Oleh: Victor Sumua Sanga, guru Agama SMA
Dalam pidato pelantikan presiden dan wakil presiden RI terpilih periode 2019-2024, Joko Widodo menyebutkan ada lima prioritas utama yang akan dikerjakan oleh pemerintahannya dalam lima tahun ke depan demi mencapai cita-cita atau harapan bahwa Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Salah satu prioritas tersebut, yaitu pembangunan sumber daya manusia (SDM). Kita tahu bersama bahwa pembangunan SDM akan berkaitan dengan tata kelola pendidikan di Indonesia. Penetapan prioritas ini tentunya akan menjadikan pendidikan sebagai kunci di masa depan untuk mencapai harapan Indonesia sebagai negara maju 2045.
Tidak lama berselang, tepatnya 1 November 2019, Bank Dunia merilis rekomendasi reformasi baru bagi pendidikan di Indonesia yang diberi judul The Promise of Education in Indonesia.1 Dalam bagian kesimpulan disebutkan, “Untuk mendapatkan pendidikan yang tepat, Indonesia dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan memastikan bahwa calon guru yang berkualitas tinggi saja yang akan direkrut, dilatih dengan baik, diberi bantuan yang dibutuhkan, dan dikondisikan agar bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Indonesia perlu meningkatkan akses terhadap pendidikan anak usia dini melalui program wajib belajar. Pemerintah perlu berkonsentrasi untuk meningkatkan sekolah yang berkinerja paling rendah dengan demikian dapat mengurangi ketimpangan dalam sistem pendidikan. Selain itu, Pemerintah bisa berfokus pada penggunaan data untuk meningkatkan kualitas.” Dengan mengerjakan semua itu, Bank Dunia meyakini bahwa Indonesia mempunyai harapan besar untuk meningkatkan sumber daya manusianya di abad ke-21.
Sebagai institusi dan komunitas pendidikan di Indonesia, Sekolah Athalia perlu mengambil bagian untuk mewujudkan harapan bangsa Indonesia menjadi negara maju, bahkan jauh lebih dari itu, Sekolah Athalia perlu tetap setia mengerjakan perannya dalam mewujudkan kemajuan Kerajaan Allah di Indonesia.
Apa yang sedang kita perjuangkan?
Jika kita bertanya, kualitas SDM seperti apa yang akan dihasilkan oleh Sekolah Athalia bagi Indonesia, jawabannya sudah tercantum dalam visi Athalia, “Siswa yang menjadi murid Tuhan”. Visi ini bukan visi yang muluk-muluk atau slogan semata. Visi ini adalah sebuah Amanat Agung dari Yesus Kristus kepada orang-orang Kristen, keluarga Kristen, gereja dan lembaga Kristen, termasuk Sekolah Athalia di dalamnya. Sebuah perintah yang diikuti dengan janji penyertaan Tuhan, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”. (Matius 28:19–20).
Pengurus Yayasan dan para pemimpin tidak sedang mencari laba dari bisnis pendidikan. Oleh karena itu, hitung-hitungan untung-rugi materi tidak boleh menjadi dasar pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan kita. Para guru dan staf tidak sedang mencari nafkah sehingga penghasilan bulanan bukan menjadi dasar untuk masih bersedia mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya saat ini. Orang tua tidak sedang menitipkan anak mereka untuk mengejar pencapaian akademis, dengan demikian angka di rapor tidak dapat menjadi tolok ukur kesuksesan anak. Kita sedang mencari dan mengejar kualitas murid Tuhan di dalam komunitas ini.
Kita sedang menuju akhir 2019 dan memasuki tahun baru 2020, tahun di mana komunitas Athalia akan memperingati HUT ke-25. Rasanya wajar jika kita mengambil waktu sejenak untuk memikirkan dengan sungguh-sungguh pertanyaan ini, “Apa yang sedang kita kerjakan di Sekolah Athalia?” Perenungan yang jujur di hadapan Tuhan menolong kita memurnikan kembali motivasi kita, mengefektifkan kembali kerja kita, mengatur kembali strategi kita, memulihkan kembali relasi kita, dan menyinergikan kembali gerak langkah kita sehingga kualitas SDM, siswa sebagai murid Tuhan, dapat tercapai.
Apa kekuatan perjuangan kita?
Pekerjaan menjadikan siswa murid Tuhan bukanlah pekerjaan yang mudah. Pasang-surut, jatuh-bangun akan menghiasi jalan perjuangan tersebut. Namun, kita akan menemukan kekuatan baru demi kekuatan baru akan muncul tatkala kita tetap setia pada apa yang sedang kita perjuangkan itu. Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang terpanggil dalam rencana agung Allah (Roma 8:28). Kekuatan baru tersebut akan kita temukan karena Allah ikut bekerja bersama-sama dengan kita di dalam apa yang sedang kita perjuangkan.
Allah tidak menjanjikan ketiadaan masalah. Namun, Ia menjanjikan kehadiran-Nya dalam setiap masalah yang kita hadapi. Kehadiran Allah tersebut akan diikuti dengan karunia yang memampukan kita memenuhi apa yang kita perjuangkan. Allah bahkan telah mengaruniakan pada kita milik-Nya yang paling berharga, yaitu Anak-Nya sendiri sehingga kita tidak perlu khawatir kehilangan pertolongan pada waktunya, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Kesadaran akan kehadiran Allah yang diikuti dengan karunia-karunia-Nya dalam mengerjakan tugas dan panggilan kita, mengarahkan kita untuk menaikkan ungkapan syukur dengan alasan yang benar. Kita bersyukur bukan karena apa yang telah kita lakukan dan apa yang telah kita capai, tetapi kita bersyukur karena Allah hadir dan terus-menerus memberikan pertolongan pada waktunya.
Ada saat mungkin kita merasa berada di pengujung daya tahan kita, entah sebagai pengurus yayasan, sebagai pimpinan, sebagai guru dan staf, sebagai orang tua, atau sebagai siswa. Mari kembali melihat janji penyertaan Tuhan ini. Allah ada bersama kita sampai saat ini. Oleh karena itu, jangan menyerah, jangan berhenti, jangan putus asa. Kehadiran Allah memastikan bahwa segala sesuatu yang terjadi akan mendatangkan kebaikan pada akhirnya. Jika Anak-Nya sendiri rela Ia berikan menjadi korban bagi penyelamatan kita, tidak akan mungkin ia akan menahan-nahan berkat dan karunia-Nya di saat kita membutuhkan.
Apa hasil perjuangan kita?
Dalam Amsal 23:17-18 dinyatakan, “Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.” Jika membandingkan hasil yang dapat diraih Sekolah Athalia dengan pencapaian sekolah lain, mungkin akan terbersit rasa iri di dalam diri, atau mungkin para orang tua iri karena para tetangga yang terus memamerkan prestasi akademis anak mereka. Semua ini bukan hasil yang kita harapkan.
Kita berharap Sekolah Athalia dapat menghasilkan siswa yang memiliki karakter sebagai murid Tuhan, berapa pun harga yang harus dibayarkan, betapa pun daya yang harus dikeluarkan, kendati pun doa tak pupus dinaikkan. Siswa yang menjadi murid Tuhan merupakan hasil yang ditawarkan Sekolah Athalia untuk memberikan harapan baru bagi kemajuan Indonesia ke depan, bahkan lebih jauh lagi setiap kita dapat menjadi alat perluasan Kerajaan Allah di Indonesia.
Allah ada bersama kita sampai saat ini karena itu jangan menyerah, jangan berhenti, jangan putus asa.
1 World Bank. 2019. The Promise of Education in Indonesia : Consultation Edition : Highlights (Bahasa (Indonesian)). Washington, D.C. : World Bank Group. http://documents.worldbank.org/curated/en/126641574095155348/Highlights