Siapa yang tidak mengenal kata bijaksana? Tentu kata tersebut bukanlah suatu kata yang baru kita kenal. Bijaksana merupakan kata sifat yang memiliki arti menurut kamus bahasa Indonesia yaitu bertindak sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas, juga pandai dan hati-hati apabila menghadapi kesulitan, dan sebagainya. Biasanya sebelum bertindak selalu disertai dengan pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran kita. Orang bijaksana tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Jadi bisa dikatakan orang bijaksana adalah orang yang mampu mengambil keputusan dengan tepat, baik secara langsung maupun tidak langsung tanpa memihak secara adil dan obyektif. Sikap seperti ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, baik itu sebagai pemimpin, pendidik, orang tua, pedagang, atau siapapun.
Kita melihat bahwa banyak orang bermimpi untuk menjadi orang yang terpandang, terkenal, kaya, dan berhasil. Inilah dunia sekarang, dimana setiap individu selalu menilai orang lain berdasarkan apa yang terlihat secara kasat mata dan subyektif. Banyak orang cerdas dan memiliki kecerdasan yang tinggi, namun tidak bijaksana. Mereka menggunakan kemampuannya untuk merugikan banyak orang dan tidak berperilaku adil. Padahal Tuhan menghendaki setiap kita memiliki hati yang bijak dan menjadi pribadi yang bijaksana. Dalam Amsal 3:7 jelas dikatakan “Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan”. Apakah kita bisa menilai diri kita sendiri bahwa kita sudah bijak? Biasanya orang lain yang bisa menilainya berdasarkan perkataan, perilaku, dan pemikiran yang mereka lihat dari diri kita sehari-hari.
Apa yang dimaksud dengan bijaksana melalui perkataan? Bijaksana dalam perkataan dimana orang tersebut dapat berinteraksi dengan bahasa yang dimengerti dan direspon oleh semua kalangan, juga mampu melakukannya dengan tenang, tidak buru-buru, dan tegas. Berbicara merupakan komunikasi yang penting dalam menjalin hubungan baik dengan Tuhan maupun sesama. Sebagai seorang pendidik (guru) kita harus menjalin komunikasi dengan orang tua untuk membicarakan tentang perkembangan anaknya, kita perlu sikap yang bijaksana dalam setiap perkataan kita terlebih lagi untuk anak yang berkebutuhan khusus. Begitu juga terhadap anak didik kita sendiri, kita perlu hikmat dari Tuhan untuk dapat menjaga setiap tutur kata kita sehingga setiap kalimat atau perkataan yang keluar dari mulut kita bersifat membangun. Mazmur 39:2 berkata “Aku hendak menjaga diri supaya jangan aku berdosa dengan lidahku”. Firman Tuhan tersebut membahas cara berbicara dan menjaga perkataan kita agar tidak jatuh dalam dosa, juga untuk berkata yang benar sebagai murid Kristus. Sama halnya seorang pemimpin yang menegur bawahannya atau sesama rekan kerja kita. Berilah dampak yang positif dalam perkataan kita dengan baik dan ucapan yang tulus bukan membuat orang tersinggung dan sakit hati.
Bijaksana dalam bertindak, biasanya terlihat saat harus mengambil sebuah keputusan. Salah satu contoh diambil dari kisah Raja Salomo dalam 1 Raja-Raja 3:16-28 dimana Tuhan memberikan hikmat kepadanya dalam mengambil keputusan yang tepat untuk memberikan bayi yang diperebutkan kepada ibunya yang benar.
Kita mungkin pernah mengalami hal yang sama seperti Raja Salomo dengan masalah yang lain. Apa pun masalahnya kita dapat belajar darinya bagaimana bertindak dengan bijaksana, yaitu dengan memohon hikmat dari Tuhan.
1 Raja-Raja 3:9…”Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham, menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?” Dengan hikmat dari Tuhan, kita akan mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat dan tidak ceroboh, tentunya keputusan/tindakan yang kita lakukan baik dan sesuai dengan kehendakNya.
Dalam mengelola keuangan, kita pun harus memiliki pemikiran yang bijaksana. Kita harus bisa memprioritaskan mana yang utama dan mana yang tidak terlalu penting dilakukan. Kebijaksanaan di sini berhubungan erat dengan pengendalian diri dan menahan hawa nafsu/keinginan. Kita harus menahan diri untuk tidak terpengaruh dengan lingkungan di sekitar kita berada. Senantiasa bersyukur dan mencukupkan dengan kondisi yang ada, tidak berlebih atau kurang tapi cukup.
Jadi untuk dapat menjadi orang yang bijaksana, kita tidak dapat melakukan dengan kekuatan diri kita sendiri, namun harus memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dengan kerendahan hati kita memohon hikmatnya. Luangkan banyak waktu untuk berdiam diri dan merenungkan firmanNya yang dapat menjadi refleksi hidup kita. Semakin kita menyukai Firman Tuhan, semakin kita dibentuk menjadi pribadi yang bijaksana. Banyak belajar dari buku-buku lain untuk menambah wawasan kita tanpa meninggalkan Alkitab sebagai pegangan utama kita dalam menjalani hidup yang bijaksana. Terus berusaha dan jangan pernah menyerah untuk menjadi baik. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Mazmur 90:12…”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati bijaksana”.
Amin.