Oleh: Sie Kerohanian (PK3)
Pembinaan karyawan YPK Athalia Kilang tahun ini mengundang Ev. Hellen Pratama untuk menolong peserta kembali mengevaluasi kehidupan pribadi-Nya dengan Tuhan. Kolose 2:6-7 mengingatkan peserta bahwa perjalanan sebagai murid Kristus adalah sebuah perjalanan yang progresif dan harus didasari oleh pengenalan yang benar tentang Tuhan serta adanya relasi yang intim dengan Tuhan. Perjalanan spiritualitas atau pembentukan spiritualitas (spiritual formation) yang demikian, bukanlah hal yang bisa terjadi secara alami melainkan harus dilakukan secara sengaja dan dalam sebuah komunitas dengan pertolongan Roh Kudus, sehingga pada akhirnya orang percaya dapat menjadi makin serupa Kristus, memuliakan Tuhan dan menjadi berkat buat sesama.
Formasi spiritual terjadi dalam keseharian orang percaya. Setiap hari orang percaya diperhadapkan pada pilihan dan pilihan-pilihan yang dibuat menentukan apakah seseorang akan makin mendekat kepada Tuhan atau menjauh dari Tuhan. Hal yang ingin dicapai dalam formasi spiritualitas adalah seseorang yang mengasihi Tuhan, diri dan sesama dengan benar, bertumbuh menjadi seorang yang makin utuh dan kudus, hidup dengan jati diri yang sejati dalam Kristus (David Benner).
Berikut empat krisis dalam kerohanian:
- Narsisisme (lebih mencintai diri sendiri daripada Tuhan),
- Pragmatisme (mengutamakan hasil yang menguntungkan daripada apa yang benar di mata Tuhan),
- Konsumerisme (mendorong kita untuk membeli apa yang tidak perlu dan menuntut situasi untuk selalu memuaskan diri)
- Burn-out (kelelahan, terus melakukan aktivitas dan tidak beristirahat dengan benar).
Hal yang mendorong munculnya krisis kerohanian adalah hidup dalam manusia lama yang dibentuk oleh dunia ini. Dunia melihat manusia dari apa yang saya punya, apa yang saya lakukan dan apa kata orang sehingga manusia berusaha tampil seperti yang dunia inginkan.
Cara mengatasi krisis rohani adalah dengan sengaja menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Efesus 4:22,24). Untuk itu peserta perlu belajar lebih mengenal diri dan mengenal Tuhan sebab makin seseorang mengenal Tuhan, ia akan mampu makin mengenal diri, demikian sebaliknya. Peserta juga harus mendisiplin diri dan terus berlatih hidup sebagai manusia baru. Peserta perlu terus mengevaluasi diri, jujur di hadapan Tuhan dan izinkan Tuhan memproses kehidupannya.
Demikianlah pembinaan kali ini menolong setiap karyawan Athalia melihat relasinya dengan Tuhan lebih penting dari hanya sekadar menjadi pengikut saja. Relasi yang makin dekat dengan Tuhan menolong setiap karyawan untuk hidup terus diubahkan oleh Roh Kudus dan makin hari makin menjadi murid Kristus yang menyerupai Dia dalam setiap aspek kehidupan, sehingga nama Tuhan dimuliakan dan setiap karyawan hidupnya bertumbuh dan menjadi berkat. Soli Deo Gloria. Segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.