Oleh: Dra. Corrina Anggasurjana, MA
Apakah damai itu? Menurut KBBI, damai adalah:
1 n tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman 2 a tenteram; tenang 3 n keadaan tidak bermusuhan; rukun.
Dalam Bahasa Ibrani “shalom” שלום berarti damai, sejahtera, sentosa, aman, selamat, perdamaian, ketenangan, completeness, sedangkan dalam Bahasa Yunani “eirênê” ειρηνη artinya keadaan tenang, damai, dan sentosa.
Apa yang muncul di pikiran Anda bila mendengar kata “damai”? Ada yang membayangkan burung merpati, pemandangan gunung yang biru dengan lembah hijau dipenuhi bunga-bunga liar yang bermekaran, berdiri di pantai sambil memandang semburat kejinggaan di langit menjelang senja atau aliran sungai yang tenang dengan gemericik lembut, ada juga yang menggambarkannya sebagai berikut.
Bangsa Israel mempunyai pengalaman yang menarik dengan “damai”. Bangsa ini diberi hak istimewa untuk menerima langsung janji datangnya Raja Damai. Namun, mereka mengalami kesulitan untuk memercayainya. Mengapa? Karena yang mereka harapkan dan bayangkan berbeda dengan maksud dan rencana Tuhan.
Nabi Yesaya menubuatkan datangnya Raja Damai (± tahun 740 SM) yang tertulis dalam Yesaya 9:6–7.
Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini. Ternyata bangsa Israel justru mengalami pembuangan ke Babilonia.
Di mana damai yang dijanjikan?
Ketika Raja Damai itu lahir di dunia (± 700 tahun setelah nubuat tentang ini disampaikan), seperti tercatat dalam Lukas 1 dan 2, Raja itu tidak membebaskan bangsa Israel yang sedang dijajah dan diperbudak oleh bangsa Romawi, bahkan Raja itu mati dengan cara yang sangat hina—disalib—dan setelah kebangkitan-Nya, Raja itu pun naik ke surga tanpa mendirikan kerajaan atau meninggalkan pengganti-Nya secara fisik. Tindakan kaisar-kaisar Romawi bahkan mendorong bangsa Israel untuk berdiaspora, tercerai-berai tanpa tanah air. Di mana damai yang dijanjikan?
Situasi politik selama Perang Dunia I membuka jalan bagi bangsa Israel untuk melakukan Gerakan Zionis (Zionisme), yang memicu pertentangan dan perang berkepanjangan dengan Palestina. Di mana damai yang dijanjikan?
Saat Perang Dunia II meletus, bangsa Israel mengalami holocaust, yaitu genosida terhadap kira-kira enam juta penganut Yahudi di Eropa, suatu gerakan pembunuhan secara sistematis yang dipimpin oleh Adolf Hitler, dan berlangsung di seluruh wilayah yang dikuasai oleh Nazi. Di mana damai yang dijanjikan?
Di mana damai itu? Berita damai itu disampaikan ketika bangsa Israel mengalami situasi-situasi yang tidak menyenangkan, keadaan yang justru terjadi karena ulah mereka sendiri yang menduakan Tuhan, mereka berpaling kepada allah-allah lain yang tidak dapat memberikan ataupun melakukan apa-apa, tetapi Tuhan yang mahabaik memberi jalan keluar dengan mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus.
Syukur! Janji itu tidak hanya untuk bangsa Israel…. orang Yahudi… tapi untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan, pemberi janji itu. Apakah kita akan bersikap seperti bangsa Israel yang memaksakan damai sesuai pandangan dan keinginan sendiri? Damai seperti apa yang Tuhan maksudkan? Berdamai dengan Allah Tritunggal, itulah damai yang sesungguhnya. Karya Kristus di kayu salib membuka jalan perdamaian itu, memulihkan hubungan manusia dengan Allah.
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu (Yohanes 14:27).
Damai yang dianugerahkan-Nya memungkinkan kita menghadapi dan menjalani hari-hari kita dengan damai sejahtera-Nya, sekalipun situasinya tidak menyenangkan karena Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7). Tugas kitalah untuk membagikan damai itu kepada semua orang karena kita bukan peace owner atau peace keeper, tetapi peace maker.
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!(Rm 12:18).
Apakah Tuhan hanya mengurusi damai yang berhubungan dengan hal-hal rohani? Dapatkah Dia menenangkan kekisruhan jasmaniah? Dapat! Laut yang bergelombang pun Dia tenangkan hanya dengan perkataan:
“Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Matius 14:27