Inisiatif adalah karakter yang sangat penting dimiliki oleh seseorang. Inisiatif mendorong kita melakukan hal yang benar tanpa diperintah, disuruh, atau diharuskan oleh aturan semata. Karakter inilah yang diharapkan tumbuh dalam diri siswa-siswi kelas 5 SD Athalia. Selain pembinaan yang terus-menerus dilakukan dalam perjumpaan sehari-hari serta waktu-waktu yang dikhususkan seperti shepherding time, karakter inisiatif diperkenalkan melalui character camp di awal tahun pelajaran.
Character camp yang diadakan pada Jumat, 2 Agustus 2019, kali ini mengambil waktu satu hari penuh dari pagi hingga sore hari. Diawali dengan berfoto bersama, senam di lapangan, dan parade grup yang disertai yel-yel tiap kelompok, siswa-siswi memulai character camp dengan ceria dan semangat. Kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan oleh Ibu Dewi Andrianti selaku kepala SD Athalia serta ibadah yang membahas firman Tuhan yang menjadi dasar dari karakter inisiatif. Setelah mengerti dasar dan definisi karakter inisiatif, siswa-siswi mulai berlatih mempraktikkannya. Mereka belajar berinisiatif dalam melakukan tanggung jawab pribadinya, menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan, dan memedulikan sesama.
Pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan. Melaluinya, siswa-siswi menyadari bahwa berinisiatif perlu dilatih dan dibiasakan. Mulai dari hal sederhana setiap hari seperti berinisiatif bangun tidur dan mandi tanpa disuruh, tertib meletakkan tas dan sepatu pada tempatnya sepulang sekolah, mengembalikan barang pada tempatnya, tenang saat mengikuti pelajaran, dan sebagainya, inisiatif dapat berkembang kepada hal-hal yang berdampak baik bagi orang lain dan lingkungan. Meskipun banyak siswa yang belum berhasil berinisiatif, terlihat keinginan mereka untuk belajar dan menjadi lebih baik lagi. Selain permainan, para siswa dipaparkan video dan ilustrasi yang mengajarkan mereka contoh konkret berinisiatif terhadap lingkungan dan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, para guru membuat sebuah simulasi yang mengondisikan mereka untuk berlatih berinisiatif. Karakter inisiatif mulai tampak pada diri beberapa anak; ada yang membereskan pensil warna dan spidol yang berserakan di ruang makan selagi teman-temannya bermain, ada yang membantu guru yang kesulitan membawa barang banyak, ada yang memperhatikan guru mereka yang terlihat pucat dan sakit dengan menanyakan keadaannya. Namun, tidak semua siswa sudah dapat langsung berinisiatif. Ada yang baru menyadari setelah sempat melewatinya begitu saja, bahkan ada juga yang tidak menyadari sama sekali bahwa mereka perlu berinisiatif memperhatikan sekitar mereka. Meskipun demikian, character camp ini memberikan pengalaman dan pelajaran bagi mereka mengenai apa itu inisiatif terhadap sesama dan bagaimana menerapkannya.
Character camp ditutup dengan mengumpulkan proyek berupa prakarya yang menjadi tanggung jawab mereka untuk diselesaikan di akhir hari itu. Para guru tidak memberi tahu secara langsung kapan mereka harus mengerjakan proyeknya, tetapi ternyata siswa-siswi cukup antusias menggunakan waktu-waktu kosong mereka untuk mengerjakan proyeknya.
Character camp kali ini telah berakhir, tetapi pembelajaran karakter terus berjalan dalam keseharian siswa-siswi. Guru maupun orang tua hanya dapat menabur dan menyiram–melakukan bagiannya, tetapi Tuhanlah yang memberi pertumbuhan. Kiranya apa yang telah ditanamkan akan berbuah kelak pada waktu-Nya. Tuhan, yang memulai pekerjaan yang baik di antara anak-anak kita, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6). Sola gratia, Soli Deo gloria! (Bk)