Pricillia Talarima-Orang tua Siswa 7R
Masing-masing kita tentu memiliki pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan, entah itu pengalaman menyenangkan maupun menyedihkan. Saya sendiri meyakini setiap peristiwa yang terjadi merupakan cara Tuhan menyatakan kehadiran diri-Nya dalam kehidupan kita. Salah satu momen di mana saya merasakan penyertaan Tuhan adalah saat pandemi melanda di tahun 2020. Kala itu, saya harus mengambil keputusan untuk meninggalkan pekerjaan dan merawat anak-anak di rumah karena perubahan metode pembelajaran menjadi daring. Jujur ini terasa berat dan tidak mudah karena saya senang bekerja. Lewat pekerjaan saya bisa belajar ilmu-ilmu baru, khususnya dalam bidang pekerjaan yang saya tekuni. Tidak pernah sekalipun terpikirkan untuk menjadi ibu rumah tangga full time di rumah.
Saat membayangkan akan bekerja sebagai ibu rumah tangga, yang ada di benak saya adalah rasa takut dan khawatir dengan situasi yang akan saya hadapi di depan. Hal pertama yang terlintas adalah “menyetrika baju”, yaitu satu pekerjaan rumah tangga yang tidak saya sukai. Kemudian bagaikan sebuah presentasi google slide, muncullah slide-slide kegiatan rumah tangga lainnya dalam pikiran saya, mulai dari mencuci baju, mengepel lantai, menyapu lantai, memasak, mengantar jemput anak sekolah, membersihkan halaman depan rumah, membereskan tanaman, dan lain-lain. Sebelum pandemi, kami terbiasa memakai asisten rumah tangga yang tidak menginap, tetapi saat pandemi dengan pertimbangan kesehatan akhirnya kami mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri. Akibatnya, saya mengalami stres ringan selama hampir tiga bulan setelah resign, bahkan berat badan pun turun hingga lima kilogram.
Setiap hari dalam saat teduh, saya berdoa “Tuhan, jika Engkau menghendaki saya full time di rumah maka mampukanlah saya, berikanlah damai sejahtera, dan sukacita serta cukupkanlah kebutuhan kami”. Saya pun mencoba mengisi hari-hari dengan bergabung di beberapa komunitas. Salah satunya adalah komunitas ibu yang bersekutu di rumah-rumah secara bergantian di Gading Serpong. Saya masih ingat ketika pertama kali bergabung dalam persekutuan tersebut, firman Tuhan yang kami renungkan adalah Roma 8:28, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”. Pembicara saat itu menyampaikan bahwa Tuhan selalu ada di segala kondisi yang kita hadapi baik suka, duka, susah, senang, dan semuanya itu mendatangkan kebaikan. Tuhan ingin kita yakin dan percaya dengan iman akan setiap rencana-Nya dalam hidup kita. Setelah persekutuan selesai, saya bertukar pikiran dengan teman yang mengajak saya ke persekutuan tersebut. Umurnya lebih tua dari saya dan sudah lama menjadi full time mom. Bisa dikatakan dia lebih berpengalaman mengurus rumah tangga dibandingkan saya. Akan tetapi, nasihat yang dia berikan hanyalah, “Kamu pasti bisa. Cobalah hadapi dulu dan jangan menyerah, lagi pula kamu bisa lebih dekat dengan anak-anak dan membangun ikatan yang erat. Jika tidak memulai, maka kita tidak akan tahu bagaimana cara menghadapinya. Kuncinya adalah bersyukur dan berkata ‘Thanks God’ dalam setiap keadaan”. Dalam perjalanan pulang saya berpikir sambil berkata dalam hati “Iya…ya, mengapa saat sedang senang begitu mudah mengucapkan terima kasih pada Tuhan, sebaliknya saat sedang susah saya malah dihantui rasa takut, khawatir, sibuk mencari jalan keluar, sulit mengucapkan “Thanks God”, bahkan sampai meragukan keberadaan Tuhan”. Lewat peristiwa itu saya diingatkan untuk selalu mengucap syukur dalam segala kondisi yang terjadi karena Tuhan tidak pernah tinggal diam dan selalu ada di setiap musim hidup kita. Saya mulai membuka hati dan belajar menerima keberadaan diri.
Puji Tuhan, sampai saat ini banyak hal yang membuat saya bersyukur telah memilih menjadi ibu rumah tangga. Salah satunya bisa mengikuti seminar Parenting “The Right Path” di Athalia. Lewat seminar tersebut banyak pelajaran baru yang bisa saya terapkan dalam kegiatan di rumah, khususnya mendidik anak-anak. Pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya ditambah harus menghadapi dua anak dengan karakter berbeda tidak hanya menguras fisik, tetapi juga pikiran dan emosi saya. Terkadang secara manusia timbul kebosanan dengan rutinitas yang ada, emosi yang frekuensinya suka naik turun, bahkan kesulitan dalam penguasaan diri. Namun, Tuhan membentuk saya lewat situasi tersebut. Saya diproses untuk memiliki kesabaran, penguasaan diri, tahan uji, kerendahan hati, membangun hubungan yang lebih intim lagi dengan anak-anak, dan masih banyak lagi hal yang akan membuat saya menjadi pribadi yang kuat di dalam Tuhan. Kini saya mencoba untuk menikmati setiap waktu dan babak baru dalam hidup saya dengan selalu berpikir positif. Hari baik atau kurang baik akan kita jalani, tetapi kita tidak akan pernah mengalami hari tanpa Tuhan. Musim yang baik maupun yang kurang baik, Tuhan tetap bekerja. Nikmatilah setiap musim hidup kita dengan penuh ucapan syukur karena kasih setia dan kebaikan Tuhan selalu menyertai.
“Those who leave everything in God’s hands will eventually see God’s hands in everything.”
(Mereka yang menyerahkan segala sesuatu di tangan Tuhan pada akhirnya akan melihat tangan Tuhan dalam segala hal.)