Seseorang yang paling percaya diri sekalipun membutuhkan kasih dan penerimaan. Kita butuh dikasihi sebagaimana adanya kita, bukan karena apa yang kita lakukan. Kita harus diterima sebagaimana adanya kita sekarang, bukan atas kondisi kita suatu saat nanti.

Seorang pria di sebuah perusahaan besar berteman dengan seorang insinyur muda. Ketika si insinyur mengundurkan diri, pria yang lebih tua tersebut merasa kecewa dan berkata, “Kupikir kamu sedang meniti karier dan aku ingin membonceng kesuksesanmu.” Jelas, ini bukanlah persahabatan karena tidak berdasarkan kasih dan penerimaan terhadap jati diri si pemuda.

Dalam persahabatan, kasih dan penerimaan diberikan secara sadar, sesuai dengan perintah Alkitab untuk menerima setiap orang sebagai saudara dan saudari dalam Kristus. Penerimaan terhadap seorang teman tumbuh dari komitmen internal yang unik, dan penerimaan ini bukan bersifat permisif, melainkan bertanggung jawab, dengan penguatan terhadap pertumbuhan dan kedewasaan pribadi. Dalam suasana kasih dan penerimaan, teguran dan konfrontasi sekalipun dapat diterima. “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6)

8. Kesempatan untuk berbagi hidup dengan orang lain.
Kita tidak mendapat manfaat hanya dari apa yang kita terima dari suatu persahabatan, tetapi juga dari apa yang kita beri dalam persahabatan itu. Kita semua perlu menjangkau keluar dan membiarkan orang lain mengalami manfaat-manfaat yang tertulis di atas. Kita harus memberi untuk menerima; persahabatan satu arah tidak dapat bertahan. (t/Dicky)

Diterjemahkan dari
Judul buku : Friends and Friendship
Judul asli artikel : Benefits of Friendship
Penulis : Jerry and Mary White
Penerbit : Navpress, Singapura 1987
Halaman : 45 — 47
Sumber : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/283

Held Up His Hand

“Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya,

supaya ia duduk di atasnya;

Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya,

seorang di sisi yang satu,

seorang di sisi yang lain,

sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam”

Keluaran 17:12

Saat berperang melawan bangsa Amalek, bangsa Israel mempertaruhkan kemenangannya pada kekuatan Musa mengangkat tongkat dengan kedua belah tangannya. Saat Musa letih, dan tangannya mulai turun, maka kekalahan menyergap bangsa Israel. Namun ketika Musa kembali mengangkat tongkat dengan kedua belah tangannya, maka kekuatan kembali membalut seluruh orang Israel. Kemenangan pun diraih.

Dikatakan di Keluaran 17:12 bahwa Musa tidak kuasa menahan penat terus menerus mengangkat kedua belah tangannya. Untuk itu, orang-orang Israel berusaha memberi bantuan kepada Musa. Karena mereka menyadari bahwa ini untuk kepentingan banyak orang, kepentingan satu bangsa. Demikian pula Harun dan Hur, mereka menolong Musa, dengan cara masing-masing menopang tangan Musa agar tetap terangkat. Akhirnya, semuanya tidak sia-sia. Yosua yang berada di medan perang berhasil mengalahkan bangsa Amalek.

Kemenangan tersebut menjadi kemenangan yang penting, karena itu adalah peperangan bangsa Israel yang pertama. Tumbuh rasa percaya diri yang kuat, karena telah terbukti bahwa mereka adalah bangsa yang hebat, bangsa pilihan Tuhan. Tuhan telah mengajarkan kepada bangsa Israel, bahwa dengan sikap yang saling menopang, maka kemenangan bias diraih.

Sesungguhnya dari ayat ini, kita bisa belajar, bahwa dari awal Tuhan telah mengajarkan kepada kita untuk saling memperhatikan dan menopang. Tidak mungkin manusia dapat hidup untuk dirinya sendiri. Setiap orang pasti merindukan kemenangan. Hidup itu sendiri sudah seperti ranah peperangan. Seperti Musa, maka rasa penat itu pasti kita rasakan juga.

Konteks kemenangan harus dibaca sebagai keperluan bersama. Kemenangan adalah saat kita sebagai saudara seiman sama-sama berhasil melewati “peperangan hidup.” Banyak diantara kita yang dapat bertindak sebagai Harun dan Hur, yaitu menyediakan diri untuk menopang orang lain yang sedang penat atau keletihan menghadapi hidup.

Inisiatif bertindak sebagai Harun dan Hur sesungguhnya bukanlah hal yang sulit.  Di Keluaran 17 tidak dituliskan bahwa Harun dan Hur diperintahkan Tuhan untuk menopang tangan Musa. Bila kita buka ruang imajinasi mengenai peperangan yang saat itu sedang terjadi, maka kita bias membayangkan betapa riuhnya peperangan tersebut. Penuh ketegangan. Harun dan Hur sadar bahwa mereka harus sigap menolong Musa, agar mereka sebagai satu bangsa dapat meraih kemenangan.

Inisiatif memberikan topangan, merupakan langkah awal kemenangan. Sungguh disayangkan bila makna kemenangan hanya dilihat sebagai kebutuhan individual. Sebagai orang Kristen, Alkitab mengajarkan bahwa kemenangan harus diraih bersama-sama. Konsep kita sebagai satu keluarga, satu tubuh, adalah pengajaran yang fundamental, yang harus selalu diingat oleh setiap orang percaya. Harun dan Hur adalah contoh konkrit inisiatif yang memberi dukungan, topangan untuk pencapaian kemenangan bersama. Mari kita renungkan, apa jadinya bila Harun dan Hur mengabaikan Musa keletihan sendirian. Apakah yang akan dicatat oleh Alkitab tentang sejarah bangsa Israel? (BD/Kerohanian Karakter)