Kreatif yuk! Belajar Sains Bersama Anak. Emulsifikasi: Apakah Itu?

Shalom Bapak/Ibu! Bagaimana kabarnya? Sudah beberapa bulan ini kita di rumah saja. Beberapa orang tua mengeluhkan bahwa anaknya bosan di rumah saja, ingin segera kembali ke sekolah, dan bertemu dengan teman-teman karena merasa memiliki banyak waktu luang di rumah saja.

Selama mengisi waktu luang, Anda dapat mengajak anak belajar hal baru. Salah satunya belajar sains sederhana: apakah minyak dan air dapat menyatu? Untuk anak-anak usia sekolah dasar, pertanyaan ini mungkin dapat dijawab dengan mudah. Tentu minyak dan air tidak dapat menyatu! Namun, eksperimen tidak berhenti sampai situ. Kali ini, ajak anak untuk belajar lebih dalam lagi, yaitu membuktikan apakah minyak dan air benar-benar tidak dapat menyatu?

Dalam proses kimia, ada yang namanya emulsifikasi. Emulsifikasi adalah pemantapan emulsi dengan menambahkan dua cairan (zat) yang tidak dapat bercampur pada zat ketiga, kemudian dikocok kuat-kuat, misalnya air, minyak, dan deterjen (sabun). Emulsi sendiri merupakan cairan yang terbentuk dari campuran dua zat, zat yang satu terdapat dalam keadaan terpisah secara halus atau merata di dalam zat yang lainnya.

Minyak zaitun di dalam segelas air
Minyak zaitun di dalam segelas air

Jadi, anak-anak akan belajar tentang proses penyatuan air dengan minyak menggunakan cairan lainnya. Tentu eksperimen ini akan membuat anak bertanya-tanya: benarkah minyak dan air dapat menyatu?

  • Untuk melakukan eksperimen ini, Anda perlu menyediakan bahan-bahan berikut.
  • Botol minum dengan mulut lebar/stoples kaca
  • Air
  • Pewarna makanan
  • Minyak goreng
  • Sabun pencuci piring.

Sebelum memulai eksperimen, Anda perlu memberikan pengantar kepada anak mengenai eksperimen kali ini.

  1. Memberikan pertanyaan: Apakah minyak dan air dapat bercampur dengan sempurna?
  2. Menjelaskan secara sederhana definisi emulsifikasi dan emulsi.
  3. Mempraktikkannya dengan melakukan eksperimen sederhana.

Mari mulai bereksperimen!

  1. Masukkan pewarna makanan ke dalam air.
  2. Tambahkan dua sendok air lagi ke dalam wadah.
  3. Tuangkan dua sendok minyak goreng ke dalam wadah tersebut.
  4. Tutup wadah, kemudian minta anak untuk mengocok botol tersebut sekuat tenaga. Bisa juga dengan mengaduknya menggunakan sendok.
  5. Letakkan botol itu dan minta anak memperhatikan cairan di dalamnya.

Saatnya berdiskusi!

Hentikan eksperimen sejenak, kemudian ajak anak untuk berdiskusi.

  1. Minta anak untuk menjelaskan hasil pengamatannya. Pancing anak untuk mempertanyakan fenomena tersebut.
  2. Jelaskan secara sederhana untuk memberikan konsep tentang perbedaan massa jenis pada cairan. Anda dapat menjelaskan kepada anak bahwa molekul yang ada di dalam air maupun minyak terikat kuat satu sama lain sehingga mereka tertarik dengan molekulnya sendiri. (Air terikat dengan molekulnya sendiri, minyak terikat dengan molekulnya sendiri.)
  3. Minta anak untuk memperhatikan eksperimennya kembali. Minyak berada di atas air. Jelaskan secara sederhana mengenai massa jenis atau kepadatan minyak yang lebih ringan dari air sehingga membuatnya berada di atas air.

Mari lanjutkan eksperimen ini!

Lanjutkan eksperimen ini dengan mengajak anak menambahkan satu cairan lagi, yaitu sabun pencuci piring.

  1. Tuangkan sabun pencuci piring ke dalam gelas berisi minyak dan air. Rasio sabun dengan minyak 1:1.
  2. Aduk campuran ketiganya sampai air dan minyak berubah warna menjadi keruh dan muncul busa.

Diskusikan lagi!

Ketika berhasil melakukan emulsifikasi sederhana ini, kembali ajak anak untuk berdiskusi. Utarakan pertanyaan-pertanyaan berikut.

  1. Setelah mengaduk, apa yang terjadi? (Jawaban: minyak dan air dapat tercampur dengan sempurna.)
  2. Apa yang membuat minyak dan air—yang tadinya tidak dapat bercampur—tercampur dengan sempurna? (Jawaban: dicampur dengan sabun cuci piring.)
  3. Proses apa yang baru saja terjadi? (Jawaban: emulsifikasi.)
  4. Apa istilah untuk cairan minyak dan air yang sudah tercampur rata tersebut? (Jawaban: emulsi.)

Belajar sains bersama anak ternyata menyenangkan, ya! Selamat menikmati waktu berkualitas dengan anak! [SO]

Informasi tambahan:
Anda dapat menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin agar anak memahami konsep ini. Jangan lupa untuk menciptakan suasana yang menyenangkan agar anak tak merasa sedang “belajar serius”.
Dalam proses emulsifikasi, sabun pencuci piring inilah zat ketiga, yang disebut pengemulsi (emulgator) yang memiliki sifat mengikat dua cairan lainnya (minyak dan air).

Hal sederhana yang dapat dijadikan contoh adalah saat mencuci piring. Ketika piring yang penuh bekas minyak dibasahi menggunakan air kemudian ditambahkan sabun pencuci piring, minyak, air, dan busa menyatu dengan sempurna! Ketika Anda membilas piring tersebut, minyak dan air pun akan larut bersamaan, menghasilkan sebuah piring yang bersih dan siap digunakan kembali.

Ide eksperimen: https://bobo.grid.id/read/081247351/eksperimen-sederhana-mengapa-air-dan-minyak-tidak-tercampur?page=3
Referensi lain: dari berbagai sumber

Rekomendasi Buku

Judul buku: Lalita
Penulis: Abigail Limuria & Grace Kadiman
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 109 halaman
Cetakan: Ke-8, Mei 2006

Bagi penulis buku ini, nama Lalita yang berasal dari kata Sansekerta merepresentasikan perempuan-perempuan Indonesia yang aktif, tak terbatas, cerdas, tangguh, dan berambisi.

Awalnya, Lalita merupakan sebuah proyek pribadi di antara kedua anak muda yang bersahabat, Abigail dan Grace. Kegelisahan dan pertanyaan mendalam seperti, “Apa artinya menjadi seorang perempuan Indonesia yang mencintai negaranya?” dan “Apakah Indonesia memiliki tokoh-tokoh perempuan hebat? Jika ada, kenapa kita jarang mendengar kisah mereka?” menjadi pendorong bagi penulis untuk memulai kenekatan menemui tokoh-tokoh perempuan Indonesia.

Pada akhirnya, proyek tersebut terlaksana. Mereka berhasil menjumpai dan mewawancarai secara langsung 51 perempuan hebat Indonesia. Hasil wawancara tersebut ditulis ulang dan disusun menjadi sebuah buku. Selama penyusunan buku ini, penulis mengaku mengalami perubahan cara pandang terhadap Indonesia, perempuan, dan diri sendiri. Oleh sebab itu, melalui buku ini, penulis menyimpan kerinduan untuk dapat membantu orang-orang (khususnya para perempuan Indonesia) yang masih mengejar mimpi dan mencari jati diri mereka. Penulis percaya setiap perempuan Indonesia memiliki hak untuk memilih caranya sendiri dalam melakukan sesuatu untuk Indonesia.

Salah satu tokoh yang dipaparkan kisahnya adalah Silvia Halim. Sewaktu SD, Silvia merupakan anak pemalas dan tidak suka mengerjakan tugas. Namun, semua berubah semenjak seorang guru menegurnya dan berkata, “Silvia, kamu tidak mungkin bisa berhasil!” Kalimat tersebut justru menjadi penyemangat untuk membuktikan diri. Ia berubah menjadi anak yang rajin dan giat belajar hingga berhasil lulus dari sekolah dengan gelar juara satu.
Berbekal nilai yang bagus, Silvia masuk ke Nanyang Technological University di Singapura dan mengambil jurusan teknik sipil. Setelah lulus, Silvia bekerja di Singapura. Ia bertanggung jawab membuat dan memperbaiki jalan, jembatan, trotoar, bahkan terowongan. Silvia merasa puas karena ia melihat bahwa segala sesuatu yang dibuat sangat bermanfaat dan dipakai tiap hari oleh banyak orang. Hingga suatu hari Silvia mendengar bahwa Jakarta ingin membuat proyek MRT. “Saya kan sudah membantu proyek seperti ini di Singapura, kenapa tidak bantu Indonesia juga?” pikirnya. Karena pengalaman sebelumnya, ia diterima sebagai direktur konstruksi di PT MRT Jakarta. Silvia membuktikan pada dirinya bahwa ketika menjadi orang yang rajin, ia bisa menjadi orang yang berhasil bahkan bermanfaat. Silvia percaya bahwa proyeknya akan mengubah Jakarta dan standar hidup orang-orang menjadi lebih baik.

Kisah Silvia hanya secuplik dari banyak kisah inspiratif lainnya dalam buku ini. Di akhir halaman buku ini, tidak tertulis the end, melainkan “Kisahmu akan seperti apa?

Penulis mengajak setiap pembaca untuk ambil bagian dan melakukan sesuatu untuk Indonesia dengan caranya masing-masing, sama seperti para tokoh perempuan hebat yang telah dikisahkan di dalam buku. Melalui buku ini, secara tidak langsung kita diajak untuk merayakan dan belajar dari kehidupan dan pencapaian hebat Indonesia.

Sayangnya, buku ini belum didistribusikan di toko buku. Penjualan buku ini dilakukan secara mandiri (self-publish). Jika Bapak/Ibu tertarik membeli buku ini, Bapak/Ibu bisa mengontak akun Instagram
@lalitaproject. [DEW]


Pojok Parenting: Menangkap “Golden Moment”

Orang tua menjadi lingkaran terkecil dalam kehidupan anak yang paling memberikan dampak dalam pembentukan karakter dan perilakunya di kemudian hari. Oleh karena itu, usia-usia krusial, yaitu 0–5 tahun menjadi begitu penting dan dapat digunakan orang tua untuk mengajari anak berbagai keterampilan hidup.

Saat di rumah bersama anak seperti sekarang ini dapat dijadikan momentum untuk memberikan sebanyak mungkin ajaran tentang kehidupan. Khususnya untuk anak usia dini, orang tua dapat memanfaatkan masa-masa ini untuk memberikan teladan dan mengajari anak tentang kebaikan dan keburukan.

Mungkin Anda sering tidak sabar dengan polah anak yang sering menumpahkan air minum, membuat rumah berantakan, sulit diatur dan diberitahu, mengajak saudaranya berkelahi, dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi tersebut memang menguras emosi dan tenaga, apalagi jika Anda tak memiliki asisten rumah tangga di rumah. Namun, ayolah, kita renungkan kembali: apa yang bisa kita petik dari momen tersebut? Jangan biarkan momen tersebut berlalu begitu saja dan berakhir dengan Anda memarahi anak tanpa memberikannya pelajaran berharga. Apa yang harus anak lakukan saat menumpahkan air minumnya dan membuat rumah berantakan? Konsekuensi apa yang harus dihadapi anak saat tidak taat kepada orang tua dan mengusili saudaranya?

Ubah “momen melelahkan” tersebut menjadi “golden moment”. Jadikan momen tersebut gerbang masuk untuk Anda mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Daripada fokus dengan kejengkelan karena anak menumpahkan minumannya berkali-kali, Anda dapat menjadikan momen ini sebagai pembelajaran bagi anak untuk belajar tanggung jawab. Ajak anak untuk bersihkan tumpahan air minumnya. Ajari anak untuk menjadi pribadi yang lebih hati-hati. Rengkuh momen ini secepat mungkin.
Begitu juga ketika anak terus-menerus membantah dan tak mau mendengarkan orang tua. Apa yang harus anak pelajari tentang ketaatan? Ketika anak mengganggu saudaranya, apa yang dapat dia pelajari tentang mengasihi dan menghormati saudaranya? Orang tua memang memikul tugas besar untuk membentuk karakter anak dan dari momen-momen seperti inilah—hal yang terjadi secara nyata—Anda bisa mengajarkan tentang karakter.

Anak-anak usia dini adalah pembelajar ulung, tetapi mereka juga jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan bimbingan langkah per langkah. Syukuri segala hal yang terjadi di rumah dan berikan respons yang dapat “membangun” karakter anak sekaligus mempererat relasi antaranggota keluarga. [DLN]

“Asal Ada Tuhan, Aku Merasa Cukup”

Apakah Anda sering mendengar orang mengeluhkan tentang hal-hal yang belum ia miliki dalam hidupnya? Manusia sering kali merasa kurang. Punya satu, ingin dua. Dapat dua, berharap tiga. Padahal, rasa cukup itu bukan masalah seberapa banyak yang kita miliki, tetapi cara kita bersyukur atas apa yang ada sekarang. 

Bagaimana mengajarkan anak-anak merasa cukup? Yuk, simak bersama video ini.

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #cukup #merasacukup

Kejujuran: Berani Menjadi Diri Apa Adanya

Amsal 20 ayat 11 mencatat, anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.

Lawan dari jujur adalah berbohong. Pertanyaannya, mengapa anak-anak berbohong? Salah satu penyebabnya adalah ketika bersikap jujur, mereka mendapat hardikan dan orang tua marah. Oleh karena itu, penting sekali meneguhkan dengan pujian ketika anak-anak bersikap jujur.

Video ini membahas tentang bagaimana mengasah karakter jujur dalam diri anak, dimulai dari membiasakan diri kita untuk jujur terlebih dahulu. Semoga bermanfaat!

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #jujur #karakter #karakterjujur

Tahun Ajaran Baru “Melangkah dengan Iman”

Oleh: Bella Kumalasari, Staf Karakter – PK3

*Sebuah refleksi dari beberapa referensi buku dan webinar: Coronavirus and Christ (John Piper, 2020), Where Is God in A Coronavirus World? (John Lennox, 2020), webinar apologetika mengenai kejahatan dan penderitaan oleh Bedjo Lie, M.Th.

Mengakhiri dan memasuki tahun pelajaran dengan situasi bekerja dan belajar dari rumah tentu bukan menjadi kebiasaan kita. Situasi ini terasa asing, mungkin aneh. Terkadang terasa menyenangkan, tetapi di sisi lain juga menyedihkan dan membawa gejolak di dalam hati.

Pandemi Covid-19 seperti membawa kita ke dalam ketidakpastian yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Di tengah kemajuan teknologi, ketersambungan seluruh dunia melalui internet, kegagahan artificial intelligent, kita dihadapkan dengan “musuh” yang bahkan tidak bisa kita lihat. Virus yang sangat kecil ini memorakporandakan seluruh rencana yang mungkin sudah kita susun sejak awal tahun atau bahkan tahun lalu. Rencana liburan dan bertemu dengan keluarga di kampung halaman juga terpaksa ditunda. Kebijakan-kebijakan pemerintah terus diperbarui yang membuat sebagian masyarakat kebingungan, tetapi rasanya tidak kunjung menjawab persoalan. Ajakan untuk hidup di “normal” yang baru sudah dicanangkan dengan gamblang. Namun, apakah semudah itu menjalaninya?

Dapat dikatakan bahwa pandemi ini menimbulkan penderitaan bagi umat manusia. Mungkin kita mulai meragukan Allah, jiwa kita lelah dan terkuras, atau kita sangat khawatir dan mulai bertanya, “Sampai kapan kita akan bertahan?” Namun, alih-alih menjadi semakin terpuruk karena kondisi ini (atau kondisi lainnya kalaupun bukan virus corona), mari kita datang kepada Allah, Sang Batu Karang yang teguh.

ALLAH YANG BERDAULAT
Allah adalah Allah yang berdaulat atas segalanya—tidak terkecuali dalam kondisi yang pahit menurut kita. Ia berdaulat atas penyakit, bencana alam, kesulitan, kejahatan, dan penderitaan yang kita alami. Ya, ini semua ada di dalam kendali-Nya dan terjadi atas seizin Dia, meskipun bukan berarti Ia senang melihat kita menderita. Ia Mahapengasih, Ia Mahatahu. Ia tidak plin-plan, Ia sempurna dalam sifat-sifat-Nya. Kita memang tidak dapat memahami-Nya sepenuhnya, tetapi bukankah justru hal itu yang membuat Dia layak kita percayai sebagai Tuhan?

Kedaulatan yang memerintah atas penyakit adalah juga kedaulatan yang menopang dalam masa kehilangan. Kedaulatan yang mencabut nyawa adalah juga kedaulatan yang menaklukkan maut dan membawa orang-orang percaya ke surga dan kepada Kristus. Kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus corona, meski sekarang tidak melakukannya, adalah kekuatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya.” (Piper, 2020)

Oh, sungguh tak terselami hikmat-Nya! Bukankah kedaulatan-Nya begitu cermat sehingga tidak ada seekor burung pipit pun yang jatuh tanpa izin-Nya, tidak sehelai rambut pun ada/hilang tanpa izin-Nya, dan tidak satu virus pun ada tanpa izin-Nya? Kabar baiknya, kita lebih berharga dari pada banyak burung pipit! (Mat. 10:29-31)

ALLAH YANG MENGASIHI SAYA
“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32)

Kerelaan Allah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal telah membuktikan kasih-Nya kepada kita sekaligus menegaskan betapa Ia akan memakai seluruh kedaulatan-Nya untuk “mengaruniakan segala sesuatu kepada kita”. Ya, segala sesuatu, termasuk ketika “… kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari …” (Roma 8:36) demi kemuliaan-Nya—entahkah membawa kita melewati bahaya maut ini dengan selamat ataupun seperti yang dikatakan Paulus dalam ayat-ayat selanjutnya, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup … tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39).

Keberadaan Allah yang berdaulat sekaligus mengasihi saya membuat kita dapat melangkah dengan yakin bahwa ada tangan yang memegang hidup kita dengan sempurna meskipun kita tidak dapat melihat berpuluh-puluh langkah ke depan. Kedaulatan-Nya dalam menciptakan dunia ini, kasih-Nya dalam kisah penebusan di kayu salib dan kubur yang kosong, tidak berhenti sebagai kisah klasik beribu-ribu tahun yang lalu ataupun suatu kisah “dongeng” yang indah dalam kekekalan kelak. Ia ada saat ini, di sisi Anda dan saya, terlibat dan menentukan ini dan itu dalam setiap detik kehidupan kita, “… supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia” (1 Tes. 5:10).

Selamat memulai tahun pelajaran yang baru di dalam rengkuhan kasih dan kedaulatan-Nya yang tak pernah berubah.

Paduan Protokol Kesehatan di Masa New Normal

Cepat atau lambat sepertinya kita mesti membiasakan diri dengan tatanan baru dalam menjalani keseharian dan berinteraksi dengan sesama berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir. Untuk mempersiapkan diri menghadapi masa new normal, berikut infografis protokol kesehatan yang bisa dijadikan panduan bagi kita bersama.

Berhemat untuk Berbagi

Masa pandemi ini berdampak pada banyak bidang, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Ini saat yang tepat untuk mengajari anak lebih bijak menggunakan uang dan sumber daya yang lain. Bagaimana mendidik anak hidup hemat?

Yuk, tonton video ini bersama keluarga!

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #hemat #hiduphemat #memberi #sharing

Tabah: Bertahan dan Berjuang Hingga Akhir

Tabah adalah tetap bertahan dalam situasi sulit dan menyelesaikannya sampai akhir. Bagaimana kita membentuk anak-anak menjadi sosok yang tabah? Melalui video ini, Ibu Charlotte Priatna mengupas soal karakter tabah. Kiranya video ini memberikan kita kekuatan untuk tetap tabah menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan.

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #karakter #tabah #endurance

Siasat Cermat Dampingi Anak Belajar di Rumah

Tiga bulan sudah anak-anak belajar di rumah, berinteraksi dengan guru-guru mereka secara virtual, baik melalui video-video, video call, maupun Google Classroom. Orang tua menjadi pihak yang paling berperan dalam pembelajaran sekolah anak belakangan ini. Dengan bimbingan dan panduan orang tua, anak dapat melanjutkan proses belajar dengan berbagai materi yang tersedia di rumah.

Banyak yang mengakui bahwa menemani anak belajar di rumah menjadi tantangan tersendiri, khususnya anak usia TK dan SD yang membutuhkan pendampingan penuh. Apakah ada trik khusus dalam mendampingi anak belajar tanpa hambatan berarti?

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menyiasati kondisi “panas” saat mendampingi anak belajar.

Pahami kondisi saat ini
Untuk dapat memahami sesuatu, Anda harus menerimanya secara sadar. Saat ini, kondisi memang sedang tidak ideal untuk siapa pun: untuk Anda yang harus mendampingi anak belajar di sela-sela kesibukan bekerja dan mengurus rumah tangga, untuk anak yang tak dapat bertatap muka dengan gurunya, juga untuk para guru yang harus menyiapkan materi belajar di rumah.

Anda tak perlu meminta anak untuk menjadi ideal. Maklumilah jika anak belum memahami materi walau Anda sudah mengulangnya, pahami jika anak meminta istirahat sebentar setelah mengerjakan beberapa soal.

Ketika Anda menyadari kondisi dan kemampuan anak, Anda akan menjalani hari-hari dengan lebih santai.

Ciptakan suasana nyaman
Suasana apa yang membuat anak merasa nyaman melakukan sesuatu? Tentu saja suasana santai, “cair”, dan penuh sukacita! Bagaimana Anda dapat berharap anak mampu mengikuti instruksi dan belajar sesuatu jika dia berada di dalam suasana yang tidak menyenangkan, menegangkan, dan terus-menerus diomeli? Justru situasi ini rentan membuat anak stres dan enggan belajar lagi di kemudian hari.

Ciptakan suasana nyaman agar anak “ketagihan” belajar bersama Anda dan menunggu-nunggu momen belajar tiap harinya.

Suasana positif
Banyak orang tua yang berfokus pada progres yang besar dan tak menganggap progres kecil. Seberapa pun kecilnya, progres tetaplah sebuah kemajuan. Jangan lupa untuk terus memuji anak ketika dia berhasil menyelesaikan satu atau dua soal atau berhasil menghafal rumus. Berikan semangat dan afirmasi positif agar semangatnya terjaga terus sampai sesi belajar berakhir.

Hindari memaksa anak untuk belajar terus-menerus. Ketika suasana sudah mulai terasa negatif, Anda dapat menghentikan sesi belajar sejenak dan menggantinya dengan melakukan hal-hal menyenangkan untuk mengembalikan mood Anda dan anak. Anda bisa mengajak anak untuk belajar kembali ketika suasana sudah kembali positif.

Sesuaikan dengan jadwal di rumah
Tidak apa-apa jika anak belajar tidak sesuai jadwal sekolah. Untuk anak yang lebih kecil, orang tua harus pintar menangkap momen. Ajak anak beraktivitas saat mood-nya sedang baik dan dia sedang bersemangat untuk melakukan aktivitas sekolah. Jadi, tidak masalah jika anak memang belum mau diajak “sekolah” pada pagi hari. Anda dapat mencobanya saat siang atau sore hari.

Hindari mengajak anak belajar saat sedang lapar, mengantuk, atau saat suasana hatinya sedang tidak baik. Ini justru akan semakin membuat anak rewel, marah, dan Anda pun akan ikut-ikutan frustrasi.

Sementara itu, untuk anak yang lebih besar, tidak ada salahnya Anda memberikan keleluasaan untuk anak memilih waktu belajarnya sendiri. Tentu saja Anda tetap harus memberikan batasan waktu kepada anak agar tidak belajar hingga larut malam. Tugas Anda adalah mengawasi aktivitas belajar anak dan mengajarinya bijak dalam mengatur waktu.

Penuhi “tangki emosi” Anda
Sebagai pendamping anak, Anda pun harus memastikan suasana hati sedang baik saat menemani anak belajar. Jika mood Anda sedang tidak baik, emosi Anda akan lebih mudah terpancing. Jika sudah begini, suasana belajar pun akan tidak menyenangkan. Output yang diharapkan pun tak tercapai.

Persiapkan diri sebelum menemani anak belajar. Pilih waktu-waktu tenang agar kedua belah pihak menjalani sesi ini dengan suasana hati dan semangat yang sama.

Tetap terapkan disiplin
Walau anak belajar di rumah, bukan berarti dia bisa melakukan banyak hal sekehendaknya. Anda tetap harus memberikan batasan-batasan. Misalnya, anak tetap harus bangun pagi—untuk membiasakannya ketika nanti kembali masuk sekolah, sarapan sesuai jamnya, dan lain sebagainya. Anda bisa memberikan jadwal, misalnya memberikan rentang waktu untuk anak belajar (yang dapat dia pilih sendiri), misalnya, pukul 10–12, 14–16, 20–22, atau waktu-waktu lain untuk anak yang usianya lebih kecil.

Momen mendampingi anak belajar di rumah menjadi momen langka yang belum tentu terulang lagi ke depannya. Jadi, berikan kenangan baik untuk anak mengingat bahwa ada masanya orang tua mereka menjadi guru yang asyik selama mereka belajar di rumah. [DLN]