“Asal Ada Tuhan, Aku Merasa Cukup”

Apakah Anda sering mendengar orang mengeluhkan tentang hal-hal yang belum ia miliki dalam hidupnya? Manusia sering kali merasa kurang. Punya satu, ingin dua. Dapat dua, berharap tiga. Padahal, rasa cukup itu bukan masalah seberapa banyak yang kita miliki, tetapi cara kita bersyukur atas apa yang ada sekarang. 

Bagaimana mengajarkan anak-anak merasa cukup? Yuk, simak bersama video ini.

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #cukup #merasacukup

Kejujuran: Berani Menjadi Diri Apa Adanya

Amsal 20 ayat 11 mencatat, anak-anak pun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya.

Lawan dari jujur adalah berbohong. Pertanyaannya, mengapa anak-anak berbohong? Salah satu penyebabnya adalah ketika bersikap jujur, mereka mendapat hardikan dan orang tua marah. Oleh karena itu, penting sekali meneguhkan dengan pujian ketika anak-anak bersikap jujur.

Video ini membahas tentang bagaimana mengasah karakter jujur dalam diri anak, dimulai dari membiasakan diri kita untuk jujur terlebih dahulu. Semoga bermanfaat!

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #jujur #karakter #karakterjujur

Tahun Ajaran Baru “Melangkah dengan Iman”

Oleh: Bella Kumalasari, Staf Karakter – PK3

*Sebuah refleksi dari beberapa referensi buku dan webinar: Coronavirus and Christ (John Piper, 2020), Where Is God in A Coronavirus World? (John Lennox, 2020), webinar apologetika mengenai kejahatan dan penderitaan oleh Bedjo Lie, M.Th.

Mengakhiri dan memasuki tahun pelajaran dengan situasi bekerja dan belajar dari rumah tentu bukan menjadi kebiasaan kita. Situasi ini terasa asing, mungkin aneh. Terkadang terasa menyenangkan, tetapi di sisi lain juga menyedihkan dan membawa gejolak di dalam hati.

Pandemi Covid-19 seperti membawa kita ke dalam ketidakpastian yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Di tengah kemajuan teknologi, ketersambungan seluruh dunia melalui internet, kegagahan artificial intelligent, kita dihadapkan dengan “musuh” yang bahkan tidak bisa kita lihat. Virus yang sangat kecil ini memorakporandakan seluruh rencana yang mungkin sudah kita susun sejak awal tahun atau bahkan tahun lalu. Rencana liburan dan bertemu dengan keluarga di kampung halaman juga terpaksa ditunda. Kebijakan-kebijakan pemerintah terus diperbarui yang membuat sebagian masyarakat kebingungan, tetapi rasanya tidak kunjung menjawab persoalan. Ajakan untuk hidup di “normal” yang baru sudah dicanangkan dengan gamblang. Namun, apakah semudah itu menjalaninya?

Dapat dikatakan bahwa pandemi ini menimbulkan penderitaan bagi umat manusia. Mungkin kita mulai meragukan Allah, jiwa kita lelah dan terkuras, atau kita sangat khawatir dan mulai bertanya, “Sampai kapan kita akan bertahan?” Namun, alih-alih menjadi semakin terpuruk karena kondisi ini (atau kondisi lainnya kalaupun bukan virus corona), mari kita datang kepada Allah, Sang Batu Karang yang teguh.

ALLAH YANG BERDAULAT
Allah adalah Allah yang berdaulat atas segalanya—tidak terkecuali dalam kondisi yang pahit menurut kita. Ia berdaulat atas penyakit, bencana alam, kesulitan, kejahatan, dan penderitaan yang kita alami. Ya, ini semua ada di dalam kendali-Nya dan terjadi atas seizin Dia, meskipun bukan berarti Ia senang melihat kita menderita. Ia Mahapengasih, Ia Mahatahu. Ia tidak plin-plan, Ia sempurna dalam sifat-sifat-Nya. Kita memang tidak dapat memahami-Nya sepenuhnya, tetapi bukankah justru hal itu yang membuat Dia layak kita percayai sebagai Tuhan?

Kedaulatan yang memerintah atas penyakit adalah juga kedaulatan yang menopang dalam masa kehilangan. Kedaulatan yang mencabut nyawa adalah juga kedaulatan yang menaklukkan maut dan membawa orang-orang percaya ke surga dan kepada Kristus. Kedaulatan yang dapat menghentikan wabah virus corona, meski sekarang tidak melakukannya, adalah kekuatan yang sama yang memelihara jiwa-jiwa yang sekarang ada di dalamnya.” (Piper, 2020)

Oh, sungguh tak terselami hikmat-Nya! Bukankah kedaulatan-Nya begitu cermat sehingga tidak ada seekor burung pipit pun yang jatuh tanpa izin-Nya, tidak sehelai rambut pun ada/hilang tanpa izin-Nya, dan tidak satu virus pun ada tanpa izin-Nya? Kabar baiknya, kita lebih berharga dari pada banyak burung pipit! (Mat. 10:29-31)

ALLAH YANG MENGASIHI SAYA
“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32)

Kerelaan Allah menyerahkan Anak-Nya yang tunggal telah membuktikan kasih-Nya kepada kita sekaligus menegaskan betapa Ia akan memakai seluruh kedaulatan-Nya untuk “mengaruniakan segala sesuatu kepada kita”. Ya, segala sesuatu, termasuk ketika “… kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari …” (Roma 8:36) demi kemuliaan-Nya—entahkah membawa kita melewati bahaya maut ini dengan selamat ataupun seperti yang dikatakan Paulus dalam ayat-ayat selanjutnya, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup … tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39).

Keberadaan Allah yang berdaulat sekaligus mengasihi saya membuat kita dapat melangkah dengan yakin bahwa ada tangan yang memegang hidup kita dengan sempurna meskipun kita tidak dapat melihat berpuluh-puluh langkah ke depan. Kedaulatan-Nya dalam menciptakan dunia ini, kasih-Nya dalam kisah penebusan di kayu salib dan kubur yang kosong, tidak berhenti sebagai kisah klasik beribu-ribu tahun yang lalu ataupun suatu kisah “dongeng” yang indah dalam kekekalan kelak. Ia ada saat ini, di sisi Anda dan saya, terlibat dan menentukan ini dan itu dalam setiap detik kehidupan kita, “… supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia” (1 Tes. 5:10).

Selamat memulai tahun pelajaran yang baru di dalam rengkuhan kasih dan kedaulatan-Nya yang tak pernah berubah.

Paduan Protokol Kesehatan di Masa New Normal

Cepat atau lambat sepertinya kita mesti membiasakan diri dengan tatanan baru dalam menjalani keseharian dan berinteraksi dengan sesama berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan berakhir. Untuk mempersiapkan diri menghadapi masa new normal, berikut infografis protokol kesehatan yang bisa dijadikan panduan bagi kita bersama.

Berhemat untuk Berbagi

Masa pandemi ini berdampak pada banyak bidang, tak terkecuali dalam hal ekonomi. Ini saat yang tepat untuk mengajari anak lebih bijak menggunakan uang dan sumber daya yang lain. Bagaimana mendidik anak hidup hemat?

Yuk, tonton video ini bersama keluarga!

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #hemat #hiduphemat #memberi #sharing

Tabah: Bertahan dan Berjuang Hingga Akhir

Tabah adalah tetap bertahan dalam situasi sulit dan menyelesaikannya sampai akhir. Bagaimana kita membentuk anak-anak menjadi sosok yang tabah? Melalui video ini, Ibu Charlotte Priatna mengupas soal karakter tabah. Kiranya video ini memberikan kita kekuatan untuk tetap tabah menghadapi setiap tantangan dalam kehidupan.

#sekolahathalia #komunitassekolahathalia #sekolahkarakter #sekolahkristen #rightfromthestart #benarsejakawal #characterbasedlearningcommunity #karakter #tabah #endurance

Siasat Cermat Dampingi Anak Belajar di Rumah

Tiga bulan sudah anak-anak belajar di rumah, berinteraksi dengan guru-guru mereka secara virtual, baik melalui video-video, video call, maupun Google Classroom. Orang tua menjadi pihak yang paling berperan dalam pembelajaran sekolah anak belakangan ini. Dengan bimbingan dan panduan orang tua, anak dapat melanjutkan proses belajar dengan berbagai materi yang tersedia di rumah.

Banyak yang mengakui bahwa menemani anak belajar di rumah menjadi tantangan tersendiri, khususnya anak usia TK dan SD yang membutuhkan pendampingan penuh. Apakah ada trik khusus dalam mendampingi anak belajar tanpa hambatan berarti?

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menyiasati kondisi “panas” saat mendampingi anak belajar.

Pahami kondisi saat ini
Untuk dapat memahami sesuatu, Anda harus menerimanya secara sadar. Saat ini, kondisi memang sedang tidak ideal untuk siapa pun: untuk Anda yang harus mendampingi anak belajar di sela-sela kesibukan bekerja dan mengurus rumah tangga, untuk anak yang tak dapat bertatap muka dengan gurunya, juga untuk para guru yang harus menyiapkan materi belajar di rumah.

Anda tak perlu meminta anak untuk menjadi ideal. Maklumilah jika anak belum memahami materi walau Anda sudah mengulangnya, pahami jika anak meminta istirahat sebentar setelah mengerjakan beberapa soal.

Ketika Anda menyadari kondisi dan kemampuan anak, Anda akan menjalani hari-hari dengan lebih santai.

Ciptakan suasana nyaman
Suasana apa yang membuat anak merasa nyaman melakukan sesuatu? Tentu saja suasana santai, “cair”, dan penuh sukacita! Bagaimana Anda dapat berharap anak mampu mengikuti instruksi dan belajar sesuatu jika dia berada di dalam suasana yang tidak menyenangkan, menegangkan, dan terus-menerus diomeli? Justru situasi ini rentan membuat anak stres dan enggan belajar lagi di kemudian hari.

Ciptakan suasana nyaman agar anak “ketagihan” belajar bersama Anda dan menunggu-nunggu momen belajar tiap harinya.

Suasana positif
Banyak orang tua yang berfokus pada progres yang besar dan tak menganggap progres kecil. Seberapa pun kecilnya, progres tetaplah sebuah kemajuan. Jangan lupa untuk terus memuji anak ketika dia berhasil menyelesaikan satu atau dua soal atau berhasil menghafal rumus. Berikan semangat dan afirmasi positif agar semangatnya terjaga terus sampai sesi belajar berakhir.

Hindari memaksa anak untuk belajar terus-menerus. Ketika suasana sudah mulai terasa negatif, Anda dapat menghentikan sesi belajar sejenak dan menggantinya dengan melakukan hal-hal menyenangkan untuk mengembalikan mood Anda dan anak. Anda bisa mengajak anak untuk belajar kembali ketika suasana sudah kembali positif.

Sesuaikan dengan jadwal di rumah
Tidak apa-apa jika anak belajar tidak sesuai jadwal sekolah. Untuk anak yang lebih kecil, orang tua harus pintar menangkap momen. Ajak anak beraktivitas saat mood-nya sedang baik dan dia sedang bersemangat untuk melakukan aktivitas sekolah. Jadi, tidak masalah jika anak memang belum mau diajak “sekolah” pada pagi hari. Anda dapat mencobanya saat siang atau sore hari.

Hindari mengajak anak belajar saat sedang lapar, mengantuk, atau saat suasana hatinya sedang tidak baik. Ini justru akan semakin membuat anak rewel, marah, dan Anda pun akan ikut-ikutan frustrasi.

Sementara itu, untuk anak yang lebih besar, tidak ada salahnya Anda memberikan keleluasaan untuk anak memilih waktu belajarnya sendiri. Tentu saja Anda tetap harus memberikan batasan waktu kepada anak agar tidak belajar hingga larut malam. Tugas Anda adalah mengawasi aktivitas belajar anak dan mengajarinya bijak dalam mengatur waktu.

Penuhi “tangki emosi” Anda
Sebagai pendamping anak, Anda pun harus memastikan suasana hati sedang baik saat menemani anak belajar. Jika mood Anda sedang tidak baik, emosi Anda akan lebih mudah terpancing. Jika sudah begini, suasana belajar pun akan tidak menyenangkan. Output yang diharapkan pun tak tercapai.

Persiapkan diri sebelum menemani anak belajar. Pilih waktu-waktu tenang agar kedua belah pihak menjalani sesi ini dengan suasana hati dan semangat yang sama.

Tetap terapkan disiplin
Walau anak belajar di rumah, bukan berarti dia bisa melakukan banyak hal sekehendaknya. Anda tetap harus memberikan batasan-batasan. Misalnya, anak tetap harus bangun pagi—untuk membiasakannya ketika nanti kembali masuk sekolah, sarapan sesuai jamnya, dan lain sebagainya. Anda bisa memberikan jadwal, misalnya memberikan rentang waktu untuk anak belajar (yang dapat dia pilih sendiri), misalnya, pukul 10–12, 14–16, 20–22, atau waktu-waktu lain untuk anak yang usianya lebih kecil.

Momen mendampingi anak belajar di rumah menjadi momen langka yang belum tentu terulang lagi ke depannya. Jadi, berikan kenangan baik untuk anak mengingat bahwa ada masanya orang tua mereka menjadi guru yang asyik selama mereka belajar di rumah. [DLN]


Pengendalian Diri: Tembok Pertahanan Diri

Dalam masa-masa pandemi, beberapa orang sudah tak sabar menghabiskan akhir pekan di restoran favorit atau ke mal bersama keluarga. Oleh karenanya, perlu karakter pengendalian diri yang dimulai dari diri sendiri, untuk kemudian menjadi teladan bagi anak-anak. Video singkat ini ingin mengajak kita belajar bersama soal pengendalian diri.

#pengendaliandiri#buahroh#sekolahathalia#komunitassekolahathalia

#sekolahkarakter#sekolahkristen#rightfromthestart#benarsejakawal

#characterbasedlearningcommunity

Bersihkan Hati dengan Mengampuni

Konflik yang terjadi di rumah memang tidak dapat dihindari. Suami dengan istri, kakak dengan adik. Lalu, ketika konflik itu memburuk, ada pihak-pihak yang sakit hati dan akhirnya konflik menjadi berkepanjangan. Di dalam hati, kita menyimpan dendam. Rasanya sulit sekali mengampuni kesalahan orang yang sudah menyakiti hati kita. Padahal, kita diajarkan oleh Tuhan untuk mengampuni mereka yang bersalah kepada kita. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa melepaskan “ganjalan” yang ada di dalam hati dan mengampuni orang yang telah menyakiti kita? Dalam video ini, Ibu Charlotte Priatna kembali mengajak kita merenung dan mengambil sikap dalam proses “mengobati” hati kita agar terbebas dari dendam dan mampu mengampuni orang yang bersalah kepada kita.

#videokarakter#videoparenting#belajarparenting#parenting

#belajarkarakter#mengampuni#sekolahathalia#rightfromthestart

#characterbasedlearningcommunity#charlottepriatna#tipsparenting

#dirumahaja#stayathome#family#keluarga

Board Game – Sederhana dan Mengesankan

Mengajak anak bermain board game dapat sekaligus mengajarkannya berbagai hal, lho! Dalam video berikut, Ibu Marlene, salah satu orang tua siswa Athalia, berbagi tentang keuntungan bermain board game. Apakah Anda tertarik untuk juga mengajak anak bermain board game di rumah?

#aktivitasdirumah#bermain#boardgame#qualitytime#familytime

#manfaatboardgame#dirumahaja#homelearning#aktivitasseru

#permainananak#keluarga#sekolahathalia#rightfromthestart

#characterbasedlearningcommunity