Hari Buruh Dunia

Biasanya Hari Buruh dirayakan pada tanggal 1 Mei, yang dikenal dengan sebutan May Day. Pada hari Buruh ini, dijadikan hari libur di beberapa Negara, yang dirayakan pada setiap tahunnya, yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.

Sejarahnya…
May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan kerja pertama di kelas pekerja Amerika Serikat yang terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, yaitu Peter Mc Guire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. Lalu Mc Guire dengan melanjutkan berbicara kepada para pekerja dan para pengangguran. Mc Guire berbicara tentang, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. Mc Guire menjadi terkenal dengan sebutan “pengganggu ketenangan masyarakat”.

Pada tahun 1881, Mc Guire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan Mc Guire sebagai Sekretaris Umum dari “United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America”. Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. Mc Guire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan Mc Guire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.

Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

1 Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions. Selain itu, memberikan momen tuntutan 8 jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut 8 jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Begitulah, sejarah dari Hari Buruh yang biasanya kita peringati pada tanggal 1 Mei setiap tahunnya..

Setelah membaca artikel ini, semoga menjadi pengetahuan bagi yang membaca…

Jalan Sehat

Wah.. telat nih bangunnya. Sudah jam 05.20, padahal mulainya jam 06.00.
Nah sudah beres semuanya… Berangkat deh ke sekolah.

Sampai di sekolah, kita registrasi ulang dulu… Wah, gara – gara kesiangan kita dapet no. 47 ( urutan 2 dari belakang ).

Kemudian kita disuruh menunggu sampai nomor kita dipanggil. Nunggunya itu lama. Soalnya keluarga – keluarga ( yang di depan kita ) itu pada mejeng dulu di depan kamera.

Saat nomor kita dipanggil, kita langsung ke gerbang. Terus ada Pak Ganda yang nge video – in kita dari kaki sampai kepala. Wkwkwk..

Oke deh.. Langsung saja berangkat. Kita tuh sudah semangat banget saat pertama kali jalan. Tapi, di tengah – tengah perjalanan udah mulai loyo nih ( karena belum makan.. >.< ). Sempat – sempatnya mami nawarin kita soto.
Hehehe..

Kita jalan terus sampai ke pos 2. Di sana, kita diberi kertas yang isinya pertanyaan tentang: – Berapa liter air yang kita butuhkan dalam 1 hari
– Fungsi dari jalan pagi
– Arti dari mensano incomperosano
Terus, kita disuruh buat yel – yel tentang kelompok kita.

Ternyata perjalannya masih jauh untuk ke pos 3. Saat sampai di pos 3, kita harus mengembalikan kertas yang sudah diisi jawaban dari pertanyaan tadi.

Lalu kita harus kembali ke Sekolah Athalia lagi ( pos 4 ). Sampai di sana, kita udah 4L ( Letih, Lemah, Lesu, Lunglai ). Wkwkwk…

Eh.. tiba disana langsung ngepraktekin yel – yel kita. Kemudian, kita senam pagi bersama, serta melakukan tari poco – poco yang sudah dimodif oleh guru Athalia.

Waktu pengumuman lomba, kelompok kita menang dalam hal senam.

A Second Chance

Waktu pertama kali masuk gedung SMP, rasanya bangga banget. Dan, aku sempet kayak kampungan gitu saat liat bangunan, fasilitas, dan segala macem yang ada di SMP yang begitu kerennya.
Setelah itu, aku jadi sering pamer ke adikku sehingga dia kadang jadi kesal gara-gara ceritaku tentang SMP Athalia. Dengan bangganya, aku ngangkat kepala dan bilang, ”Di SMP pasti seru banget, dan aku yakin, hari-hariku di SMP akan jauh lebih baik dibanding waktu di SD!”
Sampai akhirnya, hari pertamaku di SMP tiba.
Hari pertamaku di SMP dimulai dengan MOS – kependekan dari Masa Orientasi Siswa. Baru aja permulaan, kami dikerjain sama kakak-kakak kelas kami. Kami disuruh minta tanda tangan kakak-kakak kelas. Nggak hanya itu, bagi para cewek mesti juga diperintahkan untuk menguncir rambut jadi empat kunciran.
Meskipun dikerjain, aku seneng banget. Aku makin jatuh cinta sama SMP Athalia. Rasanya nggak pengen pulang!
Hari-hari MOS selanjutnya tentu nggak kalah serunya dibanding hari pertama. Terutama di hari keempat. Di hari itu, kami bisa kenal temen-temen sekelas lebih deket lagi. Di kelasku, anak-anak barunya cuma tiga orang.Ketiganya cowok. Nama mereka adalah Jordan, Budi dan Ferdi. Selebihnya, aku sudah tahu mereka sejak SD meskipun nggak kenal deket. Intinya, aku merasa temen sekelasku asyik-asyik. Dengan watak yang berbeda-beda, mereka mewarnai kelasku dan menambah semangatku untuk jalani hari-hari di SMP. Lagi-lagi, aku nggak bisa nggak bilang, “Di SMP bakalan sempurna!”
Aku pun menyelesaikan MOS dan mulai dapetin temen-temen baru.
Becca, cewek serba rapi dan bersih tapi gaul. Sarah yang keren dan jago bahasa Inggris, namun rendah hati. Lalu Feli yang cinta mati sama Korea. Feli juga jago kerajinan tangan dan termasuk yang paling muda di kelas. Terakhir, Lila. Cewek yang gayanya serba ling-lung dan cengo.
Bagiku mereka adalah temen terdekatku yang bisa nerima aku apa adanya. Kami kompak banget. Contohnya seperti saat ini, saat kami baru aja bubaran sekolah.
“Cuy, besok sama-sama pake vest yuk! Biar kompak!” usul Feli, kreatif.
“Boleh! Sekalian aja kuncirannya kembaran. Karetnya warna biru, ya” tambahku penuh semangat.
“OKE!” jawab Lila, Becca, dan Sarah, serempak. Kami benar-benar kompak kan?
Tapi, tiba-tiba aja kegembiraan kami lenyap. Bisik-bisik yang berasal dari ujung ruangan yang jadi penyebabnya. Serentak kami mencari sumber bisikan.
Ternyata, Jordan, Budi dan beberapa cowok anggota gank mereka. Mereka ngeliatin kami sambil nunjuk-nunjuk dengan jari. Sangat nggak sopan.
Aku yang cepet naek darah langsung nyerocos, “Kenapa sih mereka?!”
“Sabar dulu, Jes. Bisa aja mereka bukan ngomongin kita” Lila mencoba nenangin aku.
“Sabar gimana?! Menurut lo, emang mreka ngomongin siapa?! Tembok?! Jelas-jelas mreka nunjuk-nunjuk kita!” kataku ketus.
“Udah, ngapain sih cari-cari masalah?”tambah Sarah.
“Mending kita lanjutin latian soal yang tadi” Becca ikut nimbrung.
Emosiku surut. Aku nggak bisa ngebantah nasihat mereka. Tapi, cowok-cowok itu tampaknya serius mencari masalah.
Sewaktu kami berjalan di lorong sekolah, mereka ngeluarin komentar-komentar yang bikin aku panas lagi.
“ Ngapain sih pake acara kembaran segala? Kayak mau ngapain aja..” kata Jordan sinis.
Pengen rasanya aku datengin mereka tapi tanganku langsung dipegang oleh Feli. Dia sepertinya tahu persis isi hatiku.
“Tau tuh, norak deh! Kampungan banget sih!” sambung Mikey, temen mereka.
Aku bener-bener nggak bisa menahan diri lagi. Mereka nggak hanya mengkritik tapi udah mulai mengejek. Kusentak pegangan tangan Feli dan langsung datengin mereka.
“Mau lo apa sih?! Apa urusan lo sama kita?! Kita mau jungkir balik kek, lompat-lompat kek, suka-suka kita!” dampratku.
Eh, mereka malah ngelewatin aku dengan santainya sambil berkata, “Nggak penting.”
Aku makin kesel!!! Bayangin aja, betapa nyolot dan menyebalkannya mereka!
Untung temen-temenku yang menangkap gelagat aku bakalan meledak buru-buru menarikku masuk kelas. Mereka sama denganku. Marah besar. Bedanya, mereka bisa menguasai diri. Aku pun menarik napas. Aku mesti juga bisa menguasai diri.
Tapi, kayaknya aku bener-bener harus belajar penguasaan diri. Sebab, sejak saat itu , Jordan dan gank-nya sering mengejek kami. Hari-hari kami rasanya jadi hancur gara-gara ulah mereka. Kesenanganku di awal-awal sekolah di SMP langsung lenyap. Ternyata dugaanku salah. Di SMP tidak sesempurna bayangan dan harapanku.
Hingga suatu saat, sekolah ngadain program LDC. LDC itu semacam training bagi muri-murid yang pengen jadi NCO. NCO sendiri adalah mereka yang bertugas mengurus kegiatan BB dan bertanggungjawab atas squad-nya. Di LDC nanti kita bukan sekedar di-training aja tapi juga di-test.Jika kita lulus test, kita baru bisa menjadi NCO.
“Girls, gue mesti bisa masuk seleksi LDC, dan harus bisa lulus!” ucapku pada temen-temenku. Ya. Aku berencana ikut LDC!
“Tumben mau ikut acara yang tough, Jes?” Sarah langsung menanggapi.
“Karena gue mau belas dendam! Kalau gue bisa jadi NCO, gue pengen Jordan dan gank-nya liat kalo gue bisa jadi lebih kuat dari mereka!” jawabku penuh amarah.
“Lo memang jenius, Jes!” puji Lila cepat.”Gue dukung lo!!!”
Maka, aku pun mendaftar dan dengan hati deg-degan menunggu hasilnya. Dan, ternyata aku lolos seleksi! Begitu aku membaca pengumuman yang ditempel aku pun berteriak gembira, “Gue lulus!!!”
Temen-temenku langsung mengerumuniku dan memberikan semangat, “Bagus, Jes, sekarang lo bisa bales dendam sama mereka!”
Aku yang bangga karena berhasil diterima ikut LDC langsung ngebayangin diriku menjadi NCO dan membuat cowok-cowok itu kalah. Tetapi, mendadak aja sebuah ayat muncul di benakku, “Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan segala sesuatu, lakukanlah untuk kemuliaan Tuhan.”
Jantungku rasanya berhenti berdetak. Aku sadar, aku salah. Aku salah karena motivasiku ikut LDC adalah balas dendam, bukan memuliakan Tuhan.
Kupandang temen-temenku dengan tatapan kosong. Keliatannya aku bukan cuma salah tapi salah besar. Aku telah membawa temen-temenku menyimpan dendam yang sama. Kugelengkan kepalaku pelan. Pengen rasanya aku menangis kalau aja nggak inget sedang berada di antara murid lainnya yang sibuk membaca pengumuman LDC.
Kutelan ludahku. Kerongkonganku rasanya kering. Lalu, kutarik temen-temenku menjauh dari keramaian. Aku nggak bisa biarin semuanya makin nggak bener. Aku harus ngomong kebenaran. Ngomong kalau tujuanku ikut LDC adalah untuk memuliakan Tuhan. Dan, kami semua harus nyingkirin semua dendam nggak perlu yang bikin hari-hari kami jadi nggak nyaman.
“Girls…” Suaraku terdengar serak. Temen-temenku yang heran gara-gara kutarik mendadak, menatapku penasaran. Mereka menunggu kelanjutan kalimatku.
“… gue udah salah. Percuma gue jadi NCO kalau cuma dendam… Gue mau jadi NCO karena gue mau memuliakan Tuhan…”
Sunyi… Temen-temenku nggak ada yang komentar. Mereka takjub. Kaget. Nggak nyangka…
Tapi, dari sorot mereka yang disertai anggukan pelan, aku ngerti kalau mereka setuju denganku.
Kuhembuskan napasku kuat-kuat. Kali ini seluruh hatiku nyaris meledak oleh sukacita!

***
Hari LDC akhirnya dateng juga. Perasaanku bercampur senang, semangat juga deg-degan. Aku takut nggak lulus. Tapi aku inget kalau yang terpenting bukan lulus atau enggaknya tapi semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Jadi, selama LDC, aku memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
Kemudian… hari pengumuman kelulusan LDC pun tiba… Saat dibacain, jantungku memompa dua kali lebih cepat. Aku tegang luar biasa. Namun keteganganku mencair saat namaku disebut!
Sepenggal doa sederhana meluncur tak terbendung saat itu juga di hatiku,
“Tuhan, terima kasih telah memberikanku KESEMPATAN KEDUA. Sebenarnya, aku nggak layak lulus seleksi LDC karena motivasiku yang salah. Tapi Engkau masih memberiku kesempatan, dan mengijinkan aku mengubah motivasiku untuk melakukannya bagi kemuliaanMu!”

– Jacynda 7D –

Biopori (2)

Bayangkan dengan membuat lubang sebesar 10 cm dengan kedalaman 1 m, kita bisa membuat daerah resapan air yang dapat berfungsi untuk mencegah banjir, mencegah tanah longsor, menjadi sumber air untuk hewan.

Aku kira membuat lubang ini sangat mudah, ternyata susah karena harus mengerahkan seluruh tenaga. Sebenarnya membuat lubang ini ada triknya

Caranya pertama-tama, kita kasih air ke tanah yang akan kita lubangi, tatapi jangan terlalu banyak. Lalu kita putar alat bioporinya ke kanan sampai mata bornya penuh dengan tanah dan kita angkat alatnya. Setelah itu, kita bersihkan mata bor dari tanah dengan bambu yang kecil dan tajam. Lakukan prosedur di atas hingga kedalaman lubang mencapai 1 m.

Sebelum lomba kami diberi penjelasan bagaimana caranya membuat biopori. Lalu kami sekeluarga langsung membagi tugas. Aku bertugas untuk mengambil air, dan adikku bertugas memutar alat biopori, mamiku bertugas untuk membersihkan mata bor dari tanah.

Setelah lomba selesai kami lalu makan terlebih dulu, setelah itu kami lalu langsung ke aula B untuk seminar, tetapi khusus anak-anak ada lomba di lapangan. Aku dan keluargaku menang lomba kuisnya. Lalu kami diberi sepasang sarung tangan dan alat untuk bercocok tanam.

Kegiatan ini perlu diadakan kembali karena manfaatnya sangat bagus

(Sharon Regina 8D)

Biopori (1)

Awalnya sih aku kira nggak seru, soalnya kita harus membuat lubang yang lebarnya 10 cm dan dalamnya 1 m, dengan menggunakan tangan. Eh, ternyata bias dengan menggunakan alat khusus yang ujungnya seperti bor.

Pertama, sebelum kita mengebor tanah, ada quiz berhadiah. Ketentuannya, setiap orangyang menjawab pertanyaan dan benar, akan diberi 1 buah pita, dan orang yang paling banyak mendapat pita, itulah yang akan menang. Saat quiz habis, ternyata ada 6 orang yang berhasil mendapatkan pita (termasuk aku). Semuanya yang mendapat pita hanya mendapat satu pita saja, tidak ada yang mendapatkan 2 pita ataupun lebih. Jadi 6 orang itu nilainya seri.

Lalu kita bersiap-sipa ke tanah yang mau dibor dan dibuat lubang biopori. Kita juga dijelaskan caranya olah pak Kamir yang akan memimpin seminar nanti siang. Caranya sih gampang, aetapi pada prakteknya sangat susah sekali. Kalau ngebor tanahnya masih pada permukaan tanah, itu masih gampang, tetap kalau ngebor tanahnya sudah mencapai 50 cm, itu sudah mulai susah. Apalagi lebih dari kedalaman 50 cm. Itu sudah berat sekali utuk memutar bornya. Tanga papiku pun sudah merah akibat gesekannya terlalu kasar dengan alat bor. Padahal tanahnya sudah diberi air, tetap saja berat. Akhirnya keluargaku berhasil menyelesaikan pembuatan lubang bipori itu.

Nah, habis itu kita sarapan bihun goring. Setelah makan, kita ke aula mendengarkan seminar tentang lubang resapan biopori oleh bapak Kamir R Brata. Saat seminar itu, pak Kamir mengajukan pertanyaan khusus untuk orang yang mendapatkan pita. Lalu mamiku mewakilkan keluargaku untuk menjawab pertanyaan.

Kemudian, saatnya pembagian hadiah. Keluargaku menang sebagai juara quiz berhadiah. Menurutku, pertanyaan yang diajukan saat seminar itu menambah poin bagi keluargaku. Hadiahnya berupa 3 perlatan kecil untuk menanam di kebun (beserta tas kecil untuk meletakan peralatan itu) dan juga ada sepasang sarung tangan besar. Hehehe…

(Dustin Pradipta 7D)

Juara 1 Porseni Tangsel

Hari rabu tanggal 7 April lalu, sekolah Athalia mengikuti porseni se-Jakarta Selatan. Dan kami satu team putri sekolah Athalia terdiri dari 5 orang yang dikirim mewakili sekolah untuk bertanding basket 3 on 3 dalam ajang Porseni tersebut.
Pertamanya kami dikirim satu team basket putra dan putrid. Kami betanding di SMPN 1 Tanggerang. Butuh pengorbanan juga untuk sampai disana, karena dimobil kami berdesak-desakan bersepuluh orang ditambah bapak Anto dan supir yang menaiki mobil espass.
Sampai disana, sejujurnya kami merasa gugup karena melihat lawan-lawan kami yang bertanding begitu tangguh. Apalagi Rosa, wajahnya begitu cemas melihat taem-team lain bertanding. Untuk berganti baju saja, kami sampai harus mengitari gedung SMPN 1 hanya untuk mencari toilet.
Cukup sudah persiapan kami dalam pemanasan, saatnya untuk bertanding. Ternyata lawannya tidak sesusah yang kami cemaskan. Kami bermain sebisa kami dan akhirnya kami bisa masuk ke babak delapan besar. Begitu pula dengan team putra kami.
Teamm putrid kami berhasil melanjutkan kebabak semifinal, dikarenakan team lawan kami dibabak perdelapan final tidak datang dan mereka terkena WO. Jadi kami hrus bertanding lagi esok harinya di sekolah Cendekia dan pada pukul 8 pagi harus sudah sampai disana.
Ternyata nasib yang berlawanan dirasakan oleh team putra. Mereka tidak lolos ke babak selanjutnya karena mereka kalah oleh team putra sekolah Ora et Labora. Sepulangnya disekolah kami diberi selamat, tetapi tidak untuk ulangan-ulangan yang masih menyusul.
Keesokan harinya aku sudah gelisah. Dan ternyata itu juga yang dirasakan oleh teman-teman team yang lain. Mereka tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan semifinal hari ini. Sesampainya disana, kami langsung kelapangan segera.
Setelah pemanasan yang cukup, kami langsung terjun ke lapangan pertandingan. Memang lawan kali ii cukup susah, tetapi atas dukungan dari teman-teman yang lain, kami bisa mengalahkan team lawan dan akhirnya kami bisa masuk ke final.
Sekian lama beristirahat disebuah perteduhan dan mengisi tenaga serta minum, akhirnya kami kembali lagi kelapangan. Kami menunggu sampai pergantian jadwal pertandingan. Kami sudah siap untuk bertanding di babak final.
Lawan kami memang tingginya lebih pendek dari kebanyakan kami, tetapi mereka sangat gesit. Sehingga kami menjadi susah menghadang mereka untuk memasukan bola kedalam ring.
Setelah 15 menit pertandingan, akhirnya kamilah yang keluar sebagai pemenang. Kami bangga sudah membawa nama baik sekolah Athalia dalam porseni Tanggerang Selatan kali ini. Dan sorenya kami telah membawa pulang sebuah piala kemenangan yang besar dengan senang hati.

(Stella Aurelia 8S)

Seminar IT

Salah satu hal yang saat ini banyak diminati oleh anak-anak yang dalam hal ini adalah siswa-siswi sekolah adalah facebook dan games komputer, baik itu games yang dilakukan sendiri ataupun games yang dilakukan secara kelompok (games online). Mereka telah banyak sekali menghabiskan waktu untuk menjelajah di dunia maya yang satu ini. Apa yang selanjutnya terjadi adalah mereka akhirnya seringkali lupa dengan tugas dan tanggung jawab yang harus mereka lakukan, entah itu sebagai murid ataupun sebgai bagian dari keluarga.

Perkembangan dunia maya saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi khususnya dalam bidang nano teknologi. Perangkat komputer yang dulu sangat besar sekarang menjadi sangat kecil dan dapat melakukan fungsinya jauh lebih baik dari terdahulunya. Hal ini tentu saja sangat mendorong kemajuan perkembangan software dan hardware games. Games menjadi lebih menarik dengan tampilan 3D dan menjadi lebih hidup dengan kecepatan kerja komputer yang digunakan untuk bermain games.

Tidak hanya games, multimedia yang lain seperti film, internet (facebook), majalah, televisi dan musik tentu saja mengalami kemajuan yang sama pesatnya dengan perkembanga games.

Games menjadi lebih diminati dibandingkan dengan multi media yang lain karena dalam games para pemainnya mendapatkan semua kesenangan tanpa harus banyak melakukan aktifitas fisik. Aksi yang menegangkan, adu strategi, pengalaman seru, petualangan melakukan olahraga yang tidak pernah dilakukan sebelumnya adalah beberapa hal yang membuat games sangat menarik untuk dimainkan. Hal penting lainnya adalah games dapat kita lakukan secara berulang-ulang. Membuat pemainnya ingin mencoba lagi dan lagi untuk mencapai level tertinggi.

Hal ini ternyata dilihat sebagai peluang pasar yang sangat besar dari para pelaku bisnis. Survey menunjukan bahwa keuntungan yang di dapat dari bisnis games di Cina dapat mencapai 36, 1 juta dolar per bulan. Sebuah angka fantastis yang tentu saja akan sangat menarik para investor untuk semakin masuk dalam bisnis games. Dampak selanjutnya yang dapat dibayangkan adalah dunia games yang akan sangat semakin berkembang.

Melihat dampak yang telah ditimbulkan selama ini, maka perkembangan games akan sangat berbahaya bagi anak-anak jika tidak dilakukan pengawasan yang baik ketika mereka bermain games. Petualangan yang dinikmati dalam games membuat mereka ingin terus berlama-lama. Lagi dan lagi.

Belajar dari Kitab Ulangan 6:4-9 dan Ulangan 11:18-20, hal yang seharusnya diajarkan secara berulang-ulang dan teratur kepada anak-anak adalah mengajarkan Firman Tuhan dan orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam hal ini.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah telah terjadi pergeseran fungsi dan prioritas. Orang tua tidak lagi mengajarkan nilai-nilai Firman Tuhan kepada anak-anak dan semakin berkembangnya games membuat anak menemukan hal yang sepertinya baik untuk mereka.

Games menjadi jauh lebih menarik daripada teks alkitab dan buku pelajaran. Hal ini didukung dengan fakta bahwa tampilan video tentu saja jauh lebih menarik dari pada teks. Emosi yang didapat, gambar bergerak yang dapat dilihat mata tentu saja jauh lebih menarik dibandingkan dengan membaca teks entah itu teks alkitab ataupun teks buku pelajaran. Audio visual tentu saja lebih baik dari pada sekedar visual saja atau audio saja. Dampak negatif lain dari games adalah dapat merusak mata, suka berkhayal, berpikiran kotor dan emosi yang susah dikendalikan.

Apakah yang harus kita lakukan untuk menjaga anak-anak agar tidak terjerat dengan dampak negatif dari dunia games?

Beberapa solusi yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Tanamkan kembali nilai-nilai penting dalam keluarga. Komunikasi yang bersifat tatap muka –ngobrol bersama- yang disertai dengan ragam ekspresi wajah, canda-ria, sentuhan, belaian dan pelukan akan memberikan arti tersendiri dan mengandung sejuta makna bagi pasangan dan anak-anak. Luangkanlah waktu untuk mereka.
2. Kehidupan Rohani. Ajarkan mereka tentang pentingnya relasi dengan Allah yang adalah pencipta dan pemilik hidup mereka. Tidak hanya mengajarkan, tetapi jadilah teladan bagi mereka untuk hidup taat sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
3. Ingat terus kepada mereka bahwa tugas utama mereka adalah belajar.
4. Dukung mereka untuk mengembangkan talenta yang mereka miliki.
5. Biarkan mereka bersosialisai dengan teman-teman seusianya sambil terus diawasi sesuai dengan kadar kepercayaan kita kepada mereka. Jangan terlalu posesif tetapi juga jangan terlalu bebas.
6. Ajak dan temani mereka untuk berolahraga. Ajarkan mereka tentang pentingnya aktifitas fisik, sehingga tubuh mereka tetap segar dan prima.
7. Berilah waktu yang cukup dan sewajarnya untuk mereka beristirahat.

Terpenting dari itu semua adalah, kita tidak hanya mengajarkan nilai-nilai yang baik secara berulang-ulang kepada mereka, tetapi hendaklah kita menjadi teladan dalam setiap hal yang kita ajarkan kepada mereka karena visualisai terbaik bagi anak-anak/siswa-siswi kita adalah diri kita sendiri. God will help us.

“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
(Amsal 22:6)

Bakti Sosial ke Cathereen Booth

Pada hari Sabtu tanggal 13 Febuari 2010, kami siswa-siswi SMP Athalia bersama guru-guru mengadakan bakti social ke Bala Keselamatan Cathereen Booth di Pondok Cabe, Jakarta dalam rangka progam BB(Boys Brigade). Kami berkumpul di sekolah jam 9.30 dan berangkat jam 10.00. Sayangnya kami mengalami kemacetan, sehingga kami terlambat dari waktu yang dijadwalkan.
Jauh sebelum hari itu tiba, kami sudah membagi tugas untuk bidang transportasi, makanan dan ibadah. Banyak kesulitan yang kami alami, tetapi puji Tuhan kami dapat berangkat ke sana walaupun tiba terlambat.
Saat sampai disana, kami masuk ke ruang ibadah. Saya sangat sedih saat melihat keadaan anak-anak disana dan juga bangunannya. Mereka ada yang sudah tidak punya orang tua, ada juga yang berkekurangan. Gedungnya tidak mewah seperti hotel, tidak ada AC dan bau amis. Kita harus bersyukur karna masih mempunyai orang tua dan fasilitas yang baik. Ingin rasanya berbagi dan bermain dengan mereka.

Anak-anak disana kebanyakan perempuan, mulai dari umur 4 tahun sampai ada yang sudah SMA. Anak laki-laki sudah dikirim ke Panti Asuhan yang lain, dan hanya tertinggal 1 anak laki-laki.

Kegiatan pertama kami adalah makan. Jadi, kami pergi ke kantin untuk makan bersama. Namun, cuaca tidak mendukung sehingga turunlah hujan. Saat makan-makan, saya berkenalan dengan beberapa anak, dan juga melayani mereka. Setelah itu, kami harus cepat mempersiapkan untuk ibadah. Saya ditunjuk menjadi salah satu singer. Saya sangat senang mendengarnya, karena dapat melayani Tuhan juga tentunya.

Kami bernyanyi dan memuji Tuhan bersama-sama. Saya sangat senang melihat keseriusan anak-anak Bala Keselamatan, maupun anak Athalia. Firman disampaikan oleh bu Karen. Ia menyampaikan bahwa kita tidak boleh memberi Tuhan kain kotor, karna kadang kita hanya bagus di luarnya saja, tetapi dalamnya seperti kain kotor.

Berikutnya, kami kembali ke kantin untuk bermain game yang dipimpin oleh ci Cecil dan ci Azalia. Kita bermain beberapa permainan yang membangun kebersamaan, serta kerjasama. Kamipun dapat mengenal anak-anak disana dengan lebih baik.

Tanpa terasa, kamipun sudah harus pulang. Setelah pamit, kami kembali lagi ke Athalia. Saya merasa sangat senang dapat melayani mereka. Ini merupakan salah satu pengalaman berharga dan terbaik yang pernah saya alami.

– Joshua Hezer (7L) –

Indahnya Hidupku..

Pertama kali, saat aku sampai dipanti, rasa bersyukur akan tempat tinggalku mulai ada. Bayangkan saja, mereka tinggal ditempat yang sekelilingnya adalah tempat sampah. Saat kita memulia ibadah, sukacita lebih terlihat diwajah anak-anak panti, contohnya pada saat saya menyanyikan lagu “..kau sahabatku, kau saudaraku..”, mereka dapat bergaya dengan begitu semangat , memuji dan menyanyi dengan senyum sukacita. Aku sempat berkata dalam hati “..hebat..”. Aku menyatakan hal itu, karena mereka begitu bersemangat menyanyi meski aroma sampah dan ratusan lalat berterbangan.

Saat anak panti bernyanyi, ku tahu, alunan-alunan nada yang dinyanyikan itu adalah alunan nyanyian yang dinyanyikan dengan sepenuh hati. Kini, aku mau belajar terus bersyukur memiliki orang tua, meski terkadang aku suka kesal juga dengan mereka. Aku juga mau belajar untuk lebih dan lebih memuji Tuhan dengan sepenuh hati dan always smile.

– Yeghar (7N) –

Leadership Development Course

Leadership Development Course ( LDC ) adalah salah satu sarana dalam BB untuk mengembangkan kemampuan leadership seseorang. Setiap tahun, sekolah-sekolah yang tergabung dalam BB mengirimkan wakil-wakilnya untuk mengikuti LDC agar bisa menjadi NCO. Tahun lalu aku sudah mengikuti LDC stage 1 ( basic ), jadi tahun ini aku berangkat untuk stage 2 ( advance ).

Pagi itu, tanggal 5 Februari, aku berangkat ke sekolah dengan berseragam BB full uniform. Aku bangga mengenakan seragam ini karena lanyard-ku baru diganti (^o^). Selain membawa tas sekolah hitamku, aku juga membawa beban sebesar 10 kg, yaitu carrier-ku, juga sleeping bag dan sleeping mattress. Sekitar jam 10 lewat kami berangkat naik bus. Perjalanannya cukup menyenangkan. Kami mengobrol dan bercanda. Semuanya baik-baik saja, sampai setelah makan siang tenggorokanku sakit.

Akhirnya kami, 24 anak Athalia dan 2 anak Beacon Institute, sampai juga di Wisma PGI. Kami segera membawa barang-barang kami menuju area perkemahan. Saat pertama kali melihatnya, aku langsung suka tempat itu. Tenda-tendanya cukup besar dan udaranya segar. Kamar mandinya juga unik. Letaknya di agak di bawah tempat kemping kami. Aku paling suka dinding batunya. Tetapi, pembatas antar kamar mandinya cuma tirai. Nggak apa-apa sih, soalnya siapa juga yang kurang kerjaan mau ngintip orang mandi? Lantai kamar mandi perempuan yang berwarna pink ini juga cukup bersih. Di dalam juga tidak bau. Tapi, itu sebelum semua sudah mulai menginjakkan kaki di sana, karena kami membawa tanah masuk dan mengotori lantai.

Pertama datang, kami meletakkan barang-barang di tenda besar. Setelah registrasi dan dibacakan nomor tenda, baru kami menempatkan barang di tenda masing-masing. Aku ada di tenda 2, bersama Ria, Laetitia, Nadira, Patricia, Clarita, dan Vanessa. Aku adalah penanggung jawab tendanya.

Awalnya aku agak kecewa karena aku satu-satunya anak Athalia di tenda 2, sedangkan Manda dan Tasia sama-sama di tenda 1. Tapi, kupikir gak papa karena nanti pasti ada teman baru. Aku pilih tempat kedua dari pintu depan tenda, di antara Clarita dan Vanessa. Waktu semuanya sudah masuk di tenda, aku baru sadar kalau tendanya berkapasitas 6 orang sementara kami bertujuh. Aku tau dari jumlah alas tidur terlipat yang disediakan. Nanti malam pasti sempit, pikirku saat itu. Tapi, nanti malam adalah urusan nanti malam, karena sekarang ini, masih banyak yang harus dipikirkan. Salah satunya, ketika Angelia memberitahu bahwa aku, dia, Jason, Abraham, dan Ebenezer dipanggil Mr. Saud. Ternyata kami dijadikan petugas upacara. Aku, sebagai pepmimpin barisan Athalia sekaligus pemimpin barisan paling kanan. Angelia, sebagai pepmimpin barisan Pelangi Kasih. Abraham, sebagai pemimpin barisan Kairos Gracia. Ebenezer sebagai peimpin barisan Tritunggal, dan Jason sebagai pemimpin upacara. Kami hanya sempat berlatih sebentar, lalu upacara pembukaannya dimulai. Upacara berjalan lancer, biarpun Ebenezer digantikan temannya dan Laetitia ikut menjadi pempin barisan Beacon tanpa latihan.

Setelah upacara selesai, kami ganti baju di tenda masing-masing. Di dalam tenda, kami berdesak-desakan dan kepanasan sambil berganti baju. Ketika sudah selesai dan mau keluar, ternyata pintu depan tenda kami macet ritseletingnya! Kami semua awalnya panic, tetapi akhirnya memutuskan untuk keluar lewat pintu belakang. Begitulah, jadinya selama LDC kami keluar masuk lewat pintu belakang. Itu sangat menyulitkan karena sebelum bisa masuk atau keluar kami harus melewati “rintangan” berupa pohon-pohon, got kecil, dan tali-tali. Awalnya sih tidak apa-apa, sampai ketika kami kembali dari session membosankan di gedung yang agak jauh dari area perkemahan dalam kondisi hujan. Jas hujanku ada di tenda, jadi kami semua berbasah-basah melewati rintangan baru bisa masuk ke tenda. Saat itu aku mulai kesal, ditambah ketika menyadari tendanya bocor tepat di atas tempatku tidur! Malamnya kami masih ada session setelah mandi dan makan malam. Malam itu, aku jengkel sekali rasanya. Ritseleting tendaku rusak, sepatu hitamku basah, celana jinsku satu-satunya basah, tempatku tidur basah, tidak ada orang yang kukenal di tendaku, tenggorokanku sakit dan….masih ada 2 hari yang harus kulewati. Hhh..

Jam 2 pagi aku terbangun karena suara orang-orang di sekitarku, tapi aku tidur lagi. Jam 3 aku terbangun lagi dan masih ada suara-suara terdengar. Tentunya aneh, memangnya mereka tidak tidur? Tapi aku memutuskan untuk membiarkan dan kembali tidur. Sekitar jam kurang aku bangun dan menyadari banyak sekali anak-anak yang sudah bangun. Ketika aku mulai menyiapkan perlengkapan mandi, tiba-tiba peluit berbunyi. Kami semua terlonjak dan segera keluar. Sampai di luar kami berbaris di depan tenda. Para officer mengumumkan bahwa kami akan jogging dan disuruh bersiap-siap sesegera mungkin. Beberapa menit kemudian kami semua sudah berbaris rapid an siap untuk jogging. Acara joggingnya asyik juga. Kami berlari kecil memutari pedesaan, melewati sawah, rumah penduduk, kandang kambing, dan yang paling tidak kusukai, kandang ayam. Di jalanan juga ada ayam-ayam. Aku tidak suka ayam tetapi aku berusaha mengabaikan mereka. Akhirnya kami berhenti di sebuah jalan sambil menunggu Mr. Saud menolong seorang anak yang terjatuh. Sambil duduk menunggu, ada motor-motor lewat, pejalan kaki, juga kerbau. Aku kembali ke area perkemahan dengan perasaan jauh lebih baik dari kemarin malam. Setelah mandi dan sarapan, kami ada devotion bersama. Selesai devotion, barulah advance dan basic menjalani kegiatan masing-masing. Menurutku session-session advance membosankan.

Ada juga project-project yang tidak membosankan sih. Aku lega advance tidak ada ujiannya jadi tidak perlu stress menghafal materi yang super banyak seperti tahun lalu. Setelah makan siang, kami deberitahu bahwa project kami selanjutnya adalah mengatur fellowship night buat basic. Aku di bagian games. Ada yang bagian worship juga MC. Di bagian games, semua main dan Vanessa jadi ngambek karena hanya dia, Ardine, Cindy G, dan aku yang kerja. Dalam keadaan tidak enak seperti itu, tentunya pekerjaan kami tidak selesai-selesai. Kamipun minta bantuan chairman nya, yaitu Laetitia. Setelah dia membantu, pekerjaan kami jadi lebih cepat selesai. Setelah itu…saatnya main air, Basic vs Advance! Basic harus menyalakan lilin, dan advance mengganggunya dengan bom air dan lemparan/guyuran air. Awalnya aku malas basah-basahan, tapi malah kesenengan..haha.. Aku berhasil mematikan lilin…mm..berapa kali ya? Lebih dari 5 kali..haha.. Tapi, aku agak meraa bersalah juga sih, waktu melihat ekspresi kesal mereka setelah lilinnya berhasil kupadamkan. Ada juga yang tidak seperti itu sih… Secara keseluruhan, main airnya asyik kok.. Setelah mandi dan makan malam, advance mempersiapkan perlengkapan untuk fellowship night. Acaranya…menurutku sih agak kacau, tapi ya…lumayanlah… Setelah fellowship night, kami makan snack bersama, ngobrol, dan bertukar nomor hp, juga alamat email. Sementara kami bersantai-santai, basic belajar. Sekitar jam 11, kami diperbolehkan kembali ke tenda untuk tidur. Kukira malam ini aku bisa tidur tenang, karena di malam kedua biasanya anak-anak sudah terlalu lelah untuk begadang. Tapi, itu kan biasanya, berarti…gak selalu dong…??
Suara peluit membuatku terlonjak dan langsung membangunkan teman-teman setendaku. Kami bergegas keluar dan berbaris di depan tenda. Waktu kulihat jam tanganku, ternyata baru jam 2! Para officer menyuruh beberapa anak menyebutkan BB object. Karena ada beberapa yang tidak bisa, kami semua dihukum. Kami dibawa ke lapangan basket di atas, di mana sudah ada botol-botol yang tidak kami ketahui isinya. Ternyata isinya kangkrik. Kami disuruh mengulum jangkrik dan berlari sampai batas tertentu lalu kembali ke tempat awal dan baru boleh memunthakan jangkrik itu. Basic memulai duluan. Tentunya ada beberapa anak yang takut, tetapi akhirnya semua berhasil. Ketika giliran advance, kami disuruh mengulum jangkrik, berlari sampai ujung jalan lalu naik ke aula atas, di mana sudah disiapkan “makan malam”, katanya. Aku menjalaninya dengan sukses dan lancar. Ketika semua sudah berhasil, kami diberitahu bahwa “makan malam” yang dimaksud adalah cacing. Awalnya aku geli juga, tapi akhirnya aku makan 2. Kami semua berhasil memakan cacing itu. Ada yang menangis juga sih.. Malam itu memang malam yang menantang.

Aku tidak bisa tidur untuk waktu yang cukup lama. Menghadap ke kanan, face to face sama Clarita. Hadap kiri, face to face sama Vanessa…Hhh..
Paginya, aku orang pertama yang bangun di tendaku, jam 5.45. Aku membangunkan yang lain dan packing, juga menyiapkan baju untuk dipakai setelah mandi, yaitu full uniform. Setelah mandi dan mengenakan full uniform, yang berarti juga mengenakan sepatu hitam yang masih basah, kami Sunday Service. Setelah itu, Basic ujian dan advance ada session singkat lalu bebas. Terakhir, kami closing ceremony, penyerahan sertifikat, makan siang, lalu pulang. Di sertifikat kami ada cap cacing dan jangkriknya, lho..

Senang rasanya bisa pulang. Aku mengikuti LDC kali ini, awalnya dengan tidak terlalu bersemangat, tetapi ketika pulang, aku sadar kalau LDC ini memang sangat berbeda dengan tahun lalu. Kali ini lebih berat, tetapi juga jauuuh lebih seru!!!

– Rosa Belinda (8D) –