Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku (Matthew 25:45).
Sekolah Athalia sejak awal telah mendorong siswa untuk hidup berbagi, khususnya melalui Gerakan Berbagai Kasih (GBK). Gerakan yang dicetuskan dan dikelola oleh para orang tua siswa yang tergabung di dalam Athalia Parents Community (APC) ini telah mentradisi di lingkungan sekolah Athalia. Melihat realita, bahwa ada banyak siswa Athalia yang membutuhkan bantuan dana untuk mencukupi pembiayaan sekolah, maka Sekolah Athalia bersama APC melihat peran strategis gerakan ini. Karena itulah, seluruh siswa, mulai dari SD hingga SMA diharapkan turut ambil bagian.
Menurut hemat saya, gerakan ini tidak saja sebagai wadah untuk berbagi. Namun gerakan ini juga dapat menjadi wadah pendidikan. Gerakan ini pada dasarnya gerakan mendidik anak untuk memiliki karakter berbagi. Bahwa begitu banyak anak yang kekurangan secara ekonomi dan begitu banyak anak yang berkecukupan adalah bak sebuah lembaran pelajaran. Pembahasan pembelajarannya adalah yang berkecukupan menaruh peduli terhadap yang kekurangan (Band, Kis 2:45).
Gerakan berbagi kasih adalah sebuah arena pembelajaran yang amat berharga bagi siswa – dan tentunya orang tua yang menjadi sumber penghidupan si anak – untuk memperdulikan sekelilling. Apalagi di tengah bangsa Indonesia di mana kesenjangan ekonomi dari tahun ke tahun semakin meninggi. Karena itu, seluruh komunitas Athalia diharapkan menikmati dan mendukung gerakan ini.
Metode pengumpulan Gerakan Berbagi Kasih (GBK) SMA Athalia mengalami perubahan. Sejak semula, pengumpulan GBK dilakukan melalui metode membagikan kotak GBK yang disebar di setiap kelas. Namun setelah dilihat, bahwa metode tersebut tidak efektif. Terlihat dari jumlah GBK yang terkumpul di tingkat SMA menempati posisi terendah setiap bulannya. Karena itulah, Yayasan beserta pimpinan Sekolah Athalia memutuskan bahwa metode pengumpulan GBK diubah.
Sejak 6 Februari 2014, pengumpulan GBK SMA dilakukan melalui ibadah setiap hari Kamis (SMP di ibadah Selasa/Rabu). Selain pertimbangan efektifitas, perubahan ini dilakukan dikarenakan berbagai pertimbangan teologis. Pertama, bahwa memberi adalah bagian dari ibadah, maka tidak ada yang keliru dengan mengedarkan kantong persembahan selama ibadah. Kedua, memberi melalui GBK juga berarti memberi untuk Tuhan. Bila kita telusuri konsep persembahan persepuluhan maka orang miskin atau yatim piatu (atau di dalam konteks hari ini kita sebut yang ‘kekurangan’), mendapat bagian dari persembahan persepuluhan yang dibawa ke dalam bait suci (Ulangan 14: 29). Alasan terakhir, mendidik siswa bahwa memberi GBK itu berarti memberi untuk Tuhan, bukan memberi kepada orang-orang yang menerima GBK tersebut. Dengan demikian, tertanam di dalam hati mereka bahwa gerakan yang sedang dilakukan bukan gerakan moral, namun gerakan yang didasari atas persekutuan dan kecintaan kepada Tuhan (band, Mat 25:45). Selamat berbagi! (PP)