Oleh: Nostalgia Pax Nikijuluw – Kasie Pengembangan Kerohanian, Karakter, dan Konseling Sekolah Athalia
“I am persuaded that love and humility are the highest attainments in the school of Christ and the brightest evidences that He is indeed our Master.”
John Newton (1725-1807)
Rendah Hati, sebuah kualitas hidup (karakter) yang cukup sering diperdengarkan tetapi sulit untuk dihidupi. John Newton seorang hamba Tuhan berkebangsaan Inggris menuliskan sebuah kalimat bijak yang memandang kerendahan hati dan kasih sebagai pencapaian tertinggi dalam sekolah Kristus dan kerendahan hati sebagai bukti yang sangat jelas bahwa benarlah Yesus adalah Tuan kita. Kerendahan hati dipandang sebagai kualitas hidup yang sangat penting dalam diri seseorang terlebih lagi bagi pengikut Kristus, karena rendah hati adalah salah satu karakter Allah yang sangat terllihat dalam diri Yesus Kristus. Bagi seseorang yang mengaku diri sebagai pengikut Kristus, maka kehidupannya adalah cerminan dari Kristus yang adalah Tuhan dan Tuan.
Pemazmur dalam Mazmur 113:5-6 menggambarkan kerendahan hati Allah dengan menuliskan, “Siapakah seperti Tuhan Allah kita yang diam di tempat yang tinggi yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur.” Bahkan jika melihat kata asli yang digunakan untuk kata “rendah hati”, menggunakan kata yang artinya tertunduk. Allah menundukkan diri-Nya. Jika Allah Sang pencipta adalah Allah yang merendahkan diri-Nya terhadap ciptaan-Nya, maka kerendahan hati adalah sikap hidup yang juga dikehendaki-Nya untuk dihidupi oleh manusia sebagai ciptaan-Nya. Ia yang berada di tempat yang tinggi, mau merendahkan diri-Nya dengan datang ke dunia dan mengambil rupa seorang hamba (Filipi 2: 6-8). Yesus Kristus adalah teladan.Tidak ada pilihan bagi manusia terlebih pengikut-Nya selain untuk mengikuti kehendak-Nya. Amsal 3:34 menuliskan, “Orang yang rendah hati dikasihi-Nya.” Allah mengasihi orang yang rendah hati.
Kerendahan hati mencerminkan kesadaran diri manusia dihadapan Allah. Apapun yang ada pada manusia baik itu sesuatu yang melekat semenjak lahir, ataupun sesuatu yang menjadi “milik“ dalam perjalanan kehidupan didunia ini, semua itu berasal dari Allah. Orang yang rendah hati akan menyadari bahwa seluruh keberadaan dirinya tidak dapat lepas dari campur tangan Allah yang telah terlebih dahulu melayani. Penebusan Kristus di salib menjadi bukti pelayanan-Nya. Demikian juga dengan kesadaran akan kebebasan untuk bernafas, setiap denyut jantung yang masih ada, matahari terbit pagi hari, hujan yang membasahi bumi, menyediakan apa yang dibutuhkan manusia, Allah yang terlebih dulu melayani. Bahkan Allah Roh Kudus yang hadir dalam kehidupan manusia, menolong dalam setiap perjalanan hari demi hari orang percaya, bukankah itu semua bukti kerendahan hati Allah dalam mengasihi dan melayani manusia? Jika demikian adanya, bagaimana dengan respons kita?
Orang yang rendah hati akan menyadari kebergantungannya kepada Allah, di tengah berbagai tantangan dan persoalan yang dihadapi. Kerendahan hati akan memampukan orang yang rendah hati untuk tidak hidup berpusat pada diri yang hanya mengikuti kata hatinya, pemikirannya sendiri, melainkan rela melepaskan kehendak diri demi mengikuti kehendak Sang Tuan. Ketika kerendahan hati menjadi bagian dari hidupnya, maka orang lain akan dapat menilai dan merasakan kenyamanan dalam berelasi dengan orang yang rendah hati. Adakah manusia yang dapat mengatakan dirinya sudah rendah hati? Seharusnya tidak ada, kecuali Yesus. Kita semua sedang diproses untuk menjadi serupa dengan-Nya, serupa dengan kerendahan hati-Nya.
Jika kerendahan hati adalah pencapaian tertinggi dalam sekolah Kristus seperti yang dikatakan oleh John Newton, dan jika kita adalah pengikut Kristus yang seharusnya menginginkan pencapaian tersebut, maka bagian kita adalah “mendaftarkan diri” kita dalam sekolah tersebut, dengan mempersilakan Tuhan melakukan setiap proses yang dikehendaki-Nya dalam hidup kita agar kita menjadi orang yang semakin serupa dengan-Nya.
Selamat berproses, Tuhan menyertai kita.